Hanya Kamu Hidupku - Bab 207 Aku Rindu Padamu

Kalau tidak, kedua anak kecil itu tidak akan takut disalahkan dan bersembunyi di ruang bermain.

Agnes mengulurkan tangan dan mengelus kepala kecil Nino, lalu memandang Tino, "Kakak, apakah ada yang mau dikatakan?"

Tino terkejut, dia pun mengerutkan kening, sambil menatap Agnes, "Aku akan pergi bersama dengan adik meminta maaf kepada Siro Ogata."

Agnes tersenyum dengan lega, mengulurkan tangan ke arahnya.

Tino mengulurkan tangan gemuknya ke dalam genggaman tangan Agnes.

Agnes mengepal erat tangan anak kecil ini, menariknya ke sisinya, dan mencium pipi dari wajahnya yang putih itu. "Kamu tahu mama sayang kamu dan adik,kan?"

Wajah Tino muncul dua semburat kemerahan, bokongnya yang kecil bergerak, mendekat ke arah tempat duduk Agnes, matanya yang seperti kristal hitam bersinar sambil menatap Agnes, " Ma, Aku pasti akan menjaga adik, supaya dia tidak mendapatkan masalah. "

Nino memutar bola matanya, "Aku kan bukan anak anjing. Yang perlu dilihat terus."

Agnes tertawa dan mencium dahi Nino, "Tidak usah berpura-pura lagi di depan mama. Mama tahu hubungan kakak beradik kalian sangat dekat."

Nino yang terkejut, memandang Tino sejenak.

Mata hitam Tino terpancar senyuman, dan berkata, "Hubungan kita tidak baik, Sepanjang hari hanya akan mendapat masalah."

Nino memutar matanya.

Setiap kali mendapat masalah kan diciptakan bersama ?

"Tidak mau mengaku."

Agnes menunjuk hidung kecil Tino dan berkata sambil tersenyum, "Sudahlah, kita sudah terlalu lama berada di lantai atas. Nenekmu pasti gelisah. Ayo kita turun."

Kedua anak kecil itu mengangguk.

Agnes menggandeng kedua tangan anak kecil itu di masing masing sisinya untuk turun dari sofa dan berjalan keluar ruang bermain.

Keluar dari ruang bermain.

Agnes mendengar suara tawa gembira dari Nurima di lantai bawah.

"Samsu, sekarang kamu semakin bisa membuat wanita tua ini senang."

"Paman Ming."

Nino melepaskan tangan Agnes, berjalan hingga ke susuran tangga, Menundukkan kepala melihat ke ruang tamu di lantai bawah.

Ketika dia melihat Samsu Ming yang duduk di ruang tamu, Nino berteriak, "Paman Ming."

Samsu yang mendengar namanya dipanggil, mengarahkan pandangan nya ke lantai atas.

Sepasang mata bermata persik yang berkilau menyapu ke arah wajah kecil Nino, dan kemudian terhenti pada Agnes, wajahnya yang tampan tersenyum.

Agnes melirik Samsu Ming, melangkah maju dan menggenggam tangan Nino, dan berjalan menuruni tangga.

Samsu yang menunggu ibu dan kedua putranya turun, segera bangun dari sofa dan berjalan ke arah mereka.

"Bocah."

Nino dan Tino memandang lengan terbuka Samsu, mereka menatap satu sama lain, dan segera melepaskan tangan Agnes dan menerima pelukannya.

"Hai."

Samsu menggendong kedua anak kecil ini dengan stabil, masing masing tangan nya memegang Nino dan Tino, sambil tertawa keras berkata," Paman Ming selama pergi dinas, kalian kangen dengan paman tidak ?".

"Kamu pergi dinas ?"

Nino menyipitkan matanya bertanya dengan polos kepada Samsu.

"..." Samsu memandang Nino dengan wajah terluka.

Nino pun mengangkat alisnya.

Samsudengan enggan, mendongak untuk melihat Agnes yang berdiri di bawah tangga, pandangan kedua matanya secara perlahan lahan menjadi panas.

Bulu mata panjang Agnes berkedip. Dia melangkah maju dan memandang Nino dan Tino dengan lembut. "Paman Ming akan lelah menggendong kalian berdua pada saat yang sama, ayo turun ya ?"

Samsu tidak mengatakan apa-apa dan menatap Nino dan Tino dengan hangat.

"Paman Ming, bisa turunkan kami," kata Tino.

Samsu mengangkat alis, "Oke."

Begitu Samsu menempatkan Nino dan Tino ke bawah, dia berjalan ke arah Agnes, memeluk di belakang punggungnya, memeluk ke dalam pelukannya dengan ringan.

Punggung Agnes sedikit kaku, ketika dia menyadari dan ingin melepaskan diri, Samsu memperkuat kekuatan pelukannya sambil berkata di telinganya, "Aku merindukanmu."

Agnes mengambil nafas dengan keras dan berjuang membebaskan diri dari dalam pelukannya, "Samsu, lepaskan tanganmu."

"Oke. Aku mendengarkanmu."

Ketika Samsu berbicara, bibirnya mengarah ke arah telinga Agnes, tidak tahu apakah sengaja atau tidak sengaja. Ketika dia melepaskan nya, bibirnya menyentuh anting-antingnya.

Agnes mengerutkan kening dan tanpa ragu-ragu. Mendorongnya dan dia terdorong dua langkah ke belakang.

Mata yang cerah tersebut mengandung rasa marah dan menatap Samsu.

Samsu mengedipkan matanya ke arah dia, dengan wajah tidak bersalah.

Agnes, "..."

Nurima yang duduk di sofa, memandang Samsu dan Agnes, dan matanya yang agak kabur menyipit. Kemudian dia berdiri dari sofa dan berkata sambil tersenyum, "Makan malam sudah siap untuk sementara waktu. Aku juga sudah lapar. Ayo kita pergi ke ruang makan untuk makan malam. "

Samsu menjilat bibir bawahnya di bawah tatapan Agnes, dan dia membungkuk lagi, menggendong Nino dan Tino, dan sambil tertawa ke arah Agnes,, " Ayo, Kita makan ".

Agnes diam-diam menggertakkan giginya.

...

Makan malam kali ini sudah larut, sesudah selesai menyantap makanan sudah hampir setengah sembilan.

Nino dan Tino yang sesudah makan merasa bosan, segera berlari ke ruangan bermain di lantai tiga untuk bermain.

Agnes, Nurima dan Samsu duduk di ruang tamu.

Agnes tidak banyak bicara selama seluruh percakapan, hampir semua pembicaraan dilakukan antara Nurima dan Samsu.

Sekitar setengah jam setelah makan malam, pelayan datang dan meletakkan semangkuk sup berwarna coklat tua di depan Agnes, "Nona, saatnya untuk minum obat."

Ketika Agnes mencium bau obat itu, dalam hatinya pun dengan segera muncul rasa mual.

Obat ini telah dia minum selama tiga tahun.

Nurima memperhatikan kerutan di wajah nya, Dengan kasihan berkata. "欢欢, bertahanlah beberapa waktu lagi, Dokter pun sudah berkata, Kesehatan tubuhmu sudah mengalami kemajuan yang besar, asalkan bisa bertahan minum obat ini dalam beberapa waktu ini, Tubuhmu akan kembali sehat sepenuhnya. "

Agnes mengeratkan genggaman tangannya, Dengan susah payah menahan bibirnya yang pucat, dengan sekilas memandang Nurima, tidak berkata apa-apa, mengambil mangkuk obat di atas meja,meletakkan di samping bibirnya, Sambil mengangkat kepalanya, meminumnya dalam satu kali teguk.

"Ini."

Setelah Agnes minum obat, Samsu seakan menggunakan sulap dan memberikan sebuah permen kepada Agnes.

Kerutan pada Agnes menjadi lebih banyak, obat ini benar-benar pahit, dan sangat tidak enak.

Agnes bangkit dan berjalan ke kamar tidur di lantai atas tanpa menerima permen pemberian dari Samsu.

Samsu yang memandang punggung ramping Agnes yang naik ke atas, Matanya untuk sesaat terpancar rasa menyesal, tetapi pandangan itu segera berlalu, Yang muncul berikutnya hanyalah kegelapan, membuat perubahan ekspresi pada matanya tidak mungkin bisa dilihat orang lain.

Nurima melirik permen di tangan Samsu, matanya sedikit menyipit, namun tidak mengatakan apa-apa.

...

Kamar mandi di dalam kamar tidur.

Agnes berkumur tiga kali, baru bisa membuat aroma sup obat yang membuatnya jijik itu hilang.

Dengan kedua tangan yang memegang wastafel, Agnes menundukkan kepalanya dan mengambil nafas, lalu berbalik untuk meninggalkan kamar mandi.

Tapi Agnes tidak menyangka ketika ia keluar dari kamar mandi, dan melihat sosok tinggi dan ramping yang berdiri di tengah kamarnya.

Agnes mengerutkan kening dan berdiri di pintu menatapnya.

"Apakah kamu sudah baikan?"

Samsu berjalan perlahan menuju Agnes.

“Samsu, apakah kamu merasa sopan sembarangan masuk dan keluar dari kamar tidur wanita ?” Suara Agnes tenang, namun ketidaknyamanan terlihat jelas di matanya.

“Kamu pucat.” Samsu berdiri di depan Agnes, berbisik sambil terus menatap ke arah wajah kecilnya.

Agnes mengulumkan bibir, kening yang berkerut menatap penampilan Samsu, yang keras kepala.

Samsu mengangkat bahu dengan sedikit frustasi, menatap Agnes, "Agnes, aku tidak mengerti. Mengapa kamu terus menolak aku, Apakah aku pernah melakukan sesuatu yang tidak dapat dimaafkan, atau melukaimu ? "

Agnes tertegun, menggigit bibir bawahnya dan menatap Samsu.

Ada sedikit luka yang tersembunyi di mata Samsu. Untuk pertama kalinya, dia memandang Agnes dengan serius. "Atau hanya karena aku menyukaimu, jadi kamu merasa bahwa tidak peduli seberapa dingin dan tidak manusiawi kamu bagiku, itu tidak masalah bagiku?"

Alis Agnes bergetar, dan bulu matanya yang terlalu panjang terkulai ke bawah, "Aku tidak akan menyukai siapa pun. Jadi, cinta siapa pun padaku hanya akan menjadi beban. Terutama kamu."

Samsu menyipitkan matanya, "Kenapa?"

Agnes mengangkat bulu matanya,matanya yang jernih. "Keluarga Ming adalah sebuah keluarga terpandang di kota Rong. Kamu sebagai anak kedua dari keluarga Ming, dengan identitas yang terpandang, penampilan yang tampan, dan seorang pebisnis baru. Bisa mendapatkan wanita manapun yang kamu mau kan? Aku, Saat ini hanyalah seorang ibu beranak dua. sudah menjadi bunga yang layu. Aku tahu keberadaanku. "

Dia pun berhenti, Agnes menambahkan, "Atau yang kamu sukai bukan diriku, melainkan marga keluarga Nie di belakangku."

Pandangan mata Samsu menjadi tenggelam, menatap fokus kepada Agnes, "Aku sudah mengerti. Kamu berpikir yang aku sukai bukan kamu, tetapi manfaat yang bisa diberikan keluargamu kepadaku."

Agnes tidak berbicara.

Samsu menarik bibirnya dengan dingin dan melangkah menuju Agnes.

Hati Agnes menyusut dan dia pun mundur selangkah.

Pada saat itu, Samsu dengan cepat meraih tangan Agnes dan meletakkannya pada dada kiri nya.

Tangan nya pun dengan segera merasakan denyutan jantung yang kencang yang membuat Agnes mengambil napas ringan, ia melotot menatap Samsu.

Mata Samsu yang gelap menatap Agnes, suaranya yang lembut dan sedikit serak berkata, "Perkataan yang diucapkan mungkin bisa dipalsukan, namun hati ini, tidak bisa membohongi siapa pun."

Hati Agnes bergetar, dengan keras menarik tangannya.

Namun Samsu bertahan tidak melepaskan tangan yang diletakkan di dadanya.

Dan pada saat yang bersamaan.

Agnes dengan jelas dapat merasakan bahwa detak jantungnya semakin cepat, dan denyutan jantungnya semakin lama semakin besar.

Agnes yang panik, menggigit bibirnya menatapnya, "Samsu..."

Samsu memandang wajah panik Agnes, hanya merasa wajahnya semakin cantik, Wajahnya yang tampan untuk sementara berubah menjadi serius, Dengan cepat mengubah ekspresinya menjadi tidak peduli, bibirnya tergores senyuman jahat," Apakah masih meragukannya?".

"Kamu membosankan!" Agnes marah.

"Hum." Samsu bergumam, menatap Agnes dengan dalam, "Jika kamu bilang kamu percaya padaku, aku akan melepaskannya."

“Jangan keterlaluan !” Agnes memelototinya.

"Ya, aku suka tatapanmu yang tajam kepadaku. Terkadang, hal itu membuatku merasa bahwa aku di di hatimu berbeda dari orang lain dan aku adalah keberadaan yang istimewa. Ketika berpikir seperti itu, aku menjadi sangat bahagia "Samsu membungkuk, dan Matanya terkandung senyuman, matanya yang berkilau seperti seorang pemburu yang menemukan buruannya yang gesit, berhasil menangkap Agnes.

"Kamu terlalu banyak berpikir!"

Agnes sangat marah sehingga suaranya bergetar dan menatap Samsu dengan mata yang seakan akan bisa menyemburkan api.

"Agnes..."

"Agnes, aku tidak dapat menemukan sesuatu. Tolong bantu aku mencarinya."

Begitu Samsu berbicara, suara Nurima terdengar masuk.

Samsu terhenti sejenak, menatap Agnes dengan erat, dan kemudian setelah beberapa detik dia melepaskan tangan Agnes sambil tersenyum.

Begitu dia melepaskan tangannya, Agnes segera melewatinya dan berjalan keluar pintu.

Samsu menutup matanya dan menatap tangan yang baru saja memegang tangan Agnes, sampai sekarang, ia masih bisa merasakan tangannya yang licin dan lembut.

Dengan cepat, Samsu menggenggam tangan itu.

Novel Terkait

Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu