Hanya Kamu Hidupku - Bab 402 Mendapat Sedikit Keuntungan Dan Ingin Bertingkah

Adegan sekarang seperti William dan Hansen menggunakan status mereka, hanya mendengar kata-kata sepihak dan membully keluarga Rinoa. Setelah keluarga Rinoa pergi, Ahmad dan Bintang bersikap baik-baik saja namun Mars agak tidak senang walaupun dia tidak berkata sepatah kata pun tetapi dapat di lihat dari ekspresinya.

William dan Hansen masih bersikap baik seperti tidak terjadi apa-apa. Mereka terus berdiskusi dengan Ahmad dan Bintang tentang menghilangnya Vania. Sampai William dan Hansen meninggalkan rumah Hamid.

Di dalam mobil, Hansen dengan muka muram , menghela nafas , menatap William dan berkata,

" Situasi sekarang, sepertinya kita menyalahkan Nona Rinoa."

"Benarkah begitu? " Jawab William.

Hansen menatap William dengan kaget, "Bukankah begitu? Tidakkah kamu dengar dia mengatakan bahwa sudah mempunyai pasangan untuk menikah?"

"Apakah benar ada seperti yang dia katakan?" jawab William dengan tenang.

"Aku sekarang tidak mau tahu ada atau tidak. Vania sudah menghilang selama tiga atau empat hari dan sampai sekarang pun tidak ada sedikit kabar pun. Jika terjadi apa-apa dengan dia. Bagaimana aku bisa menghadapi ayah mu yang sudah meninggal." Kata Hansen dengan berat.

William mengerutkan bibirnya, pandangan mengarah ke depan. Teringat kata-kata Gerald kepadanya sebelum dia meninggal. Gerald memintanya untuk berjanji agar tidak menyusahkan Vania dalam hal apa pun dan apabila Vania mengalami kesulitan dia berharap William bisa membantunya tanpa syarat.

Jika William tidak menepatinya maka dia tidak bisa meninggal dengan tenang. Meskipun apa yang dilakukan Gerald sebelum meninggal tidak seperti seorang ayah. Bagaimanapun dia adalah ayah kandung William dan hubungan ayah-anak mereka tidak bisa di nyangkal dan di putuskan.

Jadi William berjanji dengannya. Tapi dengan syarat Vania tidak mencari masalah dengan Ellen.

Jika Vania tidak lagi mencari masalah dengan Ellen, maka dia tidak akan menyusahkannya dan jika perlu dia akan membantu Vania apabila dia perlu bantuan.

Namun kalau Vania tidak berubah dan tetap ingin mencari masalah dengan Ellen, maka William tidak akan mengampuninya.

Sehingga ketika mendengar kata - kata Hansen.

William berpikir sejenak dan berkata, "Sekarang polisi sudah mulai menyelidiki kasus Vania dan mencarinya. Sebentar lagi, aku akan meminta bantuan Frans dan Sumi Nulu. Jika Vania masih di kota Tong tidak lama lagi pasti akan ada kabar."

"Aku tidak mengerti, jika bukan kasus penculikan dan ingin meminta uang tembusan, apa tujuan mereka menculik Vania?" kata Hansen dengan berat.

" Semuanya akan jelas setelah kita menemukan Vania." kata William.

Setelah mendengar, Hansen menghela nafas, wajahnya penuh khawatir dan tidak lagi berkata. William menepati janjinya.

Setelah mengantar pulang Hansen. Dengan segera dia menghubungi Frans mereka untuk mencari keberadaan Vania.

Setelah itu, dia kembali ke Coral Pavilion. Ketika William tiba di rumah , sudah waktunya makan malam. Nino, Tino dan Keyhan sudah pulang sekolah dan berada di rumah. Melihat William pulang. Nino dan Tino berlari ke arahnya dan memeluk kakinya.

William mengelus kepala mereka kemudian menggendong mereka ke arah sofa di ruang tamu. Ellen duduk di sofa dan memandang William dengan penasaran. William berjalan menuju sofa. Meletakkan Nino dan Tino di sofa. Memandang Keyhan sekilas , duduk di samping Ellen. Sambil mengelus perut besar Ellen dan kepalanya. Ellen mengerutkan bibirnya dan menatap William.

Saat di rumah William tampak tidak terlalu ramah tetapi sudah lebih lembut dibandingkan di luar. Tetap kelihatan tegas tetapi tidak begitu kejam.

"Tidak ingat apa yang sudah kukatakan padamu?" kata William menatap Ellen.

Ellen cemberut. Mana berani dia tidak mengingat kata-kata William. William menyuruhnya untuk tidak mencampuri urusan ini. Ellen duduk mendekatinya. Siapa menyangka, ketika dia duduk mendekati William dia malah pindah ke samping sedikit.

Ellen menggigit bibirnya dan memandangnya dengan penuh kasihan. William tidak melihatnya, berdiri dari sofa, berkata kepada Keyhan , " Sudah waktunya makan malam , bawa adik-adikmu pergi cuci tangan."

"Baik" Keyhan memandang Ellen yang kasihan dan tersenyum.

Memegang tangan Nino dan Tino yang gemuk ke kamar mandi untuk mencuci tangan. Melihat Keyhan membawa Nino dan Tino pergi cuci tangan. William menunduk kepalanya dan memandang Ellen. Ellen menahan pinggangnya dengan satu tangan dan berdiri dengan susah payah.

Mungkin karena perutnya yang besar mengakibatkan Ellen menjadi pendek atau Ellen benar-benar menjadi pendek. Sekarang ketika William melihat Ellen. Dia ingin menyebutnya 'Si pendek' apabila Ellen tidak marah. Ellen berdiri di depan William, mengangkat lehernya yang kurus, matanya yang jernih menatap William dan berkata dengan bodoh, "Paman ketiga, baru-baru ini aku merasa kamu bertumbuh untuk kedua kalinya, kamu kelihatan bertambah tinggi lagi."

William mengerutkan bibirnya, menatap Ellen. Menahan untuk tidak mengatakan bahwa bukan dia yang tinggi tetapi Ellen yang menyusut. Namun ketika melihat wajah Ellen yang mudah tertipu , hatinya meleleh.

Tangan besarnya menggenggam tangan lembutnya, mencubit jarinya , menariknya ke arah kamar mandi, dan tersenyum "Aku juga membawa gadis kecilku untuk mencuci tangan."

Ellen melihat wajah William yang sedikit senang, mengambil kesempatan dan bertanya " Paman ketiga, sudah ada kabar Vania?"

William memiringkan kepalanya memandang Ellen, " Aku melihatmu ini, kasih sedikit keuntungan sudah mulai bertingkah! Memang tidak bisa senyum terhadapmu."

"Aku bukan mau mencampuri urusan itu. Aku hanya penasaran." Ellen mendekat, tubuhnya yang lembut mengelus-elus di lengan William, mengangkat wajahnya yang putih , lembut dan tidak berdosa membuat hati orang melembut.

William memandangnya sebentar, menariknya ke pelukan, mencium dahinya , memandang bulu matanya yang panjang dan lebat berkata dengan perlahan-lahan,

"Baiklah, biar ku beritahumu semuanya agar kamu tidak penasaran."

Ellen langsung menunjukkan wajah yang tersanjung dan berkata dengan senyum, " Suamiku paling baik...cium cium”

Alis William mengerut, dia menatap Ellen dengan mata hitamnya, "Apabila aku memberitahu , akan dapat.."

"Iya?" Ellen menatap William dengan mata besarnya, tampak bingung.

William, mendekati bibirnya ke telinga Ellen , berkata dengan suaranya yang seksi , "cium" Gendang telinga Ellen hampir pecah, telinga yang didekati bibir William memerah segera.

Karena penasaran, mata Ellen yang berair karena malu, memandang William dan berbisik , " Bisa"

Mata William yang mendalam menunjukkan senyuman. Bibirnya yang mendekati telinga Ellen, menciumnya dengan kuat, kemudian dia berdiri tegak dan memberitahu Ellen tentang kejadian di rumah Hamid.

"Venus mengatakan bahwa dia sudah mempunyai pasangan dan akan menikah dalam setengah tahun?" tanya Ellen dengan kaget.

"Iya, dia berkata begitu." jawab William.

Ellen mengangkat kepalanya, memandang William, "Paman ketiga, apakah kata-katanya benar atau bohong?"

"Bohong." kata William dengan yakin.

Ellen juga merasa itu bohong. Tapi dia hanya curiga. Jadi ketika dia mendengar William menjawab dengan yakin , dia sedikit terkejut, "Mengapa kamu merasa itu bohong?"

"Perasaan" Ellen bengong.

Okelah. Dia salut dengan jawabannya. Jadi dia melewati pertanyaan ini dan bertanya, "Paman ketiga, apakah kamu merasa menghilangnya Vania ada hubungan dengan Venus?"

Mata William menyipit, memandang Ellen dan tidak menjawab.

Dia menggendong Ellen dan meletakkannya di atas wastafel dan mengunci pintu kamar mandi. Kembali ke sisi Ellen, meletakkan kakinya di antara kaki Ellen.

Lengannya menahan di kedua sisi Ellen, mendekatinya dan berkata, "Sudah ku beritahumu apa yang terjadi. Sekarang waktunya kamu menepati janjimu."

Ellen memandang pintu kamar mandi yang terkunci. Mukanya segera memerah karena malu.

Dengan lambat dia memeluk leher William dan mencelup bibirnya.

"Hanya begini?" kata William dengan tidak puas ketika Ellen menjauh dari dirinya.

Ellen berpikir sejenak dan kemudian mendekati William lagi, mencium bibirnya dua kali dan menatap William dengan yakin.

" Sudah bisakah ?"

"Kamu yakin tidak sedang menipuku?" William mendekatinya dengan bibirnya yang berada di atas bibir Ellen dan mengeluarkan udara panas.

Hati Ellen berdebar, pandangannya terfokus di bibir William. Bibirnya begitu tipis dan lembut, kelihatan tidak kasar tetapi setiap kali dia menciumnya dengan tenaga yang kuat. Ellen terus menatapnya. Matanya tanpa sadar menjadi keruh, kedua tangan yang dileher William tanpa sadar menariknya dengan erat dan bibirnya perlahan mendekati bibir William.

Tidak seperti dua kali sebelumnya. Kali ini Ellen menempelkan bibirnya ke bibir William. Merasakan kehangatan bibirnya dan kepuasan yang diberikannya dan hatinya yang berdebar.

Ketika Ellen merasa dirinya akan terjun ke situasi indah ini. Tiba-tiba terdengar ketukan pintu. Ellen segera sadar, dengan segera dia melepaskan tangannya yang di bahu William dan menjauh.

Lengan William yang di belakang punggungnya segera mempererat dan menarik tubuh Ellenn kembali.

Ciuman William datang secara mendadak. Tawaan Nino datang dari pintu.

"Ayah, kata nenek Darmi , jika kalian tidak keluar lagi untuk makan. Lauk akan segera dingin."

"Kamu ini, bocah kecil. Kapan aku bilang begitu?" terdengar suara Darmi yang tak berdaya.

Ellen merasa sangat malu. Tangan yang di bahu William dengan kuat mendorongnya. William merasa tidak berdaya kemudian dia melepaskan Ellen dan dengan muka masam, dia melototi pintu kamar mandi dan berbisik.

"Apakah kulit kalian sudah gatal?" Kemudian terdengar suara lari menjauh.

William , Ellen, "...."

Novel Terkait

Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu