Hanya Kamu Hidupku - Bab 648 Harus Bagaimana, Semakin Kangen Denganmu

Sebelum sore, Ellen yang katanya tidak bakal memaafkan William, sudah terlanjur ‘diseret’ kembali oleh William.

Sebenarnya juga tidak termasuk ‘menyeret’, bagaimanapun William hanya melontarkan sebuah kalimat saja sudah berhasil membuat Ellen turut kepadanya.

Tentu saja semua ini hanya gambaran Siera kepada Pani.

Pani bahkan tidak tahu kalimat apa yang dilontarkan William terhadap Ellen.

Pada malam hari.

Riki dan Siera sedang makan malam di lantai bawah, sedangkan Mbok Yun yang mengantarkan makanan untuk Pani.

Setelah melihat Mbok Yun, Pani langsung menyadari kedua matanya yang telah memerah, hal ini membuat dirinya langsung mengingat dengan Snow.

Hati Pani sedikit tertekan, dia menatap Mbok Yun dan bertanya, “Mbok Yun, Snow masih tidak ada kabar ya ?”

Mbok Yun melirik Pani dengan tatapan rumit, lalu menggeleng kepalanya, “Snow tidak apa-apa, dia sudah pulang.”

“Sudah pulang ?” Pani sangat terkejut.

Mbok Yun mengangguk, dia mendirikan tubuh Pani dengan gerakan teliti dan menyandarkan tubuh Pani pada dinding, setelah itu mengambil nasi dan menyuapkannya.

“Mbok Yun, aku sendiri saja.” Pani menerima nasi dan menatap Mbok Yun dengan tatapan cemas, “Mbok Yun, seandainya Snow sudah pulang, kenapa Mbok masih bereaksi cemas ? Snow benar-benar tidak apa-apa kan ?”

Mata Mbok Yun yang sedang menatap Pani semakin memerah, “Tidak apa-apa, dia sangat baik.”

Pani tidak mengerti, dia mengerut bibir dan menatap Mbok Yun, “…. Kalau begitu apakah Mbok tidak enak badan ya ? Atau bertemu dengan masalah yang tidak menyenangkan ? Mbok kelihatannya tidak terlalu baik.”

“Tidak ada, benaran tidak masalah.” Mbok Yun menggenggam tangan Pani dan memperlihatkan sebuah senyuman secara terpaksa, “Nyonya, Anda tidak perlu mengkhawatirkan aku, cepat makan, nanti dingin pula.”

“Mbok Yun …..”

“Aku lupa menuangkan sup, aku pergi sekarang.”

Tidak peduli bahasa lanjutan dari Pani lagi, Mbok Yun langsung tersenyum kepada Pani, setelah itu langsung berdiri dan keluar dari kamar.

Pani melihat bayangkan punggung Mbok Yun yang pergi dengan terburu-buru, tatapan matanya muncul jejak curiga.

……

Sebelum tidur, Pani menerima panggilan telepon dari Sumi.

“Aku sudah tiba di Amerika.” Sumi membuka mulut, suaranya sangat serak dan mengandung jejak kelelahan yang sangat jelas.

Pani menatap jam dingin, seharusnya waktu saat ini dia memang telah tiba, sehingga menunduk kepala dan berkata, “Aku sudah mengerti. Kamu juga sudah lelah, cepat istirahat saja.”

Sejenak kemudian, baru terdengar suara Sumi yang rendah, “Kangen padamu.”

“……” Pani menutup matanya dan tidak berbicara.

Sumi mengeluh nafas dan berkata, “Selamat malam.”

“Kamu.....”

“Apa ?”

Pani mengerut alis, “Kamu jaga kesehatan, harus makan dan tidur dengan teratur .. Tidak perlu khawatir masalah rumah, aku dan Lian sangat baik.”

Setelah keheningan sejenak, Sumi tertawa keceplosan dan berkata, “Harus bagaimana ya, sepertinya semakin kangen padamu.”

Pani mengeluh sinis dan berkata, “Sudah ya.”

“Tunggu aku pulang.”

Sumi berkata.

“…… Iya mengerti.” Suara Pani membawa jejak muak, setelah selesai bicara dia langsung memutuskan sambungan teleponnya.

Setelah memutuskan sambungan telepon, di dalam ruangan kamar yang sunyi hanya menyisakan suara pernafasan Pani sendiri, tidak terdengar suara yang lainnya lagi.

Pani memeluk ponselnya pada bagian dada sendiri, lalu memiringkan kepala dan menatap posisi berbaring Lian pada sebelumnya.

Lian suka tertawa dan jarang menangis, hanya saja akan menangis apabila kelaparan.

Saat ini Pani tidak dapat merawat Lian, Siera juga sangat lelah apabila harus bangun setiap tiga jam untuk mengaja Lian.

Meskipun Pani sangat tidak ingin meninggalkan sisi Lian, namun juga tidak tega apabila melihat Siera yang kelelahan, sehingga mengusulkan agar Siera dapat membawa Lian tidur di kamar dirinya dan Samoa.

Dikarenakan demikian, saat ini kamar Pani hanya menyisakan dirinya saja.

Masalah yang terjadi dalam waktu dekat ini benar-benar terlalu banyak.

Semuanya membuat Pani mengingat kembali pada masa sebelum Yumari meninggalkannya.

Atau mungkin saja dikarenakan Sumi tidak berada di sisinya.

Kadang kalanya hatinya akan muncul perasaan yang tidak tenang.

Namun perasaan tidak tenang ini sangat tidak wajar, bagaimanapun semua orang yang penting bagi dirinya sedang baik-baik saja.

Pani membuka bibir dan mengeluh nafas panjang, setelah itu diam-diam menyindir diri : Sepertinya dia telah mengalami terlalu banyak hal yang buruk, sehingga mengidap gangguan delusi !

……

Pada hari ketiga setelah Sumi pergi ke Amerika, Samoa datang ke kamar Pani ketika Riki sedang tidak ada.

Pani yang melihat kedatangan Samoa juga menyapa dengan sopan, “Ayah.”

“Iya.” Samoa tersenyum, setelah itu duduk di kursi yang berada di hadapan Pani, lalu menatap Pani dengan tatapan ramah, “Bagaimana rasanya ? Masih sakit ?”

Pani berpikir sejenak dan memilih untuk berkata jujur, “Sepertinya benar kata orang tua dulu, penyakit ini butuh waktu seratus hari untuk penyembuhannya !”

Bahasa lainnya yaitu : Sakit !

Samoa mengerut alis.

Pani melihat demikian langsung menarik sudur bibirnya, “Sebenarnya tidak begitu sakit, masih dalam batasan yang dapat diterima.”

Setelah itu Pani berjeda sejenak dan berkata, “Ayah, seharusnya ayah ada masalah lainnya yang mau kasih tahu aku kan ?”

Samoa menggerakkan alis dan menatap Pani, “Kamu ini ya, benar-benar pintar dan pengertian.”

Wajah Pani sedikit memerah, “Reaksi ayah yang terlalu jelas.”

“Jelas sekali ya ?” Samoa meraba wajah sendiri, setelah itu tertawa terbahak-bahak dan menatap Pani, “Seandainya kamu sudah berhasil menebak, ayah juga tidak mau bertele-tele lagi, terus terang saja ya.”

“Ayah bilang saja.” Pani berkata.

Samoa sedikit memejamkan mata dan berkata dengan sekaligus, “Kamu juga tahu kalau ibunya Riki pernah menikah dengan Rusdi kan ?”

Pani mengerut alis secara refleks ketika mendengar kata ‘Rusdi’, sehingga juga mengerut bibir dengan serius dan mengangguk, “Aku tahu.”

“Masalah Rusdi dan Britania aku tidak cocok banyak bercerita, yang penting kamu tahu kalau Riki tidak cocok lama menetap di kota Tong, dia mesti cepat meninggalkan tempat ini.” Samoa berkata dengan nada serius.

Kata-kata Samoa sama persis seperti kata-kata Sumi pada sebelumnya.

Meskipun mereka tidak menjelaskan tentang kejadian antara Rusdi dan Britania, namun reaksi dan pembicaraan sudah menekan kepadanya bahwa keadaan Riki akan sangat berbahaya apabila terus menetap di sini !

Pani sedikit khawatir, “Ayah, jadi maksud ayah, kalau Rusdi mengetahui bahwa Riki masih ada di kota Tong, kemungkinan besarnya akan bertindak terhadap Riki dan bahkan membunuhnya ya ?”

Samoa tidak mengatakan secara jelas, malahan berkata, “Beberapa hari ini Britania terus menelepon aku dan Siera, bahasanya sangat khawatir dengan keadaan Riki. Dia berharap Riki dapat meninggalkan kota Tong dengan secepat mungkin, dan kembali ke Australia.”

Britania yang begitu berani bahkan sangat mengkhawatirkan keadaan Riki, jelasnya juga sangat takut terhadap tindakan Rusdi !

Setelah mengerti segalanya, Pani langsung berkata kepada Samoa, “Ayah, masalah ini tidak boleh tunda lagi, Anda boleh bantu memesan tiket ke Australia ?”

Tatapan mata Samoa muncul jejak tegas, “Boleh.”

……

Sejenak kemudian setelah Samoa meninggalkan kamar, Riki langsung masuk ke dalam kamar dengan membawa sepiring buah ceri, dia duduk di atas kursi dan bersiap-siap untuk menyuapkan buah ceri kepada Pani, Pani langsung berkata, “Riki, kamu kembali ke Australia saja !”

Tangan Riki sedikit kaku, matanya yang jernih muncul tatapan kaget, setelah itu terus menatap Pani.

Pani mengerut alis, “Kamu pulang saja. Kamu di kota Tong sudah satu minggu lebih, sudah waktunya pulang.”

Wajah Riki yang tampan menjadi sangat kejang, “Pani, kamu mengusir aku ya ?”

“Iya.”

Riki sangat kaget, dia melotot Pani dengan tatapan tidak percaya, “Bilang sekali lagi !”

Dia bahkan menjawab ---- Iya !

Pani menatap Riki dengan tatapan yang tenang namun juga rumit, “Riki, kalau kamu menetap di kota Tong, keadaan kamu akan semakin bahaya. Aku tidak ingin kamu terjadi sesuatu.”

“……”

Riki kaku terbengong, matanya terus melotot Pani, setelah itu berkata dengan nada rendah, “Karena alasan ini, jadi kamu mau mengusirku ?”

Pani tidak mengelak, “Riki, aku takut. Rusdi terlalu menakutkan dan terlalu hebat. Aku takut kalau kamu akan tertangkap dia, aku tidak sanggup menolongmu atau tidak sempat menolongmu, kamu akan …. Jadi Riki, kamu cepat pulang saja, pulang ke Australia, boleh ?”

Riki telah meredakan rasa panik dan amarah yang membara, saat ini dia menatap Pani dengan tatapan datar, “Lukamu masih belum sembuh, aku tidak akan pergi !”

“Luka aku setidaknya harus berbaring satu bulan lagi di atas kasur. Sedangkan dalam satu bulan ini, semuanya ada kemungkinan untuk terjadi.”

Pani sangat cemas, “Riki, aku akan baik-baik, aku pasti akan baik-baik.”

“Aku harus melihat kesembuhan kamu dengan mataku sendiri, kalau tidak aku tidak bakal tenang.” Riki menatapnya dan berkata dengan suara ringan.

Dalam hati Pani sangat panik dan cemas, sehingga kedua matanya juga memerah, “Riki, luka aku pasti bisa sembuh, satu bulan lagi aku sudah akan sembuh. Kalau kamu mau melihat keadaanku, kita bisa melakukan panggilan video. Pada saat seperti ini, kamu jangan bertekak denganku lagi boleh ?”

Riki terus menatap Pani dengan tatapan dalam, “Aku di sini saja dan tidak akan ke tempat lain, Rusdi tidak akan tahu kalau aku sedang di kota Tong. Pani, seperti ini juga tidak boleh ya ?”

Jantung Pani bagaikan sedang tertusuk sesuatu, matanya sangat pedih, “Riki, waktu dekat ini terlalu banyak hal yang terjadi di sisiku. Sekarang semuanya telah berlalu dan tenang kembali. Aku benar-benar tidak berharap orang yang di sisiku terjadi sesuatu lagi, meskipun hanya mungkin, tetapi aku juga tidak dapat terima.”

Riki mengerut bibir, tatapannya melekat pada wajah Pani, seolah-olah akan mengingat jelas dengan bentuk wajah Pani.

“Aku janji padamu, setelah sembuh, aku langsung menyuruh paman Nulu membawa aku dan Lian ke Australia, serius.”

Pani terus menatap Riki dan berkata dengan nada ringan.

“Kalian sekeluarga hidup harmonis, lalu ke Australia untuk menyakiti perasaanku ya ?” Riki mengerut alis, wajahnya yang sedang tersenyum bagaikan sedang tersenyum pahit dan menyindir.

Mata Pani menjadi hangat, “Riki, pulang saja, aku akan baik-baik.”

Riki menelan air ludah dan terus menatap Pani, setelah itu menggerakkan bibirnya yang tipis dan berkata dengan suara serak, “Benarkah ? Tidak akan terluka lagi ya ? Aku benar-benar bisa tenang ?”

“……” Tenggorokan Pani sangat sakit, dia membuka matanya dan tersenyum pada Riki, setelah itu mengangguk dengan kuat dan berkata, “Iya.”

Riki pelan-pelan menutup matanya.

Pani yang melihat demikian juga merasa sedih dan tidak tega.

Sejenak kemudian.

Riki mengangkat mata dan menatap Pani dengan tatapan polos, “Aku tinggal dua hari lagi, boleh ?”

Air mata yang hangat mulai bergenang, Pani mengisap hidung dan menghapus air matanya dengan cepat, setelah itu berkata, “Seandainya bisa, aku tentu saja berharap kamu dapat menetap di kota yang sama denganku. Tetapi kenyataannya tidak mengizinkan. Lagi pula …..”

Pani menatap wajah Riki yang penuh dengan kesedihan, suaranya juga semakin serak, “Aku sudah meminta ayah memesan tiket ke Australia untuk hari ini.”

Wajah Riki yang tampan kembali kejang, kesedihan dan rasa tidak tega memenuhi tatapan matanya.

Terlalu tiba-tiba !

Novel Terkait

My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu