Hanya Kamu Hidupku - Bab 89 Ada Yang Sedang Menahan Diri Untuk Mengeluarkan Jurus Pamungkas

Ellen, “………” dia terlihat begitu tenang!

hanya dalam satu lirikan saja sudah bisa melihat waktu ujian, benang jahitan yang ada diwajah kanan Ellen sudah dibuka dimalam sebelum ujian, lukanya sudah menutup cukup baik.

Jine memberitahu Ellen, luka diwajah kanannya seharusnya tidak akan meninggalkan bekas, asalkan ida minum obat dengan teratur, mkaa bekas luka diwajahnya akan perlahan memudar.

Karena diwajahnya tetap akan terlihat bekas luka, sehingga ketika keluar rumah Ellen sengaja mengenakan masker.

Hanya saja ia mengira dihari yang seperti ini, akan ada yang mengantarkan dia kesekolah, namun siapa yang menyangka kalau dia sama sekali tidak membicarakannya, bahkan sebelum dia pergi, William sudah berangkat kerja terlebih dahulu.

Ellen hanya bisa mengkerutkan bibir diam-diam.

Semenjak Bintang datang ke villa, beberapa hari ini William terlihat terus mengambek.

Tidak bicara dengannya terlebih dahulu, namun begitu diajak bicara dia masih merespon, hanya saja tidak seakrab dulu, hanya menjawab ala kadarnya saja.

Dan juga tidak memeluknya dengan begitu hangatnya, ia sungguh bertingkah begitu tegas selayaknya orang tua, seolah tidak ada yang terjadi diantara mereka.

Ellen sungguh merasa kesal setengah mati.

Namun ia tidak tahu kalau dia sedang menahan diri untuk mengeluarkan jurus mematikan!

……

Ujian pertama, sekolah melaksanakan ujian seketat ujian nasional.

Hari pertama yang diuji merupakan pelajaran bahasa dan matematika, hari kedua yang diuji adalah pelajaran bahasa inggris dan pelajaran komprehensif.

Sebelum ujian Ellen merasa lebih tegang, namun begitu ujian berlangsung, Ellen malah menjadi jauh lebih tenang.

Tanpa terasa ujian sudah selesai.

Pelajaran terakhir sudah selesai, wali kelas mengumpulkan semua murid untuk melakukan rapat kecil dikelas masing-masing, lalu mengikuti prosedur, meninggalkan alamat rumah masing-masing untuk dikirimi hasil ujian, terakhir mengumumkan libur.

Ketika libur diumumkan, seisi kelas berseru dengan senang.

Pani memeluk Ellen sambil mengayunnya dengan berbagai gaya, “Akhirnya libur, kalau tidak libur lagi aku bisa mati!”

Demi mempersiapkan ujian, Pani membulatkan tekad sampai kerja parttime pun ia tinggalkan.

Ellen menepuk ringan punggungnya sambil menenangkannya.

Keduanya menggendong tas dan berjalan keluar dari kelas, tiba-tiba Ellen teringat Sumi, sehingga dia mengikuti sikap Pani yang nakal, menggunakan sikutnya untuk menyikutnya, “Aaaa, Pani…….”

“Bisa gak jangan manggil aku dengan suara yang ditahan begitu? Merinding nih!” Pani langsung loncat dari samping Ellen dan menjauh, mengelus lengannya dengan jijik sambil memandang Ellen dengan pandangan jijik.

Ellen tertawa, “Aku baru memanggilmu seperti itu, kamu sudah tidak tahan, kalau Paman Sumi-ku bertemu denganmu dan memanggilmu seperti itu, apakah kamu akan membunuhnya?”

Pani langsung mendekat dengan cepat, mengangkat tangan dan meletakkannya diatas bahu Ellen, “Paman Sumi-mu memanggilku seperti itu, aku akan menganggap tidak mendengarnya, mana bisa disamakan denganmu!”

“Kalau begitu aku lebih penting daripada Paman Sumi donk.”

“Tentu saja, kita ini siapa.” Pani memainkan alis kearah Ellen.

Ellen hanya tertawa.

“Ujian hari ini sudah berakhir, kita perlu merayakannya tidak.” Pani berkata sambil mengelus-elus tangannya.

“…Kita mau merayakannya dimana?” Ellen berpikir sejenak lalu bertanya.

“Uhm, biar kupikirkan dulu ya.”

Pani menarik kembali tangan yang dia taruh diatas bahu Ellen, mengelus dadanya sambil berpikir keras.

Ellen tidak tahan melihatnya, langsung menepuk lengannya.

Pani tiba-tiba berkata, “Ada!”

ellen dibaut terkejut olehnya, melihat kearahnya dengan wajah tidak tahu harus menangis atau menangis, “Kamu mau mati ya?”

“Kamu, kamu ngeselin ya!” wajah Pani langsung memerah, lalu menghampiri Ellen ingin mencubitnya.

“Sudah sudah, cepat katakan mau bagaimana merayakannya?” Ellen sibuk menangkap tangannya lalu merangkul lengannya.

Pani terkekeh, “Kita pergi makan enak dulu, sehabis itu pergi karaokean, bagaimana?”

“Makan terus karaokean, kalau begitu bukankah akan pulang sangat larut?” Ellen merasa ragu.

Beberapa hari ini dia tidak begitu menggubrisnya, kalau hari ini harus pulang malam lagi, bukankah dia akan langsung dihabisi?

Ellen terlihat benar-benar khawatir.

“Kan jarang-jarang, Len? Ayo laaah.” Pani membujuknya.

“………” Ellen melihat Pani, lalu memutar bola matanya, mengangguk, “Baiklah.”

Toh dia terus tidak memperdulikannya, untuk apa pulang secepat itu, lebih baik menunggu diluar.

Kalau karena pulang larut bisa membuatnya marah dan memarahinya malah lebih bagus lagi, paling tidak dia tidak akan seperti dulu tidak memperdulikannya!

begitu memutuskan, keduanya langsung pergi makan dengan senang.

……

Pavilion Coral.

Ketika William pulang, ia tidak melihat Ellen diruang tamu, alisnya yang tebal dan panjang langsung mengangkat.

Darmi langsung datang untuk menggantungkan jaket yang dibuka di rak, berdiri disamping menunggu William berganti sepatu, terlihat ragu.

William meliriknya, bibir tipisnya agak mengetat, bertanya dengan nada datar dan dingin, “Dimana Ellen?”

“…….” Ada ekspresi serba salah di wajah Darmi, “Nona, dia…..”

Ekspresi wajah William langsung menjadi tegang, lalu menatap Darmi dengan dingin.

Sudut mata Darmi bergetar, tidak berani menunda, langsung berkata dengan cepat, “Nona bilang mala mini tidak pulang untuk makan, katanya hari ini ujiannya berakhir, dia ingin pergi merayakannya dengan teman, ia juga mengatakan kalau akan pulang agak malam.”

Darmi menyelesaikan ucapannya dalam satu tarikan nafas, lalu melihat William dengan pandangan begitu hati-hati.

Ia melihat selain alis William yang mengkerut semakin dalam, juga ekspresi wajah yang semakin galak, sepertinya sudah tidak ada hal lain yang beruabh, hehe.

William berdiri beberapa detik, tanpa mengatakan apapun, bibir tipisnya mengetat sampai menjadi lurus, meletakkan sarung tangan yang ia buka diatas rak sepatu, lalu langsung berjalan ke lantai atas.

Darmi hanya melihat William berlalu dengan bingung, “Tuan muda, makan malam sudah siap.”

William tidak menjawab.

Darmi membuka mulut, namun tidak melanjutkan ucapannya.

Melihat sarung tangan yang dia letakkan diatas rak sepatu, dalam hati menghela nafas, lalu berbalik menuju dapur.

Siapa sangka, kakinya belum menginjak dapur, ia sudah mendengar suara pintu dibuka dari lantai atas.

Darmi menoleh melihat keatas, hanya melihat William yang berjalan turun dari lantai atas dengan outfit yang berbeda.

Darmi membalikkan badan dan melihat William dengan wajah tercengang.

William mengetatkan bibirnya, tidak mengatakan apapun, menuju teras untuk mengganti sepatu, mengambil sarung tangan yang tadi ia letakkan diatas rak sepatu lalu pergi.

Darmi, “…..”

……

Makan enak yang dikatakan Ellen dan Pani sebenarnya hanya restoran BBQ all you can eat Korea, uhm, dan mereka masih harus memanggang semua sendiri, dan Ellen bahkan memanggang daging saja tidak bisa, membuatnya diledek habis-habisan oleh Pani.

Jadi sepanjang proses makan, Ellen hanya bertugas makan, Pani yang bertugas memanggang.

Pani merasa sangat sebal, kalau tahu dia tidak akan memilih makan all you can eat seperti ini, hanya membuatnya kerepotan melayani nona besar yang tidak pernah masuk kedalam dapur ini!

Meskipun Pani agak sebal pada Ellen, namun mereka makan dengan cukup senang.

Setelah selesai makan mereka menuju KTV Ginza untuk bernyanyi.

Karena hanya Ellen dan Pani berdua, mereka hanya membutuhkan ruangan yang kecil.

Didalam ruang karaoke hanya ada dua mikrofon, kebetulan satu orang satu, sehingga tidak perlu berebut.

Ellen dan Pani masih sangat muda, begitu high langsung seperti orang gila, hanya bernyanyi beberapa lagu saja, keduanya sudah mulai bertengkar dan mengambek dengan berbagai gaya.

Ketika mereka berdua sedang high sampai lupa daratan, suara music yang memekakkan telinga, tiba-tiba pintu ruang karaoke mereka terbuka dari luar, ada 3 sampai 4 orang pria yang berpakaian begitu vulgar melenggang masuk.

Pani sedang memegang mikrofon menggoda Ellen, begitu melihat ini, suaranya nyanyian mereka langsung terhenti, membelalakkan mata melihat kearah beberapa orang itu.

Ellen juga melihat beberapa orang itu, ia juga sama tercengang, situasi apa ini?

Disaat seperti ini, seorang wanita yang mengenakan baju merah ketat dengan dada mencuat sampai hampir tumpah berjalan mendekat, tangannya mendorong dada para pria didepannya, lalu berdiri dihadapan Ellen dan Pani, suaranya yang menja sampai bisa membuat orang merinding, “Nona-nona, orangnya sudah kubawakan, kalian berdua lihat, mau semuanya atau mau memilih dua orang dari empat orang ini?”

EXO me?

Ellen segera mendorong Pani yang membatu kesamping, ia bangkit berdiri, lalu melihat wanita itu sambil tersenyum, “Maaf, aku tidak begitu paham maksudmu?”

Wanita itu tersenyum, “Nona, anda tidak suka dengan yang kubawakan sekarang? Tidak apa, masih ada stok.”

Setelah mengatakan ini, wanita itu langsung menjentikkan jari.

Paling tidak ada 7 sampai 8 orang pria bertubuh kuat berjalan masuk dari luar.

Ellen dan Pani, “…….”

Sebenarnya bertemu kondisi seperti ini, cukup menyilaukan mata!

meskipun mereka berdua tidak mengerti, tetap mengerti apa yang dilakukan para pria ini.

Namun, kapan mereka minta service seperti ini?

Ellen dan Pani saling bertatapan, diwajah mereka terukir kebingungan.

Wanita itu melihat Ellen dan Pani tidak bicara, berkata pada para pria yang masuk sambil mengangkat alis, “Kelihatannya kedua nona ini agak sulit untuk dilayani, kalian semua perkenalkan diri kalian satu per satu, coba lihat apakah kalian mampu membuat mereka memilih kalian, berhasil atau tidak lihat keahlian kalian masing-masing.”

“Jangan, jangan, tidak perlu. Anu, sepertinya kalian salah paham, kami hanya ingin bernyanyi saja, tidak, tidak ada niat yang lainnya.” Pani langsung melambaikan tangannya.

“Nona-nona, nomor ruangan kalian 309, dan kalian sudah membayar uang mukanya, jadi aku membawa mereka untuk kesini, bagaimana mungkin salah?” wanita itu hanya tersenyum dengan genit dan berkata.

Uang muka apaan?

kapan mereka membayar uang muka?!

Ellen dan Pani membelalakkan mata lebar-lebar, sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi.

“Ngapain masih bengong disana, cepat layani kedua nona ini, buat mereka senyaman mungkin.”

Mata wanita itu melihat kearah belasan pria yang berada dalam ruangan ini.

Para pria ini melihat kearah wanita ini, lalu mengepung Ellen dan Pani.

“Aaaaa…….”

Ellen dan Pani ketakutan sampai menjerit, bagaimana pun mereka masih berumur 18 tahun, keadaan seperti ini terlalu mengejutkan untuk mereka, untuk keadaan seperti ini sungguh diluar kemampuan jantung mereka.

Para pria itu dibuat bingung oleh Ellen dan Pani yang menjerit histeris, mereka saling bertatapan, lalu tersenyum picik dan kembali mendekati mereka.

“Aaaa………. Kalian jangan mendekat, jangan mendekat!”

“Cepat lari!”

Ellen terlihat pucat, mencengkram tangan Pani lalu langsung menginjak meja kaca dihadapannya, berlari dengan cepat kearah luar.

Dan sebelum mereka sempat menerobos keluar, pintu ruangan sudah ditutup oleh wanita itu dari luar.

Bahkan Ellen masih sempat melihat senyum licik wanita itu ketika menutup pintu itu.

Ellen dan Pani menarik nafas, berusaha menarik pintu dengan sekuat tenaga, namun pintu tetap tidak terbuka.

Dan disaat bersamaan, mereka berdua bisa merasakan dengan jelas suara langkah kaki yang mendekat.

Wajah Ellen dan Pani begitu pucat, mereka segera berbalik, punggung mereka menempel di pintu yang dingin, membelalakkan mata melihat kearah belasan pria yang mengepung mereka didalam ruang karaoke yang sempit ini.

Novel Terkait

Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu