Hanya Kamu Hidupku - Bab 493 Jangan Berbelok Sana Sini Denganku

"Buat apa merajuk dengan kamu tanpa alasan? Mengapa kamu bisa berpikir aku sedang merajuk? Atau kamu merasa ada sesuatu yang pantas membuat aku merajuk dengan kamu?" Pani menatap kepada Sumi dengan tatapan jernih yang terus terang.

Sumi mengerutkan alisnya, "Jangan merajuk dengan aku. Ada apa yang tidak senang langsung katakan saja!"

Jantung Pani terasa sakit, dia tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya.

Tatapan dia terhadap Sumi menjadi asing dan dingin, "Kalau begitu, kamu coba jelaskan, apa yang membuat aku tidak senang? Mengapa kamu bisa merasa aku tidak senang?"

Sumi melihat ke Pani dengana wajah tegang.

Pani tertawa dengan dingin, "Tidak bisa katakan?"

Pani menarik tangannya dari Sumi dengan kuat, "Cari tahulah dengan jelas, aku yang tidak senang atau kamu memang bersalah!"

"Aku bersalah dimana?" Sumi menjilat bibirnya dengan dingin.

Pani tertawa sebelum berputar balik badan dan melangkah dengan cepat.

Menatap bayangan tubuh Pani, dada Sumi yang dipenuhi frustrasi bergerak naik turun.

........

Setelah pertemuan ini, Sumi dan Pani tidak bertemu lagi selama beberapa hari.

Kali ini, Sumi bahkan tidak mengirim pesan teks atau menelpon Pani lagi.

Sementara Pani setiap hari belajar dengan giat, dia mengisi semua waktunya dengan mengerjakan soal latihan.

Meskipun begitu, asal memiliki sedikit waktu bebas, Pani akan merasa sangat frustrasi, sesak dan tertekan.

Setelah pulang sekolah, Pani keluar dari kelas. Dari jauh dia melihat Pataya Zhao berdiri di bawah sebuah pohon dan menatap kepadanya seperti seekor hantu yang ngeri.

Pani menyipitkan matanya dan melangkah ke depan, tidak menganggap keberadaan Pataya Zhao.

Waktu Pani berjalan melewatinya, Pataya Zhao berkata, "Pani, selain berusia muda, kamu sama sekali tidak memiliki kelebihan. Kamu tidak bisa mengambil hati Tuan Nulu, dia pasti akan meninggalkan kamu! Kemudian akan ada wanita yang lebih muda dari kamu menggantikan posisi kamu"

Pani berjalan melewati dia tanpa berkomentar apa pun.

Pataya Zhao mengeratkan tinjunya dan melirik bayangan belakang Pani dengan marah.

.......

Pani berjalan keluar dari gerbang sekolah dan menuju ke arah bus stop, tiba-tiba sebuah suara wanita berdering, "Pani"

Pani menoleh ke arah suara berasal.

Alis Pani meloncat beberapa kali ketika dia melihat wanita yang menyandar di sebuah Malaventi merah. Yuki, mengapa dia bisa di sini?

"Pani, aku langsung datang menjumpai kamu setelah turun dari pesawat. Apakah kamu tidak bermaksud mau menyambut aku dengan sebuah pelukan?" Yuki merentangkan tangannya kepada Pani dengan ekspresi mempesona.

Langsung datang menjumpai Pani setelah turun dari pesawat?

Mengapa hal ini terasa aneh?

Pani berjalan kemari dan Yuki pun segera memeluknya, "Pani, aku sangat kangen kapada kamu"

Pani menyipitkan matanya.

Yuki melepaskan Pani dan melihat kepadanya dengan ekspresi gembira, "Setelah 2-3 bulan tidak bertemu, kamu berubah menjadi semakin cantik"

Pani menjilat bibirnya, "Mengapa Tante Wu bisa datang ke kota Tong?"

"Apakah aku tidak pernah memberi tahu kamu? Kota Tong adalah kampung halaman aku, aku bisa tinggal di Provinsi Huai sekarang itu karena suamiku yang telah meninggal itu orang Provinsi Huai. Sekarang dia sudah meninggal, tentu saja aku harus kembali ke kampung halamanku" Yuki berkata.

"Ternyata begitu" Pani tertawa.

Yuki berkata, "Pani, kenapa aku merasa kamu bukan begitu bahagia bertemu dengan aku kali ini? Apakah ada sesuatu yang terjadi?"

Pani menatap kepada Yuki dengan diam, "Bukan tidak senang. Hanya merasa sedikit tertekan saja karena sudah mau ujian nasional"

"Oh, aku mengira apa yang terjadi. Ada Sumi membantu kamu, kamu takut apaan? Ujianmu gagal pun Nulu ada cara memasukkan kamu ke kampus idaman kamu, tenang saja!" Yuki memegang lengan Pani sambil berkata.

Pani menyipitkan matanya dan tidak lanjut membahas topik ini.

Tangan Yuki masih memegang tangan Pani, "Pani, aku segera datang mencari kamu setelah pulang ke sini, kamu harus menemani aku"

"..... Takutnya tidak bisa, baru-baru ini aku sedang memanfaatkan semua waktu untuk belajar"

"Belajar juga harus makan" Yuki memotong kata-kata Pani dan menarik dia ke dalam mobil, "Kamu tenang saja, Tante Wu tidak akan menghabiskan terlalu banyak waktumu. Kamu temani Tante Wu makan sebentar saja, habis itu tante mengantar kamu pulang"

Pani mengerutkan alisnya.

"Pani, temani tante makan sekali. Waktu di Provinsi Huai aku sudah mengajak kamu berkali-kali dan kamu menolaknya setiap kali. Hari ini adalah hari pertama aku kembali ke kota Tong, aku datang mencari kamu pada hari pertama, kamu tidak tega menolak aku lagi kan? Sementara sini adalah kota Tong, aku tidak mungkin bisa menculik kamu kemana-mana" Yuki menatap kepada Pani dengan ekspresi seolah-olah kalau Pani tidak mau menemani dia makan, dia tidak akan melepaskannya!

Pani menatap kepada Yuki selama beberapa saat sebelum berkata dengan alis terangkat, "Menghadapi undangan Tante Wu yang begitu ramah, kalau aku masih menolak, sepertinya aku terlalu tidak sopan!"

"Benar!" Yuki menepuk lengan Pani dan menutupi pintu tempat penumpang sebelum memasuki tempat pengemudi.

Dari Yuki memanggil Pani, sampai dia membawa Pani meninggalkan sekolah, Pataya Zhao menyaksikan semua adegan itu.

Setelah berdiri di luar gerbang sekolah selama beberapa detik, Pataya Zhao menyipitkan matanya sebelum berlari ke arah mobil menuju.

......

Yuki membawa Pani ke sebuah restoran jepang kelas tinggi.

Pada saat pelayan bertanya tentang jumlah tamu, Yuki menjawab, "4 orang"

4 orang?

Pani melirik ke Yuki.

Yuki hanya tersenyum kepadanya.

Setelah itu, pelayan pun membawa Yuki dan Pani ke tempat duduk yang dekat dengan jendela.

"Nona, mau pesan sekarang atau menunggu teman kamu sampai?" Pelayan bertanya.

"Pesan 2 minuman dulu, sisanya tunggu temanku datang saja" Yuki berkata.

Pelayan mengangguk dan memberikan menu kepada Yuki.

Yuki menatap kepada Pani dengan senyuman, "Pani, mau minum apa?"

"Jus lemon" Pani menjawab.

"Berikan kami segelas jus lemon dan segelas jus jeruk!"

Yuki mengembalikan menu kepada pelayan.

"Baik, silahkan tunggu sebentar!" Pelayan meninggalkan meja makan.

Pani tidak bertanya kepada Yuki tentang siapa 2 tamu lainnya.

Yuki sendiri berkata, "Pani, aku ada mengundang 2 teman baikku juga, tidak keberatan kan?"

"Kalau aku keberatan, apakah Tante Wu bisa meminta 2 temanmu jangan datang?" Pani berkata dengan santai.

"...." Ekspresi Yuki terlihat kaku, setelah itu dia pun tertawa, "Pani, kamu benar-benar sangat suka bercanda!"

Bercanda?

Pani tidak sedang bercanda!

Tetapi dia hanya diam saja.

"Yuki..." Sebuah suara wanita berdering dari belakang Pani.

Pani tidak menoleh ke belakang.

Sementara Yuki langsung berdiri, "Linsan, Jinjing...."

"Akhirknya kamu pulang!" Tanjing segera memeluk Yuki.

Yuki memeluk dia kembali, "Tidak pulang aku masih bisa kemana?"

"Seharusnya kamu memberi tahu aku dan Linsan sebelum kembali ke sini agar kami bisa pergi menjemput kamu di bandara. Kamu ini, pulang begitu saja tanpa suara. Aku mengira kamu bercanda waktu kamu berkata mau mengundang kami makan"

Sementara satu suara wanita lagi berdering ke telinga Pani.

Pani menyipitkan matanya, suara ini terdengar sedikit familier.

Berpikir sampai sini, Pani pun mengangkat kepalanya.

Pada saat yang sama, Linsan juga menatap kepadanya.

Tatapan mereka saling berpapasan dan matanya menyipit pada waktu yang sama.

"Pani?"

Linsan berkata dengan kaget.

Tatapan Pani bergetar sedikit.

Tanjing dan Yuki pun melihat kepada Linsan dan Pani.

Melihat reaksi Linsan, tatapan Yuki memancarkan cahaya untuk waktu yang sangat pendek, "Linsan, kamu mengenal Pani ya?"

Linsan melihat ke Yuki dan mengangguk dengan sudut bibir terangkat, "Kami sudah pernah bertemu"

Tanjing melihat ke Linsan dengan aneh.

"Oh" Yuki berkata, "Jangan berdiri, ayo duduk!"

Yuki menarik Tanjing untuk duduk.

Karena itu.

Pani dan Linsan tentu saja harus duduk saja.

Pani menurunkan pandangannya dan berpindah ke arah dalam.

Linsan tersenyum kepada Pani dan duduk di sampingya.

"Pani, kalau kamu dan Linsan sudah saling mengenal, aku tidak perlu memperkenalkan lagi. Yang duduk di samping aku ini bernama Tanjing, dia adalah teman baik aku dan Linsan sejak kuliah"

Pani melihat ke Tanjing dan mengangguk.

Tanjing melihat ke Pani dengan tatapan setengah tersenyum, "Yuki, jangan hanya memperkenalkan aku. Kenalkan nona kecil ini juga"

Semua orang.

Selain Pani, Yuki dan Linsan itu tah bahwa Tanjing itu mengenal Pani.

Mendengar kata-katanya.

Yuki pun berkata dengan alis terangkat, "Pani, pacar kecilnya abang Nulu, cantik kan?"

Linsan tertawa dengan ringan.

Tanjing juga tertawa tanpa alasan, dia menatap Pani dari atas sampai bawah, "Ternyata nona ini adalah pacar abang Nulu"

Pani hanya diam saja.

Yuki diam sejenak sebelum memanggil pelayan untuk memesan makanan.

"Pani, kamu mau makan apa? Pesan saja sesuka hati" Yuki berkata.

Linsan juga menatap kepada Pani dengan hangat.

Pani memasang tatapan datar, "Aku tidak memilih makan"

"Kalau begitu aku sembarang memesan ya. Jangan merasa tidak enak nanti" Yuki tertawa.

Pani hanya menggerakan alisnya dan tidak bersuara.

"Linsan, Tanjing, kalian suka makan apa pesan saja ya" Yuki berkata.

Tanjing melihat ke Pani dengan mata menyipit, kemudian melihat ke Linsan yang bersikap santai, "Linsan pesan saja"

"Boleh, aku yang pesan saja" Linsan berkata.

Linsan dan Yuki mulai memesan makanan.

Tanjing menarik pandangannya dari Linsan dan terus menatap ke Pani tanpa berkedip mata.

Pani yang sibuk minum jus, menganggap tidak menyadari hal itu.

Setelah Linsan dan Yuki memesan makan, Tanjing pun berkata, "Linsan, Tanjing, kalian melihat nona Wilman.

Tatapan Yuki mengalih ke Pani, "Kenapa?"

Linsan juga menatap kepada Pani dengan tatapan meragu.

Pani mengangkat kepalanya dan melihat ke Tanjing.

Tanjing menggembangkan bibirnya, "Apakah kalian sadar? Nona Wilman dan Linsan sedikit mirip?"

Yuki mengangkat alisnya dan melihat ke Linsan degan senyuman.

Linsan terlihat kaget dan menoleh ke Pani, "Adakah? Aku tidak memperhatikannya"

Pani berkata dengan lembut, "Tante Wu kemarin pernah berkata bahwa aku mirip dengan satu teman baiknya, sepertinya orang itu adalah Nona Lin"

Pani memiliki pemahaman yang sangat jelas tentang penampilan dirinya.

Dia tidak akan menganggap diriny mirip dengan siapa hanya karena ada yang berkata seperti itu.

Sebenarnya, Pani dan Linsan sama sekali tidak mirip.

Kalau benaran harus memilih satu kesamaan.

Ada satu, yaitu jenis kelamin!

Mereka sama-sama adalah wanita!

"Yuki juga pernah berkata seperti itu ya. Berarti bukan aku yang salah melihat" Tanjing berkata dengan ekspresi seolah-olah mengetahui sebuah rahasia.

Novel Terkait

Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu