Hanya Kamu Hidupku - Bab 213 Aku Bunuh Kamu Saja Sekarang

Saat itu, Agnes muncul di depan cermin di depan wastafel, dengan wajah kecil kemerahan karena digosok dan penuh dengan tetesan air.

Bulu mata palsu dan stiker di sudut mata Agnes merupakan barang yang ia beli murah, tidak tahan air dan mudah untuk dicuci, Setelah digosok dengan keras,bulu mata palsu dan stiker itu telah menghilang.

Lipstik di bibirnya juga sudah dicuci dengan bersih, Dengan tidak adanya rambut palsu, rambut panjang Agnes menyebar di belakang kepalanya, dan beberapa rambut basah menempel di wajah kecilnya. Wajah dan matanya kemerahan. Nafasnya bergetar dengan bibir bergetar karena ketakutan, sangat menyedihkan.

Meski menyedihkan, wajah kecil itu akhirnya menampilkan penampilan aslinya.

Kulit yang bersih, lembut, muda...

Matanya yang bergetar menatap dari cermin, dengan pandangan yang kemerahan, Walau masih tampak bersih dan transparan.

Pria yang memaksa Agnes di belakang, menggertakkan giginya, Menatap mata Agnes dengan pandangan kejam dan benci di cermin.

“Katakan, siapa kamu?” William memulai, suaranya kasar dan parau.

Agnes bergidik, air mata mulai mengalir kencang, "Tuan, ah..."

Agnes yang baru saja berbicara, rambutnya dijambak ke belakang dengan segera oleh William dengan kasar, Agnes langsung berteriak kesakitan, alisnya berkerut karena sakit, air matanya mengalir dengan deras pada matanya yang merah.

Agnes menahan tangisnya di tenggorokan, bibirnya gemetar menatap wajah pria dengan wajah kejam di cermin itu.

"Panggil aku apa, coba katakan satu kali lagi."

William mengucapkannya diantara giginya yang digertakkan, tubuhnya dengan tenaga mendorongnya ke depan.

"Um..."

Agnes menutup matanya dan mengerang dengan tersedak.

" KATAKAN !"

William menjambak rambutnya dan menatapnya dengan tajam.

"Um..."

Erangan rendah yang tidak bisa ditahan keluar dari sudut mulut Agnes, matanya dipenuhi oleh air mata dan menatapnya dengan tragis.

William menatapnya, semakin dia menampakkan ekspresi yang kasihan, Amarah di hatinya yang sudah dia tahan akan semakin mudah untuk keluar dari dirinya.

Wanita ini, wanita sialan ini...

"Aku bunuh kamu saja sekarang!"

William meraung seperti binatang buas dan mengibaskan rambut Agnes.

Segera, Agnes hanya merasakan sesak di pinggangnya, dan kemudian rasa sakit yang tajam muncul dari tulangnya.

Agnes ketakutan seperti orang yang sudah kehilangan setengah jiwanya, Dengan kesakitan berseru, "Apa yang akan kamu lakukan?"

Hati William dipenuhi oleh kemarahan dan kebencian, dan dia perlu melampiaskannya.

"Sakit... aduhh..."

Tulang pinggangnya dicubit hingga ia kesakitan, dan seluruh tubuh Agnes sedang gemetar.

Dia hanya ingin menyiksanya dan membuatnya kesakitan, ya kan ?

"Aduh..."

Air mata Agnes terus mengalir turun dari matanya.

Telapak tangannya terus menekan pinggangnya, seakan akan ingin membuat pinggangnya putus menjadi dua.

"Ah..."

Agnes kesakitan dan sangat merasa takut, dan hatinya yang sakit naik hingga ke tenggorokan, dan dia menangis keras, "Pinggangku sudah mau putus, tolong jangan menyiksa aku seperti ini, aku kesakitan..."

Wajah William yang mengerikan, mata kemerahan yang dingin dan menyipit, meraih tangannya dan membaliknya dengan cepat, kedua kakinya yang panjang menindih kaki Agnes.

"..."

Agnes menangis, mata merahnya menatapnya yang menggunakan tangan besar untuk mencubit pinggangnya, tangan kecilnya yang dingin karena tidak bisa menahan kesakitan,dengan panik mencoba melepaskan tangannya, dan ketika dia menariknya, air mata berjatuhan dari sudut matanya, seperti seorang anak kecil ketakutan yang tak berdaya.

Mata William yang merah, langsung meraih tangan kecilnya dan meletakkannya di jantung di dada kirinya yang berdetak kencang.

Detak kencang itu, diselimuti oleh kemarahan dan kebencian.

Wajah kecil Agnes yang pucat, matanya yang merah menatap dia, Kepalanya menggeleng dengan lebih cepat, Tangannya yang gemetar berusaha menghentikannya.

William memegangnya dengan erat, Membungkukkan badannya, Satu tangannya yang lain memegang dahu Agnes, menatap Agnes dengan mata merah seperti seekor ular berbisa, "Siapa aku? Uh? Kamu panggill aku apa ? Katakan, kamu panggil aku apa ? "

"Umm..." Telapak tangan Agnes terus bergetar, dan menangis hingga tidak bisa berkata-kata lagi.

"Tidak mau katakan ya ? Baiklah, lebih baik aku membunuhmu sekarang..." Lagi pula semua juga menyakitkan!

Setelah ucapan kasar William selesai, dia membebaskan tangan yang memegang dagu Agnes, dan telapak tangannya yang besar, mengarah ke arah leher rampingnya.

"Paman ketiga!"

Agnes menangis, akhirnya, dia mengucapkan kedua kata itu...

Tangan besar William pun dengan segera berhenti.

Di dalam kamar mandi.

Kecuali tangisan meratap Agnes yang disebabkan oleh William, tidak ada suara lagi yang keluar.

William menatap tajam ke dalam mata Agnes, perlahan-lahan matanya berubah menjadi lebih merah, Namun wajah ganasnya, malah berubah menjadi pucat seperti salju.

Detak jantungnya juga sudah hilang, suara air keran yang mengalir ke bawah pun tidak bisa didengar lagi.

Yang muncul di depan mata William hanyalah dalam empat tahun ini, Dia sangat merindukannya setiap menit dan detik.

Kemarahan dan kebencian yang ia rasakan tidak bisa menutupi suasana hatinya saat ini.

Karena di dalamnya, terdapat rasa cinta yang mendalam, dan ketakutan serta kepanikan untuk menerima kenyataan ini, dan ini hanyalah obsesi yang dihadapi setiap hari baik siang dan malam.

Agnes menatap wajah William lewat air mata yang mengalir deras, tenggorokannya pun tersekat.

"Ellen."

Pada waktu yang lama

Kata yang dipenuhi oleh perasaan yang mendalam olehnya, bisa keluar dari bibir tipis dan dingin William.

Kata yang masuk ke dalam telinga Ellen.

Seperti sebuah palu, yang langsung mengarah ke tengah hatinya dan memukulnya dengan kencang.

Agnes menutup matanya, mencoba menutup mulutnya dari suara dan kesedihan yang akan keluar, wajah dan lehernya memerah.

Sudut mata William sakit terbakar, dia meraih dengan tangannya untuk mengangkat setengah wajahnya.

Air mata Ellen yang dingin mengalir di telapak tangannya, Hati William seperti berada di bawah hujan es, hujan ini, tajam seperti pisau, yang terus menggores hatinya.

"Ellen."

William menatap Agnes yang menutup matanya,suaranya yang serak, namun mengucapkan namanya kata demi kata dengan jelas.

Gigi dan bibir Agnes dia tutup sekuat tenaga, Mencegah dirinya untuk membuat suara.

“Ellen.” William menggosok telapak tangannya dengan keras.Sementara pandangannya yang panas, bercampur dengan hawa dingin yang jatuh ke wajah Agnes.

Bulu mata Agnes bergetar karena matanya yang tertutup rapat, dan urat nadi di dahinya perlahan mulai muncul satu demi per satu.

"Buka matamu!"

William meletakkan jari-jarinya dengan kuat di pipi Agnes, suaranya rendah dan keras.

Agnes sangat tersiksa. Wajah kecil itu menahan dengan tidaknyaman dipegang dengan telapak tangan besar itu.

William menatap matanya yang tertutup rapat, sangat marah, melihat sudut-sudut matanya bergetar di atas bibirnya yang gemetar, matanya yang dingin terpancar kegelapan.

Sentuhan tekanan yang hangat dan dingin datang, udara panas seperti listrik memasuki mulut Agnes, hati Agnes terguncang, dengan panik membuka mata besarnya, menggelengkan kepala kecilnya, berusaha menghindari.

William tertawa dingin, Menggunakan tangannya meraih dan meremas sudut mulutnya, tidak membiarkannya melarikan diri.

"Tidak..." Air mata Agnes jatuh lebih cepat. Dua tangan kecilnya memukul bahu keras William, dan bagian bawah punggungnya menyentuh tepi wastafel yang dingin. Tubuhnya yang besar dan kuat tidak menahan diri dalam menekannya, Seakan akan ingin mematahkan punggung.

Pinggang Agnes masih belum selesai gemetar, Dia pun dengan terpaksa menggunakan salah satu tangannya untuk menahan dirinya di wastafel, menghindari jika dia akan meremukkan punggungnya.

Hawa hangat dan basah yang akrab keluar dari kedua bibir orang itu yang terbuka.

Jiwa William yang kesal mulai bangkit dan ciuman ini pun menjadi semakin ganas.

Pada akhirnya, tubuh bagian atas Agnes berbaring karena ditindih oleh orang itu, dari pinggangnya terdengar suara, yang membuat kulit kepalanya menjadi semakin kencang, hatinya pun berkerut dan menegang.

Dia merasa dengan kekuatan ganas seseorang saat ini, dia mungkin tidak akan bertahan malam ini.

Tiba-tiba.

Berat badan yang menindihnya menghilang.

Bibir yang ditutup pun akhirnya mendapatkan kebebasan.

Agnes dengan segera membuka bibirnya untuk bernafas, dengan panik turun dari wastafel.

Klik -

Suara gesekan metal terdengar di depannya.

Agnes yang takut, dengan ngeri melihat ke arah suara itu.

Dan dia melihat William yang melepaskan ikat pinggang hitam dari pinggang jasnya.

Agnes sangat ketakutan,terjatuh ke tanah karena kaki yang lemas, dia dengan gemetar berlari menuju pintu.

Tetapi belum berlari lebih dari dua langkah,lengannya ditangkap oleh telapak tangan besar laki laki itu dari belakang, mendorongnya ke dinding dingin di kamar mandi itu.

“Apa yang akan kamu lakukan?” Dia berkata sambil terisak, Mata Agnes yang membengkak menatap orang yang menahannya di depan, Laki laki dengan pandangan gelap dan kejam.

William tertawa dingin, meraih dua pergelangan tangannya dengan mudah, menguncinya hingga di belakang punggungnya, Dengan metode cepat itu menahannya.

"Kamu sudah gila ya?"

Saraf Agnes ketakutan oleh serangkaian tindakan berbahaya dan mengerikan yang dia lakukan, ketakutannya sudah mencapai tahap puncak.

William memegang pinggangnya yang menggigil di satu tangan dan satu tangannya yang lain berhenti dengan berbahaya di pinggang celananya.

"Ah..."

Agnes menutup matanya dengan erat dan berteriak rendah sambil menggelengkan kepalanya.

William membungkuk, bibirnya yang tipis menempel di telinganya, suaranya gelap seperti Setan, "Kamu takut?"

"Enn..." Kaki Agnes bergetar dengan hebat, dan air mata mengalir dari matanya dengan deras. "Kamu tidak bisa, kamu tidak boleh melakukan ini padaku."

“Lima menit, jelaskan semuanya.” William membuka giginya dan menggigit cuping telinga Agnes yang tipis.

"Hmm..." Agnes menggerakkan pipinya yang kesakitan.

“Empat menit lagi.” Suara gelap seperti ular beracun menembus ke dalam telinga Agnes.

Agnes menangis dengan tidaknyaman, "Kamu menyakitiku."

"Tiga menit."

“Aku sakit sekali, tidak tahu harus berkata apa, bisakah kamu melepaskanku?” Agnes menangis dengan memohon.

"Dua menit."

"Aku benar-benar tidak tahu harus berkata apa. Kamu lepaskan aku pergi dulu..." Agnes panik dan takut, kepalanya menjadi kosong, tiba tiba pikirannya berantakan, Dia menangis hingga seluruh badannya gemetar, nafas pun kesulitan.

"Satu menit."

Agnes hanya merasa pinggangnya hampir putus. Kecuali rasa sakit, dia tidak bisa memusatkan kesadarannya. Dia menangis dengan sangat keras dan tidak bisa mengatakan apa-apa.

Lima menit berlalu.

William tidak mendapatkan penjelasan apapun yang ia ingin dengar.

Mata merahnya tiba-tiba seakan ditutupi oleh lapisan es yang tidak akan pernah bisa meleleh.

Giginya pun akhirnya menggigit daun telinga tipis Agnes, dan darahnya yang amis dan manis teroles di bibirnya.

William pada saat ini,seperti iblis haus darah yang lahir kembali, perlahan melepaskan daun telinga Agnes, dan mengangkat kepalanya dari sisi lehernya.

Ketika Agnes dengan mata yang dipenuhi kabut melihat wajahnya yang haus darah di depannya, nadi di seluruh tubuhnya seperti dipenuhi dengan pecahan es, dan darah yang mengalir di pembuluh darah dengan cepat menjadi dingin dan mengeras.

Agnes berhenti menangis, wajahnya pucat, dan menatap William dengan ekspresi ngeri, dengan ketakutan yang tidak diketahui tergurat pada setiap garis di wajahnya.

Novel Terkait

My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu