Hanya Kamu Hidupku - Bab 513 Milik Dia Sepenuhnya

“Lihat dirimu.” Sumi tidak berdaya, mengambil serbet di sebelah meja dan menyeka mulut Pani, melihat pandangan mata Pani seperti mengatakan jangan terlalu lembut saat menyeka mulutnya.

Bahu Pani bergetar, menatap Pani dengan tidak biasa, berkata dengan wajah memerah, “Apa yang kamu lakukan?”

“Melakukan apa?” Sumi meliriknya, “Lihat kamu menyembur kemana-mana, tidak hati-hati, aku bantu kamu menyeka.”

“......” Pani menatap Sumi, merasa sangat canggung.

“Sudah.” Sumi selesai menyeka, tersenyum kepada Pani , lalu mengambil nasi dan menyuapi dia, “Aaa, buka mulutmu.”

Pani menarik nafas, tidak tahan lalu mendengus,”Paman Nulu, apakah kamu bisa bersikap normal? Lihatlah aku sudah merinding!”

Sumi menatap Pani dengan pandangan memaafkan, “Jangan omong kosong, ayo, makan.”

“.....” Pani menatap Sumi, sudah hampir dibuat gila olehnya.

“Aa.” Sumi menyuapi dia.

“Aa....”

Pani dengan keras menggosok lengannya, “Kamu sangat menakutkan! Sangat menakutkan!”

Sumi menghela nafas, “Kenapa kamu seperti anak kecil, makan saja harus dibujuk.”

Pani menolehkan wajahnya, tidak tahan melihat Sumi, takut dirinya sendiri akan runtuh, “Paman Nulu, aku ingin bertanya kenapa kamu sepertinya sudah berubah menjadi orang lain. Sadarlah, cepat kembali lagi. Jika tidak makanan ini tidak bisa dimakan lagi.”

“Omong kosong lagi....”

“Apakah kamu melihat aku seperti sedang omong kosong?”

Pani menoleh, menatap Sumi dengan mata berair, “Lihatlah aku sudah hampir menangis.”

Sumi,”......”

“...... Kalau begitu kamu makan sendiri?” Sumi berkata berkompromi.

Pani mengangguk dengan kuat, itu yang dia inginkan!

Sumi lalu menyodorkan mangkuk kepada Pani.

.....

Pani makan sebentar, menyadari Sumi terus menatap dia dengan ekspresi konyol, hatinya merasa seperti seekor semut merayap dalam hatinya.... tidak nyaman!

“..... Paman Nulu. “Pani benar-benar tidak tahan lagi, meletakkan peralatan makan, menoleh dan menatap dia dengan tidak berdaya, “Sebenarnya apa yang ingin kamu lakukan?”

“Apa?” Sumi melihat dia meletakkan peralatan makan di atas meja, “Sudah kenyang?”

“Bagaimana bisa aku kenyang jika kamu begini, aku malah takut aku menelan batu.” Pani berkata.

Sumi terkejut, “Aku begini?”

“Benar. Apakah kamu tidak merasa kamu aneh?” Pani terlihat sangat kesulitan.

“.... Aneh?” Sumi menarik bibir, “Apakah ada?”

“Menurutmu?” Pani memutar matanya.

Sumi melihat Pani dengan lembut, “Jika kamu merasa aku seperti ini sangat aneh, maka kamu harus cepat menyesuaikan diri. Karena kelak, aku akan memperlakukanmu seperti ini.”

“Jangan!” Pani menatap ngeri Sumi.

Sumi melengkungkan bibir, mencium pipi Pani, berkata lembut, “Kamu sudah memberikan pertama kalimu kepadaku, aku memperlakukanmu lebih baik, bukankah sudah seharusnya?”

Kenapa, kenapa kembali lagi?

Wajah Pani memerah, buru-buru mengalihkan pandangan, mengernyit dan berkata, “Apakah kamu memiliki kompleks perawan?”

Sumi masih memikirkan dengan serius, menaikkan alis berkata, “Mungkin.”

Di atas kepala Pani muncul beberapa benang hitam, menatap diam-diam ke arah Sumi, mendengus tidak puas, “Apakah kamu pernah memikirkan dirimu sendiri saat kamu merasa keberatan seorang wanita perawan atau tidak? Kamu sendiri saja bukan, kenapa mengharuskan perempuan perawan? Aku hari ini baru tahu jika kamu adalah seorang machismo! Aku benar-benar melihatmu terlalu rendah!”

Wajah tampan Sumi dengan cepat berubah.

Terdiam sesaat, lalu berkata, “Siapa yang mengatakan aku bukan?”

“Em?” Pani menatap Sumi dengan aneh, “Apa maksudnya?”

Telinga Sumi memerah, dan untuk pertama kalinya dia menghindari pandangan mata Pani yang bercahaya itu, “Makan!”

Pani hanya menatap lurus Sumi, kepalanya berputar, tiba-tiba duduk tegak, melihat Sumi dengan wajah terkejut, “Paman Nulu, apakah kamu juga.... pertama kali?”

“....” Wajah Sumi berkedut, umur 30 tahun masih perawan, ini bukan hal yang bisa dibanggakan, apalagi seorang pria.

Sumi menjadi marah, mengangkat tangannya dan menepuk kepala Pani. “Omong kosong apa? Mau makan atau tidak?”

Pani mengatupkan bibirnya, satu tangannya memegang kepalanya, wajahnya terlihat menahan tawa, melirik Sumi yang menjadi suram, dia bergumam, “Tidak tahu tadi siapa yang mengatakan akan memperlakukan aku dengan baik, baru beberapa waktu berlalu, sudah lupa?”

“Tidak makan lagi!”

Sumi menggendong Pani dan meletakkan di kursi lain, bangkit berdiri dan melangkah pergi dari ruang makan.

Saat Pani diletakkan dikursi olehnya, terasa sedikit sakit, dia menahan sakit sambil mengertakkan gigi, pipinya memerah lagi, menatap punggung bersinar Sumi yang marah.

Tiba-tiba.

Terhadap hal yang mereka berdua lakukan hari ini, membuat Pani tidak merasa canggung atau malu lagi, sebaliknya ada rasa gembira dan puas dalam hatinya.

Tidak peduli hati dia apakah sepenuhnya berada di tubuh dirinya, setidaknya, tubuh dia, sepenuhnya milik dirinya.

Kelak apa yang akan terjadi, Pani tidak tahu.

Tapi saat ini, Pani merasa sangat bahagia.

.....

Selama dua atau tiga terakhir liburan di villa, Pani dan Sumi hampir tidak pernah keluar dari kamar.

Dan melakukan apa didalam kamar, saat itu adalah waktu otak untuk berimajinasi, semuanya tergantung imajinasi, hehe.

Bagaimana tidak.

Linsan, Yuki dan Tanjing bertiga minum teh di teras kamar Linsan, membuka imajinasi mereka.

Yuki mengetuk cangkir teh, dari teras melirik ke arah kamar Sumi dan Pani, berkata, “Kakak Nulu dan Pani sudah dua tiga hari tidak keluar dari kamar, saat makan juga menyuruh pelayan mengantar ke dalam kamar.”

Yuki berkata, melihat Linsan, “Linsan, menurutmu Kakak Nulu dan Pani beberapa hari ini tidak keluar dari kamar, sedang melakukan apa?”

Linsan menurunkan pandangan matanya, “Kamu sangat ingin tahu, lebih baik langsung pergi ke kamar Sumi dan bertanya kepada dia.”

Yuki, “.....”

“Seorang pria dan wanita berada dalam kamar masih bisa melakukan apa?” Tanjing berkata sambil tersenyum dingin dan menarik tisu di tangannya.

Mata Linsan sedikit menyipit, mengatupkan bibir tidak mengatakan apapun.

Yuki mengernyit, “Tidak mungkin. Walaupun... ini sudah 3 hari, terlalu gila....”

Linsan mengangkat kepala menatap Yuki.

Wajah Yuki menegang, mengangkat cangkir tehnya dan meneguk untuk menutup mulut.

“Aku tidak pernah bertemu dengan wanita yang sangat tidak tahu malu seperti ini! Baru 18 tahun sudah begitu liar, beberapa tahun lagi, mungkin tidak bisa hidup tanpa pria!” Mulut beracun Tanjing mengatakan.

Yuki melirik Tanjing, “Tanjing, aku terus merasa aneh, kenapa kamu begitu tidak menyukai Pani?”

Dia tahu Tanjing begini karena Linsan tidak menyukai Pani, tapi juga tidak menyangka dia akan begitu benci kepada Pani!

Dan setiap kali perasaan yang diberikan, dia bahkan lebih membenci Pani daripada Linsan!

Bukankah ini terlalu aneh?

Mungkin... dia juga suka pada Sumi?

Tapi tidak benar juga!

Biasanya yang dia tunjukkan, juga tidak seperti menyukai Sumi.....

“Apakah aneh jika aku tidak suka melihat seorang murahan?” Tanjing menatap Yuki dengan tidak segan.

Yuki mengernyit, tidak berbicara dengan Tanjing lagi.

Tanjing menarik nafas, sedikit stabil kembali, matanya melihat Linsan dengan lembut, “Linsan, aku merasa Kakak Nulu tidak mungkin benar-benar menyukai Pani itu, kamu tidak perlu begitu memikirkannya. Kakak Nulu sekarang bersedia bersama dengan dia, juga karena terpesona sesaat saja. Setelah beberapa lama, Kakak Nulu sudah bosan, maka akan menyadari yang paling dia sukai, adalah kamu.”

Yuki menatap takjub Tanjing, imajinasi ini lumayan juga!

“Yang paling disukai adalah aku?”

Linsan secara mengejutkan tidak mengkoreksi kata-kata Tanjing, dan dia membuat bibir mencela, melihat Tanjing dan berkata, “Tanjing, yang paling disukai dan satu-satunya yang disukai, ada perbedaan. Aku yang paling dia sukai, hanya bisa membuktikan, dia masih memiliki banyak orang untuk disukai. Dan satu-satunya yang disukai, baru benar-benar menyukai.”

“Tentu saja kamu adalah orang satu-satunya yang disukai Kakak Nulu. Linsan, apakah kamu lupa? Kakak Nulu diam-diam melindungimu selama 10 tahun. Perasaan cinta ini, tidak bisa dibandingkan dengan siapapun. Sekarang Kakak Nulu memilih bersama dengan Pani, karena dia tahu, kamu sudah menikah, kamu dan dia tidak mungkin lagi. Dia adalah anak keluarga Nulu. Sumail dan Lira tidak bisa memiliki anak sendiri, jadi Bos Nulu dan Nyonya Nulu hanya bisa mengharapkan kakak Nulu. Jadi Kakak Nulu tidak mungkin tidak akan menikah selamanya, tidak menginginkan anak. Pani, hanyalah pilihan terpaksa dia saja.” Tanjing menggenggam tangan Linsan, menghibur dengan lembut.

Bulu mata Linsan bergetar, beberapa detik kemudian, dia tersenyum sambil menarik nafas, melihat Tanjing dan berkata, “Apa yang kamu lakukan? Apakah kamu mengira emosi aku tadi karena Sumi? Bukan.”

Yuki dengan cepat memutar bola matanya.

“Yang aku katakan bukan Sumi, tapi....”Linsan tersenyum pahit, “Kamu sudah tahu.”

Tanjing memandang Linsan dengan khawatir, “Apakah kamu karena Kakak Mu?”

Kedua mata Linsan meredup, “Kalian berdua, jangan mengambil jalan seperti aku. Lihatlah aku sekarang, sudah beberapa hari berada disini, Thomas bahkan tidak bertanya. Baginya istri seperti aku ini, hanya seperti orang yang tidak ada hubungannya! Dia juga mengatakan dia menyukaiku, tapi, aku hanya salah satu orang yang dia sukai. Aku bahkan tidak berani mengatakan aku adalah orang yang paling dia sukai.”

“Linsan....”

“Kamu tidak perlu menghiburku.” Linsan memaksakan senyum kepada Tanjing, matanya terlihat basah, “Ini adalah pilihanku sendiri, aku tidak mengeluh, juga tidak menyalahkan. Siapa suruh aku, sudah mencintai.”

Tanjing merasa sangat sedih, menggenggam tangan Linsan erat-erat, “Linsan, kamu boleh tidak perlu seperti ini. Kamu begitu berbakat, begitu bagus, banyak orang yang menyukaimu, kamu sebenarnya tidak perlu menyusahkan dirimu sendiri.”

Linsan menghela nafas panjang, melihat kejauhan, “Tapi aku, bagaimana aku bisa rela!?”

Tanjing menatap wajah cantik Linsan, setelah emosi di matanya melonjak, hanya tersisa sebuah keyakinan.

Yuki melihat Tanjing, lalu melihat Linsan, mata besarnya perlahan mengerut.

……

Malam terakhir di villa.

Pani disiksa oleh orang dibelakangnya, membalikkan tangan menggores otot lengannya, berkata sambil gemetaran, “Paman Nulu, ampuni aku!”

Sudah tiga hari!

Jika dia tidak menginginkan nyawanya sendiri, tapi Pani masih mau!

Sumi dari belakang mencium leher Pani, “Pani, besok kita jangan pulang, menginap beberapa hari lagi disini, baikkah?”

Menginap beberapa hari lagi?

Kepala Pani terasa pusing, mungkin dia bisa menjadi gila!

Novel Terkait

Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu