Hanya Kamu Hidupku - Bab 232 Melakukan Sesuatu Yang Menarik

William memeluknya dengan sangat erat, hingga kedua tulang lengannya sakit.Ellen terus menggerakkan bulu matanya, detak jantungnya sangat cepat, dan rasa sakitnya sampai ia tidak bisa mengeluarkan suara. Dia hanya dapat membelai punggungnya perlahan menggunakan tangan .

Setelah sedikit membaik, William baru perlahan melepaskan Ellen, menyeret tangannya, berjalan ke kursi belakang mobil Audi, membuka pintu, kemudian mereka pun masuk ke dalam mobil.

Menyalakan pemanas mobil, William memegang pinggang Ellen dan memeluknya duduk diatas pahanya.

Ellen tersipu malu, "Aku duduk di sana saja."

William mengabaikannya, dan membelai lehernya yang halus dengan telapak tangan besarnya.

Ellen gemetaran menggigil sekujur tubuhnya, sedikit tidak tahan dengan sentuhannya, tangan putihnya yang lembut memegang tangan yang ada di lehernya, dan menatap William dengan mata jernih, "sudah malam, kenapa kamu kemari? "

William membiarkannya memegang tangannya, menyandarkan punggungnya, matanya pun menatap wajah putih halus Ellen, di bawah lampu cahaya kuning redup dalam mobil, dan langsung berkata, " Teleponmu tidak mengangkatnya, khawatir kamu kemudian datang ke sini. "

Hati Ellen tersentuh, menatap matanya dengan rasa malu dan kagum, dan langsung menyandarkan kepalanya di dadanya. "Maaf, kedepan aku akan selalu membawa ponsel, memastikan jika ada panggilan masuk dari kamu, aku akan menjawabnya secepat mungkin, tidak membuatmu khawatir. "

"Um." William menarik bibirnya kedalam, dan memegang dadanya.

Ellen merasakan kemungkinan dia tidak nyaman karena menyandar didadanya lebih baik duduk tegak. Di bawah perhatian William, dia duduk diatas pahanya, wajahnya memerah dan mengait lehernya, wajahnya menempel di lehernya dan bergumam, "Begini lebih nyaman."

William tersenyum, lengan panjang memeluk pinggangnya dengan lembut, dan satu tangan membelai rambut panjang yang berserakan di punggungnya, Menundukkan kepalanya dan menciumnya dengan tulus, kemudian berkata, Apakah kamu ngantuk? "

Ellen menggelengkan kepalanya.

Sekarang dia hanya ingin bersamanya .

Setelah Ellen menggelengkan kepalanya, William pun diam.

Ellen sedikit tidak mau kesepian, mengangkat kepalanya dari lehernya, dan membuka bibir merah mudanya ingin mengatakan sesuatu, tetapi ketika dia melihat ke atas, ditatap balik oleh seseorangan dengan tatapan yang dalam.

Ellen tiba-tiba melotot, dan sudah terlambat bagi burung unta yang ingin menarik balik kepala ke lehernya.

William langsung mengait lehernya dan menciumnya.

Kedua tangan Ellen berada dibelakang lehernya, jari-jarinya terterkendali perlahan naik dan membuka mata besarnya menatap William.

William menempel ke bibirnya, bernapas dengan kuat dan padat, dan terus bernapas mengembun Ellen, dan dia berkata, "Jika tidak mengantuk, ayo lakukan sesuatu yang menarik."

Sesuatu yang menarik?

Mata Ellen melebar, pupil matanya bersinar dan pikirannya sudah mulai berimanjinasi.

William membuat wajahnya semakin memerah, tersenyum, menutup matanya dengan ringan, dan melahap napasnya lebih dalam.

Merasakan rasa sakit yang pekat di bibirnya, bulu mata panjang Ellen pun bergetar, Sekita menutup matanya dengan rapat.

Tangan kecil yang berada di lehernya kemudian tergelincir dari ototnya dan jatuh ke dadanya, dan meraba-raba untuk membuka kancing di kemejanya.

Satu, dua, tiga ...

Lalu tangan kecilnya tergelincir masuk kedalam.

Ellen belum sempat merasakan, pergelangan tangannya ditahan dengan kuat.

Ellen terkejut, matanya yang terpejam segera terbuka lebar dan menatapnya.

Wajah William seketika berubah menjadi masam, dan memandang Ellen, "Siapa yang mengajarimu seperti ini?"

Ellen, "..." Mukanya menjadi gugup !!

Mulut mengepal berkedut dan tidak bisa menjawab.

“Bicaralah, siapa yang mengajarimu?” William menatap Ellen dengan marah.

Karena dalam ingatannya, Ellen seorang yang apatis, dan sangat pemalu dalam hal ini. Setiap kali ingin menyentuhnya harus memaksanya, jika tidak, semua tidak akan terjadi.

Tetapi apa yang terjadi sekarang?

Dia mengambil inisiatif duluan ... Menggodanya!

Hal ini seharusnya membuatnya bahagia, tetapi William justru merasakan tidak nyaman!

Tanpa pikir panjang, Apakah dalam empat tahun tidak bertemu ini dia juga mencoba berpacaran dengan pria lain?

Begitu pikiran ini muncul di benaknya, ia seperti ragi yang tidak terkendali.

Ellen melihat bahwa orang ini tampaknya serius.

Hatinya tersakiti, dan alisnya berkerut, dan berkata, "Apa maksudmu?"

"Jangan ganti topik dan jawab dulu pertanyaanku," William berkata serius.

"..." Ellen merasa tertekan, alisnya semakin berkerut, kesal dan berkata, "Hal, hal semacam ini apakah perlu diajarkan orang? Aku mengerti sendiri tanpa diajarkan, tidak boleh ya?"

Ellen pun marah.

Keduanya tidak bertemu selama empat tahun. Dia ingin bersikap saling. Kneapa justru menjadi bersalah?

Bukankah setiap pria menyukai wanita dalam hal ini bisa melepaskan sedikit ?

Apakah dia tidak menyukainya?

Ellen meliriknya dan melihat mukanya yang begitu masam.

Merasa berkecil hati, sepertinya dia benar-benar tidak menyukainya.

Mungkin usianya yang lebih tua dan memiliki pikiran yang lebih kuno. Dia berpikir bahwa wanita seperti ini tidak baik dan bisa dimengerti.

Menggaruk-garuk kulit kepalanya, Ellen mengangkat mulutnya dan berkata, "Kedepan aku tidak akan melakukan ini lagi, Tidak bolehkah? Mengapa harus begitu serius!

William, "..."

"... Ellen." William menarik napas dalam-dalam, menekan emosinya, dan melunakkan suaranya, "Kamu katakan ke paman ketiga dengan jujur, apakah kamu punya pacar dalam beberapa tahun terakhir? Jangan khawatir, aku tidak akan marah. . Aku ingin kejujuran. "

William berkata demikian.

Dalam hatinya berpikir jika Ellen benar-benar berani mengatakan bahwa dia pernah berpacaraan dengan pria lain, dia akan melucuti kulitnya!

Ellen terkejut dan sangat marah hingga matanya berapi dan menatap William dengan serius. "William, kalau kamu masih memikirkanku seperti ini, aku benar-benar akan marah."

William ...

William meluruskan bibirnya dan Mengerutkan kening menatap Ellen, "Kamu memanggilku apa?" dengan nada suara pelan.

"..." Hati Ellen bergetar, pinggangnya yang lurus membungkuk tanpa sadar, tetapi mengerutkan kening tanpa ngalah, dan bergumam, "Suasana yang baik telah menghancurkanmu! Aku ingin pulang, besok aku harus pergi kerja.Selamat tinggal! "

Setelah berbicara muka Ellen keriput seperti roti, dan harus menurutinya.

William tidak mungkin membiarkan dia pergi begitu saja, dia memegang pinggangnya dan menarik tubuhnya kembali, matanya menatap ke wajahnya yang marah, "Ketika sudah dewasa, semakin emosional.

"Ini memang kenyataanya. Bagaimana kamu bisa mencurigaiku bersama pria lain selain kamu? Menurutmu, apakah aku juga berhak mencurigaimu berpacaran dengan wanita lain selama empat tahun ini aku tidak berada disisimu".Ellen berkata dengan matanya berkaca-kaca, kesal dan marah.

William mengedipkan mata.

Badanya Ellen terlihat kaku dan napasnya juga mulai tidak stabil mengatakan, "Tidak, apakah memang benar, Benar ada ya?"

William menatap Ellen, "Bagaimana kalau aku bilang iya?"

Wajah Ellen berubah menjadi pucat, menatap wajah William, dan terdiam.

William telah melihatnya, dan segera melihat ke arah lain karena tidak tega, tetapi masih berkata, "Jika aku menjawab ya, apakah kamu masih ingin bersamaku?"

Mata Ellen memerah.

Dia tidak segera menjawab William.

William juga tidak mendesaknya untuk menjawab.

Suasana keheningan berlangsung selama puluhan detik, dan Ellen kemudian berkata dengan suara sedikit serak "Sekarang apakah kamu masih bersama?"

"..." William menggandeng tangannya dan menggelengkan kepalanya.

Kedua mata Ellen terlihat kabut, dan berkata dengan suara serak, "Baiklah kalau begitu."

William terkejut dan Melihat Ellen, "Apakah Kamu tidak peduli?" dengan nada suara yang dingin dan rumit

Ellen menurunkan bulu matanya, dan bulu mata yang lebat menutupi emosinya saat itu kemudian berkata, "tidak peduli."

Amarah membakar sampia tenggorokannya, William menjepit lengan tangan Ellen "Ellen ..."

"Jika aku mengatakan aku peduli, aku akan meninggalkanmu. Jadi, aku tidak peduli."

Ellen mengangkat matanya, dan air matanya menetes disekitar rongga mata, bagiakan mutiara yang jatuh.

Dalam hubungan percintaan.

Bukan hanya William yang memiliki posesif yang kuat hingga nyaris menyimpang.

Ellen juga memilikinya!

Dan sikap posesif ini tidak kalah dengan William.

Dengan sifat posesif yang kuat dalam dirinya sendiri, dia masih bisa mentoleransi pengkhianatan yang pernah dilakukan pasangannya. Tidak terbayangkan rasa sayangnya.

Hati William terguncang, dan ketulusannya menusuk kedalam hatinya membuat dia merasa tidak tega.

Dia memeluk Ellen dengan erat, dan memberikan ciuman yang antusias dan hangat ke bibir Ellen.

Sudah tidak membutuhkan jawaban apapun.

Dia percaya bahwa gadis kecilnya memiliki perasaan yang sama padanya seperti dia mencintainya.

Jadi, Bagimanapun dia tidak akan perpacaran dengan orang lain ?

"Ellen, Ellen ..." William memasuki tangannya ke pakaian Ellen, tetapi dihentikan oleh Ellen.

Mata William seperti kebakaran memancarkan api yang cemas menatap Ellen

Ellen menurunkan bulu matanya lagi dan berbisik, "Meskipun aku bilang aku tidak peduli, tetapi aku tidak bisa sepenuhnya tidak peduli. Aku perlu waktu untuk menerimanya."

Setelah berkata, Ellen langsung menarik keluar tangan William, menundukkan kepala untuk merapikan pakaiannya, dan mata William pun mengikutinya.

William satu tangan memeluk pinggangnya dan satu tangan memegang wajahnya kemudian memutar wajahnya menatapnya.

Ellen tidak membantahnya tetapi ia setengah terpaksa memutar kepalanya, menoleh kelopak matanya, dan menatapnya.

Wajah William yang dingin dan kalem dengan tidak sengaja melewati hal yang dicurigakan dan berbisik, "Dari awal sampai akhir hanyalah kamu.Tidak ada yang lain."

Setelah itu, William menatap Ellen untuk melihat reaksinya.

Tetapi Ellen masih terlihat sedih dan tersakiti, matanya terlihat sedih yang telah membuat orang sakit hati.

William menciumnya, memegang wajahnya dan berkata dengan lembut, "Percayalah padaku."

Ellen menghela nafas, mengulurkan tangan kemudian menurunkan tangan dia dari wajahnya, "Baiklah, aku percaya padamu."

"..." William mengerutkan kening.

Dia mengatakan percaya, tetapi bagaimana nada itu terdengar ala kadarnya.

William menutup bulu matanya, dan membuka kelopak matanya lagi kemudian menatap Ellen, "Apakah kamu tidak percaya padaku?"

“Tidak, aku percaya padamu.” Ellen berkata sambil merentangkan tangannya

William, "..."

Ellen melirik kedua alis panjang yang terus bergerak ke arah hidungnya, meluruskan punggungnya, mencium bibir bawahnya, dan berkata, "Aku besok harus pergi kerja, Aku pulang istirahat dulu, dan kamu juga cepat pulang ke hotel beristirahat. "

Setelah berbicara, Ellen segera mencondongkan badan kemudian mencium bibirnya.

Ketika William mengangkat tangannya ingin membelai wajahnya, dia sangat cepat turun dari kakinya, mendorong pintu mobil dengan ringan seperti kucing dan keluar dari mobil, kemudian menuju ke mobilnya dan masuk kedalam.

Tidak sampai sepuluh detik, mobilnya berjalan melewati mobil audi William, dan menghilang di jalan yang sepi.

William mengerutkan alisnya, matanya menatap ke arah kepergiaan Ellen .

Hal ini seperti menggali lubang dan mengubur diri....Sungguh Tragis!

Novel Terkait

Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu