Hanya Kamu Hidupku - Bab 387 Busa Merah Muda Yang Memenuhi Seluruh Udara

"Kado!" William berkata.

Melihat ekspresi William yang penuh antisipasi, hati Ellen terasa manis, tetapi pada waktu yang sama Ellen juga merasa bersalah kepadanya.

Dulu Ellen mengira William tidak begitu peduli dengan hari ulang tahun, jadi Ellen bahkan tidak pernah menyediakan kado ulang tahun untuk William.

Melihat kondisi sekarang, sepertinya dia sangat peduli!

Berdiri dari tempat tidur, Ellen menarik tangan William dan meminta dia untuk duduk, sementara Ellen sendiri berdiri di depannya, "Awalnya aku bermaksud untuk menyiapkan sebuah kejutan ulang tahun untukmu, aku tidak bermaksud mau memberi kado kepada kamu begitu saja, karena aku merasa terlalu tidak spesial"

William menatap ke wajah Ellen, "Setelah kejadian hari ini seharian, kamu masih merasa tidak spesial?"

Ellen melamun sejenak sebelum tertawa dan menatap ke William dengan alis terangkat, "Kejadian hari ini sudah sukses menakutkan aku, aku tidak akan melupakan kejadian hari ini selamanya"

William memegang kedua tangan Ellen dengan sudur bibir terangkat, "Gadis kecilku benar-benar sudah dewasa"

"Paman Ketiga, kamu sudah pernah mengatakan kata-kata yang sama banyak kali" Ellen berkata dengan suara yang lembut dan wajah yang agak memerah.

"Aku benar-benar merasa begitu dari dalam hati setiap kali aku berkata kata-kata ini" William berkata dengan suara lembut.

Ellen menarik nafas dan membungkukkan tubuhnya untuk memberikan ciuman ringan di hidung William, "Tunggu aku sebentar"

Kelembutan sudah memenuhi wajah William, "Baik"

Ellen menarik kedua tangannya dari pegangan William dan meluncur keluar dari kamar seperti elf.

William menatap ke arah pintu dengan diam.

Karena William tahu, Ellen akan kembali dalam waktu sebentar.

Dalam waktu kurang dari tiga menit, Ellen pun kembali ke kamar dengan sesuatu di tangannya.

Karena jarak tempat tidur dengan pintu agak jauh, William tidak bisa melihat barang yang dipegang Ellen dengan jelas.

Sementara tidak tahu mengapa, langkah kaki berjalan Ellen sangatlah lambat.

Ellen memegang barang tersebut dengan kuat, sampai jarinya terlihat agak pucat.

Sementara ekspresi Ellen terhadap William sangatlah merah dan malu seperti seorang gadis.

Sudut bibir William terangkat dengan ringan, "Kenapa berjalan begitu lambat? Cepat ke sini"

Gluk.

Ellen menelan air liurnya dan menghela nafas untuk menenangkan dirinya, dia menatap ke William dengan ekspresi yang gugup dan malu, "Paman ketiga, waktu mengetahui ulang tahun kamu sudah mau sampai, aku terus berpikir harus menyediakan kado bagaimana. Setelah berpikir banyak, aku merasa semua itu tidak cukup baik"

Garis dingin di wajah William menjadi agak lembut, "Semua barang yang disediain oleh kamu adalah barang terbaik untukku"

Ellen mengangkat dagunya dengan malu, "Tetapi aku merasa tidak ada barang yang pantas untuk kamu"

William tertawa dan menatap ke barang yang dipegang Ellen, "Jadi apa yang kamu sediakan untuk aku?"

"..........."

Ellen berdiri di jarak sekitar 4-5 langkah dari William dan menatapnya dengan tatapan jernih, "Paman Ketiga, sejak 4 tahun lalu aku mengetahui kamu menyukai aku, setelah itu aku juga menyadari aku menyukai kamu, sejak waktu itu sampai sekarang, tatapan aku dan hatiku hanya memiliki kamu. Aku benar-benar sangat mencintai kamu dan tidak bisa meninggalkan kamu"

Menatap ke wajah Ellen, eskpresi William pun berubah menjadi serius dan formal secara perlahan.

Ellen memegang barang di tangannya dengan kuat dan mengumpulkan keberaniannya untuk berjalan ke hadapan William. Kemudian Ellen mengulurkan tangannya secara perlahan dan menunjukkan barang tersebut kepada William.

Melihat barang di telapak tangan Ellen, tangan William yang terletak di atas paha pun mengerat menjadi sebuah tinju.

Yang Ellen pegang adalah sebuah kotak kecil yang berwarna murni putih.

Ellen melutut di hadapan William dan menatap ke William dengan ekspresi yang bertekad, "Paman Ketiga, aku ingat sepertinya kita tidak memiliki barang seperti ini. Meskipun kamu berkata tidak memiliki barang ini juga tidak akan memengaruhi hal apa pun. Tetapi di dalam hatiku, aku merasa barang ini adalah barang yang dipenuhi oleh kesucian"

Kedua mata William terasa hangat dan tenggorokannya bergerak naik turun, dia menatap ke mata Ellen yang memerah dan berkata, "Aku yang tidak berpikir dengan teliti, sehingga masalah ini terus terabaikan"

Ellen menjilat bibirnya dan berusaha untuk menahan air matanya, dia memiringkan kepalanya dan memberikan sebuan senyuman kepada William, "Kalau begitu, Tuan Dilsen, apakah kamu boleh memakai dia dan tidak melepaskannya untuk selamanya?"

Tanpa berkata apa pun, William langsung membuka kotak yang berada di tangan Ellen.

Yang berada di dakam kotak adalah sepasang cincin yang memiliki model sederhana, bahkan cincin tersebut sama sekali tidak memiliki dekorasi apa pun.

Cara pembuatannya juga tidak terlihat detail, bahkan tidak begitu berkualitas.

Mungkin orang biasa tidak bisa melihat bagaimana cara pembuatan cincin ini, tetapi William yang sudah terbiasa melihat barang berkualitas bisa mengetahui hal ini dalam satu tatapan.

Melihat William terus menatap ke cincin itu, Ellen pun mengerutkan alisnya dan berkata dengan suara gugup, "Aku membuat cincin ini di toko dengan tangaku sendiri, karena ini merupakan pertama kali aku membuat cincin, mungkin hasilnya tidak terlihat sangat cantik. Selain itu, cincin ini juga sangat murah"

William melihat ke Ellen dengan ekspresi tenang yang datar, "Seberapa murah?"

"....Aku sudah lama tidak bekerja. Waktu bekerja di kota Rong kemarin, aku tidak berpikir mau menabung gajiku juga, jadi tabungan aku tidak banyak. Tetapi aku menghabiskan semua tabunganku untuk membuat kedua cincin ini" Ellen menjelaskan.

"Iya, berapa?" William bertanya.

Ellen menundukkan kepalanya dan diam-diam mengangkat tangannya.

William mengangkat alisnya, "100 juta?"

Put.....

Ellen ingin muntah darah.

Ellen menggelengkan kepalanya dan berkata, "10 juta"

Menatap ke wajah Ellen, William pun tidak bersuara lagi.

Ellen merasa sangat malu dan berkata dengan wajah memerah, "Aku tahu terlalu murah, kamu sebagai presiden perusahaan Dilsen menggunakan barang murahan seperti ini benar-benar agak merugikan reputasi kamu. Sebenarnya juga bisa mengambil uang kamu dan membuat sepasang cincin yang lebih mahal, yang lebih sesuai dengan posisi kamu. Tetapi aku merasa ini adalah pertama kali aku kasih kado ulang tahun untuk kamu, jadi aku ingin menggunakan uangku sendiri......hanya saja, memang sedikit lucu, kartuku hanya sisa 8 juta lebih.... termasuk biaya pembuatan sepasang cincin ini berharga 10 juta, aku bahkan menawar harga dengan boss sangat lama, setelah itu dia baru setuju....."

"Kalau begitu, berarti dua cincin ini bahkan tidak berharga lebih dari 10 juta?"

"...." Ellen mengangguk, "Iya"

Setelah menatap ke Ellen beberapa saat, William mengeluarkan cincin wanita dari kotak tersebut dan memakainya ke jari tengah Ellen.

Pada saat Ellen sedang sibuk panik dengan wajah memerah, William mengeluarkan cincin pria dan memberikannya kepada Ellen, "Pakaikan untukku?"

"?" Ellen merasa kaget.

"Cepat!" William berkata dengan senyuman.

Melihat senyuman William yang tampan, Ellen langsung merasa bahagia, dia memakaikan cincin tersebut ke jari William, "Kamu melihat, ukurannya pas"

Setelah menatap tangan William yang cantik beberapa saat, Ellen pun menggeserkan tangannya ke samping tangan Wiliam, "Dulu aku selalu merasa ada sesuatu yang kurang, tetapi sekarang, aku merasa semuanya sudah lengkap"

Membungkukkan badannya, William mengendong Ellen dan meletak dia di atas pahanya, kemudian William menatap ke mata Ellen yang berkelap-kelip sambil berkata dengan serius, "Ellen, aku berjanji, kecuali tanganku patah, kalau tidak aku tidak akan melepaskan cincin ini selamanya"

Ellen memeluk leher William dengan mata memerah, "Kamu tidak merasa dia terlalu murahan?"

William tertawa dan memegang tangan Ellen, "Tadi aku hanya bercanda saja. Mana mungkin aku merasa dia terlalu murahan?"

Setelah menatap William beberapa saat, Ellen mencium sudut bibir William, "Apakah kamu menyukainya?"

Pada saat Ellen mundur, William memegang dagu Ellen dan mencium bibir Ellen lagi, kemudian dia berkata dengan suara serak, "Aku sangat menyukainya. Selain kamu, ini adalah kado terbaik yang pernah aku terima selama 30 tahun lebih ini. Ellen, aku mencintai kamu"

Ellen memeluk William dengan erat, "Bagaimana dengna Tino dan Nino?"

William hanya tertawa tanpa berkata apa pun, dia langsung mengendong Ellen ke atas tempat tidur dan menciumnya dengan kuat.

Malam ini ditakdirkan adalah malam yang dipenuhi oleh busa merah muda yang dipenuhi oleh cinta.

......

Pada besok harinya, Louis dan Nurima pun membawa ketiga anak kecil pulang ke rumah. Pada saat itu Ellen baru tahu ternyata dia adalah orang terakhir yang menyadari tentang masalah semalam.

Ellen merasa agak sakit hati!

"Awalnya kami berencana mau membawa Tino, Nino dan Keyhan menghadiri acara semalam dan mengumumkan wajah mereka. Tetapi ayah berkata, sekarang bukan masa yang sesuai untuk mengumumkan penampilan mereka, kalau mengumumkan penampilan mereka di depan media sekarang, semua tingkah laku mereka akan diperhatikan oleh media dan publik. Ayah berharap mereka bertiga bisa memiliki masa kecil yang tidak diganggu oleh publik seperti orang biasa. Akhirnya tiba-tiba kami memutuskan untuk tidak membawa mereka menghadiri acara" Louis berkata.

"Kata-kata kakek benar. Aku juga tidak berharap penampilan mereka diumumkan terlalu cepat" Ellen berkata.

"Kami semua menonton siaran langsung acara semalam melewati tv" Nurima berkata dengan senyuman.

Ellen menyentuh lehernya sendiri dan melirik ke William yang sedang duduk disampingnya dengan malu.

"Ayah, apakah ini adalah cincin?"

Nino awalnya tidak ingin bertanya, tetapi William sejak mengerakkan tangannya setelah duduk di atas sofa, pantulan cahaya dari cincinnya terus menarik perhatian Nino.

Nino yang memiliki antena tinggi bisa merasakan sinyal bahwa ayahnya sangat berharap dia menanyakan

cincin tersebut, jadi akhirnya Nino pun bertanya.

"Cincin?"

Mendengar pertanyaan Nino, Louis dan Nurima pun melihat ke tangan William, karena tangan Wiliam sangat cantik, cincin tersebut tidak terlihat sangat berkelas rendah setelah dipakai olehnya.

"Kalian membeli cincin ya?" Louis bertanya.

Sementara Ellen menepuk wajahnya yang memanas dengan diam-diam.

William mengangkat tangannya dengan gaya dan nada suara santai, "Kalian melihatnya ya?"

Louis dan Nurima, "........."

"Ellen membuatnya, niat dia sangat luar biasa" Kata-kata William tidak memiliki unsur 'pura-pura'

Louis dan Nurima saling menatap dan menahan untuk tidak tertawa, pada saat yang sama mereka juga merasa tidak tahu harus berkata apa.

"Ellen yang membuatnya, tentu saja dia sangat berniat" Louis berkata dengan senyuman.

"Hanya kepada William saja Agnes bersikap begitu niat" Nurima berkata.

Ellen benar-benar merasa sangat malu.

Sementara William sangat menyukai reaksi mereka, dia mengangguk dan melihat ke Ellen yang pada saat ini ingin menyembunyikan dirinya, "Melihat kamu begitu berniat, aku akan membiarkan masalah kemarin lewat begitu saja. Selain itu, aku harus membalas niat kamu juga, katakan saja, kado apa yang kamu inginkan? Aku akan membeli untuk kamu"

Louis dan Nurima tertawa sambil menggelengkan kepalanya.

Ellen menutupi wajahnya dengan malu, paman ketiga, kamu benar-benar sangat pamer!

Novel Terkait

Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu