Hanya Kamu Hidupku - Bab 64 Cinta Kamu Terhadap Dia Sangat Dalam

Karena acara ulang tahunnya dan masalah masuk ke rumah sakit beberapa hari, Ellen pun 'bolos sekolah' dengan bangga selama 1 minggu.

Sisa kurang dari setengah bulan sudah mau ujian.

Setelah kembali ke sekolah, Ellen yang sensitif menyadari suasana belajar di dalam kelas pun menjadi semakin gugup.

Hal yang paling jelas adalah.

Setelah 'bolos sekolah' satu minggu, Ellen datang ke sekolah dan menyadari tidak ada satu orang pun yang mengkritiknya.

Kalau dulu, setiap Ellen baru saja datang, pasti ada beberapa orang yang kumpul bersama dan berkata Ellen memiliki paman ketiga yang kaya raya sehingga dia memiliki personalitas manja, sombong dan tidak ingin belajar.

Ellen duduk di tempat duduknya.

Melihat ke teman-temannya yang sedang belajar dengan serius, tekanan yang sudah mau ujian langsung menghampiri Ellen.

Ellen menarik nafas dan mengeluarkan kertas latihan yang sudah tertinggal selama seminggu di dalam lacinya.

Kertas menumpuk yang tebal itu membuat Eren merasa sakit kepala.

Dia pun menggunakan kecepatan tertinggi untuk mengerjakan latihan-latihan tersebut.

Kertas latihan untuk pelajaran bahasa ada 5 lembar, matematika ada 8 lembar, bahasa Inggris ada 8 lembar, sisanya ada belasan lembar.....

Oh Tuhan!

Sudut mulut Ellen bergetar, dia merasa dirinya benar-benar bisa mati.

"Semua guru sudah pernah menjelaskan jawaban latihan-latihan itu, kamu bisa mengabaikan semuanya" Melihat ekspresi Ellen yang risau, Pani menyentuh hidungnya dan memberikan ide buruk.

Ellen memutar bola matanya.

"Selain itu, sejujurnya, berdasarkan nilaimu, kamu benar-benar tidak perlu begitu risau. Aku merasa kamu sudah bisa menjalani ujian sekolah menengah atas sekarang. Kamu tinggal memilih saja kuliah di mana" Pani berakta.

"Iya, terima kasih begitu percaya kepadaku" Ellen tertawa.

"Aku berkata dengan serius" Pani memasang wajah serius.

Ellen hanya senyum dan tidak berbicara, selanjutnya dia mulai mengerjakan latihan inggris.

"........" Melihat Ellen yang sudah fokus ke dalam mengerjakan soal, Pani menjilat bibirnya dan tidak menganggu Ellen lagi.

Ellen menghela nafas lega dalam hatinya.

Yang paling menakutkan di dunia ini itu apa?

Yang paling menakutkan adalah Ellen masih bersikap lebih berusaha dari 99% orang di dunia ini meskipun kecerdasannya sudah berada di atas 80% orang di dunia ini!

Padahal bisa mempergunakan wajahnya, dia malahan mau berusaha dengan kemampuan!

Benar-benar luar biasa!

Sambil berpikir, Pani mengeluarkan buku fisika dan mulai membacanya.

Di samping Pani ada seorang siswa cerdas yang memiliki kecerdasan tinggi, kalau Pani masih tidak mau berusaha, dia akan kalah sampai terlihat terlalu bodoh.

................

Sore pulang sekolah, Pani bermaksud mau pulang bersama Ellen karena tidak perlu bekerja.

Tetapi Ellen masih sedang mengerjakan soal ketika Pani sudah siap beres-beres.

Pani tidak berani menganggu Ellen, akhirnya dia menunggu Ellen di tempat dengan bodoh.

Setelah menunggu setengah jam, Ellen masih sama sekali belum memiliki maksud mau pulang.

Pani menjilat bibirnya dan mengeluarkan soal matematika untuk mengerjakan.

Setelah satu jam.

Ellen mengangkat kepalanya dan menutup pena sebelum menoleh ke Pani yang sedang mengerjakan soal, Ellen tidak menganggu Pani dan mulai membereskan menjanya dengan diam-diam.

"Apakah sudah mau pulang?" Pani mengangkat kepalanya dan menatap ke Ellen.

"Tidak apa-apa, kamu buat saja. Aku tunggu kamu" Ellen berkata.

"Aku tidak mau buat lagi, aku sudah lapar. Ayo pulang" Pani menyimpan kertas ke dalam tasnya dan menarik Ellen berjalanke arah luar.

Mereka berjalan melewati area jajan, Pani pun membeli dua sosis panas.

Satu untuk Ellen, satu untuk Pani, mereka berdua sambil makan sambil berjalan ke gerbang sekolah.

"Ellen, apakah kamu sudah berpikir mau masuk ke kuliah mana?" Pani bertanya.

"...........Kalau bisa ke luar kota. Atau keluar negeri juga boleh" Setelah berpikir, Ellen menjawab.

"Keluar negeri? Bukannya kamu bersikap keras kepala tidak mau keluar negeri kemarin?" Pani mengerutkan alisnya.

Ellen mengigit sosis panasnya, "Sudah berubah pikiran"

Pani menatap ke Ellen beberapa detik sebelum berkata dengan senyum. "Sebenarnya keluar negeri juga bagus"

"Sosis ini lumayan enak" Ellen mengangkat sosi di tangannya.

"........iya" Pani berusaha menerima Ellen tiba-tiba mengganti topik.

Melihat ekspresi Pani yang tidak berdaya dan tidak harus berkata apa, Ellen pun tertawa.

"Ellen"

Waktu baru saja berjalan keluar dari gerbang sekolah, Pani tiba-tiba menarik lengan Ellen.

Ellen terkejut, "Kenapa?"

"Sana" Pani mengangkat dagunya dan menyuruh Ellen untuk meliaht ke sana.

"....." Ellen melihat ke arah tatapan Pani.

Kemudian Ellen pun melihat Bintang bersama saudara kakaknya, Venus yang Ellen dan Pani ketemu kemarin waktu belanja beserta seorang wanita yang berpakaian elegan berdiri di depan sebuah maserati merah, mereka sedang berbicara dan suasananya terlihat damai dan lega.

"Ellen, apakah kamu tidak merasa ada sesuatu yang aneh?"

Pani berbisik kepada Ellen dengan suara kecil.

"Aneh dimana?" Ellen menyimpan tatapannya dan menatap ke Pani dengan aneh.

"Venus " Pani berkata.

"?" Ellen tidak mengerti.

"Aiya, bukan aku mau mengejek kamu, Ellen, kamu benar-benar terlalu tidak bisa menangkap. Apakah kamu tidak menyadari kelakuan Venus terhadap Bintang ada yang aneh?" Pani menatap ke Ellen dengan tatapan seperti ibu yang memarahi anaknya yang kurang pintar.

Ellen melamun sejenak, "Venus terhadap Bintang... aneh?"

Pani menjelaskan, "Kamu melihat tatapan waktu menatpa Bintang, sangat lembut dan penuh dengan cinta, dari mana tatapan ini adalah tatapan normal untuk melihat ke adik saudara? Jelas sedang menatap ke pria yang dia sukai"

Ellen melirik ke Pani, "Bukan aku tidak pandai menangkap, lubang otak kamu yang terlalu aneh"

"Kamu tidak mau mengaku, kamu itu tidak pandai menyadari" Pani sangat percaya dengan perasaan dirinya, Venus pasti menyukai Bintang!

"Sudah, tidak peduli mau aku yang tidak pandai menangkap atau lubang otak kamu yang aneh, semua ini tidak berhubungan dengan kita, ayo" Ellen menarik Pani berjalan ke arah ruang Tata Usaha.

"Ellen"

Eh........

Suara Bintang.

Ellen merasa kepalanya sedikit pusing.

Awalnya dia ingin berpura-pura tidak mendengar dan terus berjalan, tetapi Pani malah mengingatkan dia, "Ada yang memanggil kamu"

Ekspresi Ellen menggelap.

Akhirnya dia hanya bisa berhenti berjalan.

Ellen menjilat bibirnya dan melihat ke arah Bintang.

Bintang melambaikan tangannya kepada Ellen dari jarak jauh, kemudian dia berkata sesuatu kepada Venus dan wanita satu lagi sebelum berlari ke arah Ellen.

"Lihat tenaganya yang muda itu, seberapa mempesona"

Pani berkata.

Sudut mulut Ellen bergetar, dia menabrak perut Pani dengan sikunya sebelum berkata sambil mengigit giginya, "Berani bersikap lebih gila lagi?"

"Reaksi aku ini bernama cinta kalau sudah sampai dalam tentu saja bisa menggila" Pani tertawa dengan bahu bergetar.

"Kamu yang bilang ya. Nanti Bintang datang aku akan memberi tahu dia cinta kamu terhadap dia sudah sangat dalam"

"Boleh, kamu bilang saja. Kalau mau bilang semuanya bilang saja. Nanti aku akan beri tahu dia kamu berkata mau melahirkan monyet untuk dia"

"......" Kamu benar-benar kejam!

"Hehehe" Pani tertawa.

"Pani, aku tidak mengenal kamu" Ellen menyipitkan matanya dan melirik Pani.

Pani melambaikan tangannya.

Melihat Bintang sudah berjalan dekat, Pani pun diam dan tidak bising dengan Ellen lagi.

"Ellen, mengapa kamu masih di sekolah?! Apakah ada kelas tambahan?" Bintang menatap ke Ellen dengan mata bercahaya.

Melihat Bintang, Ellen langsung teringat dengan masalah Hansen menyuruh dia untuk mengundang Bintang pergi ke rumahnya makan Sabtu nanti, karena itu ekspresi Ellen pun menjadi tidak natural, "Aku mengerjakan soal tadi. Bagaimana dengan kamu, mengapa masih belum pulang?"

"Aku janjian dengan temanku main basket setelah pulang sekolah, main sampai tadi baru selesai" Bintang tertawa dengan canggung.

"Oh" Ellen mengangguk, setelah itu dia tidak tahu harus berkata apa lagi.

Menghadapi Ellen, Bintang selalu merasa agak malu, dia menggerakan kepalanyua. "Apakah kamu sudah mau pulang?"

"Iya" Ellen menjawab.

".......Oh" Mata Bintang memancarkan cahaya kesenangan, dia terus menatap ke Ellen.

Suasana hening yang canggung itu berlangsung selama belasan detik.

Ellen memegang satu tangannya lagi dan menatap ke Bintang Hama, "Aku......"

"Oh iya"

"Apa?"

"Kamu tidak datang ke sekolah selama satu minggu, merasa tidak enak badan lagi ya?" Bintang bertanya dengan ekspresi risau.

Ekspresi Ellen menjadi kejang.

Dia tidak tahu harus bagaimana menjelaskan kepada Bintang, akhirnya Ellen memilih untuk menuruti kata-kata Bintang, "Iya, sedikit"

"Kalau sekarang? Sudah sembuh?" Bintang menatap ke Ellen dengan ekspresi gugup dan perhatian.

"....Sudah sembuh. Terima kasih" Ellen mengangguk.

Bintang menghela nafas lega, "Bagus kalau begitu"

"Kalau begitu, kami tinggal dulu......"

"Bintang"

Sebelum Ellen selesai berkata, sebuah suara wanita yang lembut memotong kata-katanya.

Ellen berhenti berkata dan melihat ke arah suara berasal.

Venus berjalan kemari sambil memegang tangan seorang wanita yang memakai cheongsam.

Tatapan Ellen jatuh di wajah Venus yang putih, tiba-tiba Ellen merasa kaget.

Wajah itu.......

"Tante"

Ketika Venus dan wanita itu sudah berjalan dekat, Bintang memanggil wanita itu.

"Tante?"

Pani bersuara di samping telinga Ellen.

Jangankan yang lain, melihat dari penampilan, wanita ini terlihat seperti hanya tua beberapa tahun dari Venus , berkata dia hanya berusia 20 tahun lebih saja ada orang yang percaya.

Sementara Bintang memanggil dia tante.........

Kalau begitu Venus ....... adalah anak wanita ini?!

Wanita itu berjalan dekat dan menatap ke Ellen dan Pani dengan ekspresi lembut, "Bintang, dua ini adalah teman sekelas kamu?"

"Mereka adalah temanku" Bintang berkata sambil menatap ke Ellen dengan dalam dan sudut mulutnya terangkat.

Wanita itu tertawa dan melihat ke Bintang Hama, "Gadis yang kakakmu pernah berkata kepada aku kemarin, apakah merupakan salah satu dari mereka?"

Wajah Bintang yang muda memancarkan kemerahan yang meragukan, "Mengapa kakak menceritakan semuanya kepada anda"

"Ha, kamu malu ya" Wanita itu tertawa sambil menggelengkan kepalanya.

"Ibu, dia adalah Ellen Nie, nona Nie"

Sejak berjalan ke sini, Venus terus menatap ke Ellen.

Wanita itu menatap ke Ellen dengan senyuman ringan, "Salam kenal, Nona Nie"

Menatap ke wajah wanita itu, tatapan Ellen berhenti di sana beberapa saat sebelum menarik nafas ringan dan mengedipkan matanya, "Salam kenal"

Wanita itu tertawa dan menoleh ke Bintang, "Sepertinya gadis ini ya"

"Tante" Wajah Bintang memerah.

Sementara Ellen tidak menyadari wajah Bintang yang memerah, dia hanya terus menatap ke wajah wanita itu.

Ellen merasa dia pernah menjumpai wanita ini sebelumnya, wajahnya sangat familier.......

Sementara wanita itu juga bisa merasakan tatapan Ellen terhadapnya.

Wanita itu menoleh ke Ellen lagi dengan senyuman yang elegan dan hangat, "Nona Nie, apakah kita pernah berjumpa sebelumnya?"

Jantung Ellen tiba-tiba berdetak kuat tanpa alasan.

Novel Terkait

Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu