Hanya Kamu Hidupku - Bab 578 Bocah, Kamu Nakal

Bandara Kota Yu

Britania memandang putranya yang menundukkan kepala, dengan kedua lengan melingkari dadanya dan berkata “Riki, kamu putraku, tidak boleh tidak mempunyai harga diri! Bangun, ikut aku beli tiket, kita kembali ke Kota Tong!”

Britania hampir berusia 60 tahun, tapi terlihat seperti 40-an, setelan jas hitam yang menawan, celana lebar dan sepatu hak tinggi membuatnya terlihat cantik.

“Kita tetap harus pergi ke Kota Tong. Hanya saja, setelah pergi?” ucap Riki.

Britania mengerutkan kening “Setelah pergi rebut kembali orangnya! Atas dasar apa wanita yang kamu lindungi selama 4 tahun, direbut orang lain sesuka hati?”

Riki memejamkan matanya “Bu, kamu tidak mengerti situasinya.”

“Kalau begitu beritahu aku!”ucap Britania.

Wajah Britania menegang dan matanya memerah “Aku tidak memberitahumu, kalau Pani mengandung anak pria itu!”

Tatapan Britania berubah, tapi dengan cepat bibirnya menyeringai dan berkata “Lalu? Kenapa? Apakah putraku keberatan pada hal ini? Jangankan Pani mengandung, sekalipun dia pernah bercerai, aku juga tidak keberatan! Yang terpenting selama putraku menyukainya itu sudah cukup!”

Riki terhuyung-huyung, lalu duduk menatap Britania.

Britania mengerutkan kening “Untuk apa melihatku seperti itu? Tidak pernah melihat ibumu?”

Riki menarik tangan Britania duduk di sampingnya, lalu menyandarkan kepala dan berkata “Bu, kamu keren sekali! Aku bahagia menjadi putramu dalam hidup ini!"

Mendengar kata-katanya.

Mata Britania berkedip, mengulurkan tangan memegang tangan Riki “Ibu tidak keberatan Pani mengandung anak orang lain dan juga tidak keberatan anak yang dikandungnya bukan anakmu. Selama kamu menyukai Pani, ibu akan mendukungmu! Dalam hidup ini, berapa banyak orang yang kamu sukai yang bisa kamu temui? Tidak ada salahnya kamu berani mengejar orang yang kamu sukai!”

Hati Riki sakit “Aku tidak pernah menyerah pada Pani, dalam perjalananku mengejarnya, aku juga tidak pernah berhenti melangkah. Hanya saja kali ini, aku tahu sesuatu telah berubah. Aku khawatir aku harus melepaskannya!”

Britania menepuk tangan Riki “Aku tahu apa yang kamu khawatirkan. Kamu khawatir Pani bersedia kembali ke Kota Tong bersama pria itu, kamu khawatir Pani sudah membuat keputusan. Dan kamu tidak rela memaksa Pani yang kamu cintai, bahkan tidak rela mengkritik pilihan yang dipilihnya. Kamu takut setelah kembali ke Kota Tong, kalian akan putus!”

Tatapan Riki penuh dengan kepahitan “Bu, aku benar-benar tidak ingin melepaskannya! Aku mencintainya, sangat mencintainya!”

Britania memeluk putranya dan dengan lembut membelai kepalanya “Ibu mengerti. Mungkin keadaan tidak seburuk yang kita duga. Tidak peduli apa pun, kita harus kembali ke Kota Tong terlebih dulu melihat keadaan Pani. Kalau benar dia sudah membuat keputusan, baru kita pikirkan rencana lain.”

Hati Riki seperti ditutup oleh batu besar, berat dan menyakitkan!

“Lihat dirimu, apa yang harus ibu katakan padamu? Kalau kamu lebih awal memberitahuku, wanita yang kamu sukai adalah Pani, kita tidak perlu menunggu sampai sekarang? Ibu pasti akan memikirkan cara agar Pani menjadi menantu keluarga Wijaya! Meskipun ibu baru beberapa kali bertemu dengan Pani, ibu sangat menyukainya! Hanya saja sifat Pani sedikit keras sama seperti ibu. Kamu biasanya tidak menyukai ibu yang terlalu keras, ibu pikir kamu tidak menyukai wanita tipe seperti ini, jadi ibu tidak pernah memikirkan ke arah Pani! Lihat kamu ini, coba mengatakannya lebih awal……apa saja yang telah kamu lakukan?”

“Bu, kamu jangan merepet lagi, sejak aku pergi ke Australia, kamu selalu membicarakan hal ini sampai telingaku panas! Aku benar tidak tahan denganmu, aku pergi beli tiket!”ucap Riki.

Britania mengerutkan kening “Memang benar seperti itu! Kalau mengetahuinya lebih awal, mungkin sekarang Pani sudah menjadi menantuku! Ini semua salahmu!”

Riki tersenyum pahit, melambaikan tangan pergi membeli tiket.

Britania menghela nafas sambil melihat punggung ramping Riki.

……

Sejak menutup telepon Riki, ada suatu beban di dalam hati Pani, sampai membuatnya tidak fokus melakukan sesuatu.

Setelah makan siang, Pani pergi ke kamar untuk beristirahat, pikirannya kacau, setelah beberapa saat baru tertidur.

Selama sebulan ini Sumi tidak bertanya masalah firma hukum, ketika Pani beristirahat, dia pergi ke ruang baca video call dengan Xuyan untuk mengetahui kejadian baru-baru ini di firma hukum.

Sekarang dia harus bekerja lebih keras untuk menghasilkan uang menghidupi anak dan istrinya!

Sebelum memiliki anak dan istri, Sumi tidak pernah merasa termotivasi seperti sekarang!

Ketika video call dengan Xuyan selama dua atau tiga jam berakhir, Xuyan bertanya kepadanya kapan pergi ke firma hukum, Sumi mengerutkan bibir dan tidak memberikan jawaban pasti kepada Xuyan dan mengakhiri video call begitu saja.

Setelah mengakhiri percakapan video call, Sumi berdiri dan merokok di depan jendela, saat merokok sampai setengah, jari telunjuk dan jari tengah yang menjepit rokok tiba-tiba berhenti, lalu dia berjalan beberapa langkah ke meja dan mematikan puntung rokok.

Tidak hanya itu, dia juga membuang semua rokok yang disimpan di ruang kerja ke tempat sampah.

Hingga akhirnya, dia memainkan korek api di ujung jarinya dan melangkah ke kamar mandi.

Ketika dia keluar dari kamar mandi, tubuhnya dari ujung kepala sampai ujung kaki benar-benar sudah “Dibersihkan”!

Sumi menyeka rambut pendeknya dengan handuk kering, lalu melemparkannya ke sofa dan berjalan menuju pintu masuk ruang kerja.

Baru saja berjalan keluar dari ruang kerja, bel pintu berdering dari bawah.

Sumi melirik kamar Pani, lalu menundukkan kepala menatap piyama sendiri, mengerutkan bibir dan turun ke bawah.

Sumi berjalan ke depan pintu, melirik layar CCTV di samping pintu, melihat orang yang berdiri di luar, Sumi mengangkat alisnya dan membukakan pintu.

“Sumi hebat ya, pulang juga tidak bilang ya?”

Samir yang menaruh tangan di sakunya, mengulurkan tangan memukul dada Sumi.

Sumi tersenyum menyeringai, lalu menatap Frans yang berdiri di belakang Samir dan berkata “Silahkan.”

“Sumi, siang bolong seperti ini kamu mandi?” tanya Frans memandang Sumi.

Samir menatap Sumi, sepasang matanya menyipit, lalu tersenyum licik dan berkata “Sumi siang bolong seperti ini kamu mandi apa? Katakanlah, apakah kamu melakukan hal jahat?”

Sumi tersenyum santai tidak memberikan penjelasan dan langsung berjalan ke tangga “Aku pergi lihat Pani sudah bangun belum.”

Samir dan Frans berhenti menggoda Sumi, mengingat situasi Pani saat ini, tidak mungkin baginya untuk melakukan sesuatu yang buruk!

Sumi naik ke atas, Samir dan Frans ke bar kecil mencari minuman.

……

Kamar tidur di lantai dua.

Sumi duduk di tepi tempat tidur, memandang Pani.

Pani mengerutkan alisnya dan tidur dengan tidak nyenyak.

Sumi tidak perlu berpikir sudah mengetahui alasannya.

Sumi mengambil tangan Pani di luar selimut dengan hati-hati, lalu menciumnya dan bergumam “Pani, akhirnya aku mengerti apa yang kamu katakan padaku, aku seharusnya berterima kasih kepada Riki. Kalau selama empat tahun ini bukan Riki yang menjagamu, aku benar tidak berani membayangkan, berapa banyak penderitaan yang kamu alami. Aku berhutang kepada Riki.”

Begitu Sumi selesai berbicara, Pani membuka matanya.

Pani yang tidak tidur dengan nyenyak, terbangun mendengar ada suara di samping telinganya.

Tapi Pani tidak mendengar dengan jelas suara apa itu.

“Paman Su……”

Pani meraih ibu jari Sumi.

Sumi menundukkan kepala, mencium alisnya “Samir dan Frans sudah datang.”

“Samir dan Frans?”

Mata Pani berbinar, dia menutup matanya dan mengusap dagu Sumi dengan wajah sedikit malas “Mengapa mereka ada di sini?”

Sumi mengangkatnya dari selimut dan kemudian memberinya beberapa ciuman di ujung hidungnya dan berkata dengan lembut “Mungkin tahu kita berada di Kota Tong, jadi sengaja datang menjenguk.”

“Oh.” Pani menyandarkan kepala di bahunya “Kalau begitu cepat bantu aku cuci muka, lalu kita turun, jangan biarkan Samir dan Frans menunggu lama.”

“Baiklah.” ucap Sumi di telinganya.

……

Di kamar mandi.

Sumi meletakkan handuk kering di wastafel dan membiarkan Pani duduk.

Pani bersandar di cermin di belakangnya, bernapas dengan pendek, melihat Sumi menbersihkan wajahnya.

Sumi mulai menbersihkan wajahnya dengan serius, tapi ketika sedang menbersihkan, dia menyadari Pani sedang menatapnya dengan sepasang mata besar.

Gerakan tangan Sumi berhenti dan menatap Pani dengan senyum lembut “Untuk apa melihatku?”

Wajah Pani tidak memiliki ekspresi, satu tangannya perlahan-lahan menyentuh wajah Sumi dan berkata “Kamu benar-benar menbersihkan wajahku, itu terlihat tidak nyata. Beberapa tahun ini, aku bahkan tidak pernah memimpikannya.”

Sumi merasa sedih, menjulurkan tangan meremas pipinya, tidak mengatakan apa-apa dan terus membasuh wajahnya.

Pani terus menatapnya dan dengan jelas melihat sentuhan hiasan mengambang di matanya.

Pani menyalahkan dirinya sendiri.

Yang berlalu biarkanlah berlalu, karena sudah memutuskan untuk memulai lagi, untuk apa tiba-tiba sedih.

Pani menghela nafas, kedua tangannya memegang wajah Sumi dan mencium bibirnya.

Sumi tertegun, detik berikutnya Sumi ingin memanfaatkan momen ini untuk menciumnya kembali.

Hanya saja Pani tersenyum menyeringai menghindar ke samping dan menendangnya “Cepat cuci muka, Samir dan Frans sedang menunggu kita!”

Sumi menggertakkan gigi, sengaja melemparkan handuk ke wajahnya “Habis kamu!”

Pani diam-diam menjulurkan lidahnya dan menarik handuk dari wajahnya.

……

Pani dan Sumi turun dari lantai dua.

Samir dan Frans sudah minum sebanyak dua atau tiga ronde.

“Kak Samir, kak Frans, kalian siang bolong minum alkohol!” ucap Pani sengaja menutup hidungnya.

Frans mengangkat mata liciknya, menatap Pani dengan jahat dan berkata dengan bibir tipisnya yang menawan “Kami belajar ini semua dari seseorang, kalau kamu ingin mengkritik seharusnya kamu mengkritik dia!”

“Iya Pani, kamu kritik dia saja!” ucap Samir tersenyum menatap Sumi.

Pani mengerutkan bibirnya, memiringkan kepala memandang Sumi.

Ekspresi Sumi terlihat santai dan ada senyum tipis di bibirnya, lalu menggandeng Pani duduk di sofa “Pemahamanmu kepada Samir dan Frans terlalu dangkal! Jelas-jelas mereka memang seperti ini, masih saja ingin melimpahkan kesalahan kepada orang lain, ini sangat memalukan!”

“Yo yo yo, mulai bersilat lidah!” ucap Samir menggebrak meja.

Frans menurunkan kakinya yang besar dan panjang dari bangku tinggi, lalu berdiri mengerutkan kening, berjalan ke arah Pani dan Sumi, berkata “Pani, kamu harus memberi perhatian khusus pada tubuh paman Sumi, jangan pada saat penting tidak memberikan perhatian, ini sangat menyedihkan!”

Begitu Frans mengatakan ini, wajah tampan Sumi tiba-tiba berkedut dan Samir yang sedang duduk di bangku membuat senyuman terkikik.

Dan Pani membelalakkan sepasang mata beningnya dan wajah cantiknya memerah!

Novel Terkait

The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu