Hanya Kamu Hidupku - Bab 443 Catatan Cemburu 1

Si Ndut segera berumur 1 tahun, Ellen mengikuti ujian masuk perguruan tinggi, berhasil masuk ke sekolah bisnis. Awalnya dia ingin mengikuti ujian untuk sekolah ke luar negeri, tapi mempertimbangkan di rumah anak-anak masih kecil, juga ada orang yang pasti tidak akan setuju kalau dia pergi sekolah ke luar negeri, jadi Ellen mengambil jalan tengah dan mendaftar ujian untuk sekolah bisnis.

Ellen tidak buru-buru mencari kerja, pengaturan waktu pembelajaran sekolah juga sangat longgar, setidaknya tidak perlu setiap hari di sekolah terus.

Tapi Ellen pergi ke sekolah hampir sama dengan pergi mengantor saja, pergi jam 9 balik jam 5, dan malam hari pulang setelah menemani Si Ndut , Keyhan, Tino dan Nino, mengurung diri lagi di dalam kamar, jam 11 hampir jam 12 baru keluar dari kamar. Kembali ke kamar tidur utama dan setelah mandi juga sudah hampir tengah malam.

Jadwal Ellen setiap hari lebih sibuk dari William.

Terhadap hal ini William sudah lama tidak puas.

Karena setiap kali sewaktu pria itu membahas tentang hal yang suka dilakukan oleh pasangan suami istri, Ellen pasti bisa mencari alasan untuk menolak. Di depan William, penolakan sering kali tidak ada gunanya. Yang paling membuat orang kesal, saat melakukannya Ellen tidak sepenuh hati, berbagai macam alasan yang tidak memuaskan, belum sampai setengah sudah bilang capek, bisa dibilang William menahan sekali!

Semakin lama, William tiba-tiba menjadi dingin, juga tidak mondar-mandir di depan Ellen, malam waktu tidur juga biasa saja. Ellen tidak berbincang dengan pria itu, dia juga tidak berinisiatif untuk berbincang, Bisa dikatakan, sebenarnya juga sudah marah.

William marah, tapi juga tidak memaksa Ellen berhenti sekolah!

Pada akhirnya, William juga sedang berubah.

Kalau William yang dulu seharusnya dari awal sudah bertindak baru melapor, mengundurkan diri dari sekolah dulu baru membahasnya, kenapa apa dia tidak bisa memelihara wanita itu?!

Awal-awal, Ellen sama sekali tidak merasakan keanehan William, hanya tiba-tiba saja merasa menjadi sunyi.

Hingga suatu malam, selesai membaca Ellen kembali ke kamar tidur utama, tak disangka tidak kelihatan William di ranjang.

Ellen tertegun sebentar, mengira William di ruang baca, sementara tidak peduli, mengambil pakaian tidur pergi mandi ke kamar mandi.

Setelah mandi dan keluar, Ellen masih juga tidak kelihatan William, lalu pergi ke ruang baca untuk mencari pria itu.

Tidak menyangka, masuk ke ruang baca, William juga tidak ada di ruang baca.

Ellen agak cemas, pergi cari lagi ke kamar gym dan kolam berenang, juga tidak menemukannya.

Ellen dengan murung kembali ke ruang tamu, duduk di sofa, mengambil ponsel dan menelpon satu nomor.

Dengan cepat disambut oleh yang di sebelah sana.

“Suamiku, kamu dimana?” Ellen langsung bertanya.

“Di kantor.” William menjawab.

“Di kantor?” Ellen sangat terkejut, “Apa akhir-akhir ini kantor sangat sibuk? Sampai kamu juga mau lembur di kantor?”

“Masih ok.” William berkata.

Ellen lebih terkejut lagi, melotot dengan mata yang jelas membesar, dengan suara kecil bertanya dengan bodoh, “Kalau benar demikian mengapa kamu tidak pulang?”

William agak terdiam sebentar, berkata “Sama saja.”

Sama saja?

Ellen jadi bingung.

“Sudah larut, tidur sana. Apa kamu besok masih ada kelas mau ke sekolah.” William bertanya.

“….. apa malam ini kamu tidak pulang?” Ellen dengan nada rendah bertanya.

“Tidak.” William menjawab dengan tegas.

Ellen mengerutkan dahi, tak bersuara.

Ellen sini belum selesai berbicara, William sana juga tidak memutuskan telpon.

Lama juga.

Ellen menurunkan bulu mata yang lebat, berkata, “Suamiku, kamu tidur pagian.”

Kali ini, gantian sebelah William sana yang tak bersuara.

Melihat kondisi ini Ellen, kembali menurunkan bulu mata ke bawah lagi, “Aku tidur dulu.”

Lalu, Ellen langsung sungguhan memutuskan telpon.

Memutuskan telpon.

Ellen memandangi ponsel lama juga melihat, selanjutnya mengenggam erat ponsel, berdiri dan balik ke kamar tidur.

Selain dinas keluar kota atau ada hal yang sangat mendesak, seperti ini malam tidak pulang, William baru pertama kali.

Kalau dulu William sering seperti ini, Ellen juga tidak akan merasa aneh.

Tapi yang luar biasa itu adalah William pertama kali seperti ini!

Jadi Ellen keesokan pagi harinya, turun tangan membuat sarapan sendiri, memasukkan sarapan ke kotak makanan tahan panas.

Saat Keyhan, Tino dan Nino makan sarapan, Ellen pergi menyusui Si Ndut .

Tunggu setelah Keyhan, Tino dan Nino selesai makan, Ellen langsung mengambil kotak makanan sarapan pagi keluar dari rumah, dia sendiri yang mengantar Tino, Nino dan Keyhan ke sekolah.

Ellen pagi hari ini ada kelas, tapi dia tidak pergi, langsung membawa sarapan pagi pergi ke perusahaan Dilsen.

…..

Terlebih dahulu ada keluarga Nulu yang membuka konfrensi pers mengumumkan bahwa Ellen adalah putri asuh keluarga Nulu, lalu William di pesta ulang tahun di depan umum menyatakan cinta, selanjutnya ditambah dengan diskusi hangat di Weibo dan juga pembeberan asal-usul Ellen, sekarang di kota Tong seharusnya tidak ada yang tidak kenal Ellen.

Jadi sekali Ellen muncul di perusahaan Dilsen langsung dikenali.

Istri CEO datang sendiri, siapa yang berani mengabaikan?

Oleh karenanya resepsionis langsung saja membukakan lift khusus untuk CEO, mengantarnya masuk ke lift, dengan penuh hormat melihat pintu lift tertutup, baru menutup mulut yang senang bukan main itu berlari kembali ke meja resepsionis, mendiskusikan dengan hangat bersama dengan beberapa orang di meja resepsionis.

“Aku akhirnya melihat langsung wajah istri CEO, kelihatannya muda sekali, polos sekali, cantik sekali, sama sekali tidak kelihatan sudah jadi ibu 4 anak.”

“Iya benar, mukanya penuh kolagen, tidak kelihatan kekurangan sedikitpun, cantik sekali. Pantas saja bisa berhasil mendapatkan CEO kita yang dingin.”

“Kalian hanya melihat wajah istri CEO, apa tidak melihat bentuk badan istri CEO juga sangat bagus? Depan menonjol belakang montok, aku tebak setidaknya ada D….. tidak bisa menggenggam dengan satu tangan.”

“Haha, kamu mau mati yah, perkataan seperti ini juga berani mengatakan, kalau sampai terdengar ke telinga CEO, kamu tinggal tunggu gulung tikar pulang ke rumah.”

“Aku menyanjung bentuk badan istri CEO bagus, CEO tidak memberiku hadiah masih memecatku, bercanda kah?”

“Kalian ini, bagaimanapun kalian adalah mahasiswa teladan di sekolah terkenal, jam kerja bergosip, apa itu baik?”

“Kita ini terlalu gembira. Pembawaan istri CEO juga sangat baik, bicaranya lemah lembut, seperti seorang gadis saja.”

“Ada yang tidak benar. Aku pagi ini tidak kelihatan CEO datang ke kantor. Apa kalian kelihatan?”

“Tidak.”

“….. ah, apa semalam CEO tidak pulang? Apa mungkin CEO dan istrinya…. bertengkar?”

“…..”

………

Dari sisi Ellen, sama sekali tidak menyangka kalau kedatangan dirinya ke perusahaan Dilsen bisa mendatangkan begitu banyak desas-desus.

Lift sampai ke lantai ruang kerja CEO, Ellen keluar dari lift, melangkah mau berjalan ke ruang kerja CEO, kelihatan seorang wanita cantik berjalan keluar dari ruang kerja.

Otak Ellen langsung saja membunyikan sirene, bingkai mata juga agak menyipit, pemikiran juga berubah bermacam-macam.

Em, seharusnya ini adalah respon yang langsung bisa bangkit saat semua wanita melihat gambaran di depan mata yang seperti ini.

Wanita cantik ini bukan orang lain, dia adalah asisten khusus William Vera.

Vera saat ini juga kelihatan Ellen, dia tentu saja juga kenal Ellen.

Tapi dia tidak menyambut atau membuka mulut mengatakan sesuatu, tapi sama saja dengan Ellen, menyipitkan mata melihat Ellen.

Melihat hal ini.

Ellen juga mau tertawa.

Ellen menggeser pandangan matanya dari Vera, menunduk melihat sekilas kotak makanan sarapan pagi di tangannya, lalu mengangkat alis mata, dengan terang-terangan berjalan ke sana.

Karena Vera tadi baru keluar dari ruang kerja CEO, jadi tempat dia berdiri tepat sekali di depan pintu ruang kerja.

Ellen berdiri tegap di depan wanita itu, lalu melihat sebentar pintu ruang kerja yang belum sepenuhnya tertutup rapat itu.

Meski belum tertutup rapat, tapi juga hanya tersisa sebuah celah kecil, dari luar tidak kelihatan seseorang yang ada di dalam ruang kerja.

Ellen menarik bibir, tersenyum sopan ke Vera, “Aku datang untuk mengantar sarapan pagi. Tapi nanti aku masih ada kelas, buru-buru, tidak bisa mengantar masuk, apa bisa merepotkanmu bantu aku antar masuk. Terima kasih.”

Vera tak bersuara melihat kotak makanan yang ada di tangan Ellen, bergambar kartun, sangat pinky sekali.

Vera lalu menghirup nafas, ujung mulutnya membentuk lengkungan mengandung maksud tidak mengerti, melihat ke Ellen, “Ibu, bapak dia tidak ada kebiasaan makan sarapan, seharusnya kamu tahu.”

“Ow, oh yah?”

Ellen berpura-pura curiga, memiringkan kepala berkata, “Aku tidak tahu, apa dia tidak makan sarapan?”

Ellen berkata, langsung mendorong dan membuka pintu, berdiri di depan pintu tersenyum melihat pria yang duduk di atas kursi kerja yang besar, masih mendongak melihat ke sini ke arahnya, “Suamiku, apa kamu ada kebiasaan tidak makan sarapan pagi?”

Vera, “…..” Tadi siapa yah yang bilang buru-buru?

Mata William dengan dalam dan rendah hati melihat muka kecil Ellen yang cantik, dengan suara yang hening, “Makan, kapan aku bilang tidak makan sarapan pagi? Mari bawa masuk. Aku sudah lapar.”

Vera mengerutkan dahi.

Ellen mengangkat dagu, “Aku masih mau pergi ke sekolah ada kelas.”

Sambil berkata, Ellen melihat Vera lagi, “Kamu bantu aku antar saja. Terima kasih.”

Vera menurunkan bulu mata, sedang mau menjulurkan tangan untuk menerima.

“Aku hanya makan sarapan pagi yang kamu antar masuk. Kalau ternyata kamu tidak masuk, bawa pergi saja.” William berkata.

Vera, “……”

Ellen, “…..” Sakit apa ini!?

Di saat seperti ini, terlalu tidak mengenali kondisi kalau Vera terus mematung di sini, mereka berdua jelas sedang bercanda dan bermesraan di depannya, kalau dia tetap di sini apa dirinya mau membuat orang tidak senang?

Makanya, Vera melihat ke bawah, mengangguk ke William dan Ellen, membalikkan badan kembali ke ruang kerjanya sendiri.

Begitu Vera pergi.

Ellen juga tidak berpura-pura lagi, membawa barang berlenggok berjalan masuk, menutup pintu, lalu berjalan ke sofa dan duduk.

Memang secara khusus menyiapkan sarapan pagi untuk pria itu, kali ini Ellen juga tidak mengantarkan ke pria itu.

Langsung saja meletakkan kotak makanan di atas meja tamu, membukanya, makan sendiri, sama sekali tidak peduli dengan seseorang.

Sepasang tangan William menyatu di atas meja kerja, agak mengerutkan dahi melihat Ellen, “Bukannya diantar buat aku?”

Ellen tidak berbicara, tetap saja makan.

Wajah tersenyum Ellen itu sudah memanjang sudah tidak tahu jadi apa, William tidak mungkin tidak kelihatan.

Bibir tipis merapat datar, William berdiri dari kursi kerja yang besar, memutari meja kerja berjalan ke sofa.

Ellen tidak melihat pria itu, terus makan, jus yang sudah dipersiapkan dengan baik untuk pria itu juga sudah diminum setengah.

William berjalan ke samping Ellen, melihat Ellen mengambil jus dan mau meminumnya lagi, alis mata panjang melompat, dengan tangkas mengambil jus dari tangan wanita itu, melototi wanita itu dengan dalam, sambil mendongak dan langsung meminum habis jusnya.

Ellen melototi pria itu sambil menghembus nafas, seperti melototi musuh saja.

William menyipitkan mata dengan dalam, meletakkan gelas ke atas meja, duduk di samping wanita itu.

Begitu pria itu duduk, Ellen langsung mau bergeser.

William menghembus nafas dalam, menggenggam lengan Ellen, menarik wanita itu ke samping dan menempel erat dengannya, berkata, “Katanya mengantar sarapan pagi untukku, malah kamu sendiri yang makan. Masih terus!”

Masih terus?

Hehe!

Ellen menyampingkan pandangan mata yang bersinar ke pria itu.

William jadi gemas, mengangkat tangan mencubit dagu wanita itu, menyumbat mulut kecil wanita itu.

Novel Terkait

Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu