Hanya Kamu Hidupku - Bab 623 Menikahi Seorang

Begitu Pani terbangun kembali, jam menunjukkan sudah pukul 3 sore.

Respon dari tubuhnya begitu kuat, seperti sehabis berlari 1 kilometer, tidak, lebih tepatnya adalah 8 kilometer, sebab dia sekarang hanya menggerakkan jarinya saja merasa begitu lelah.

Pani mengeluh dalam hati, kalau tau pembicaraannya yang tadi akan mendapatkan "penyiksaan" dari suaminya, lebih baik dia diam saja.

Keadaannya yang sekarang, hampir seperti orang yang "cacat" yang bangkit dari kasur saja tampak begitu sulit.

Terdengar suara buka pintu dari kamar tidur.

Pani malas untuk menggerakkan matanya, dia mengerucutkan mulutnya, dia tidak perlu lihat sudah tau itu siapa.

Ini adalah kamar tidurnya dia dan "orang" itu, yang bisa leluasa masuk keluar kamar tanpa mengetok pintu, selain dirinya sudah pasti adalah pria yang baru saja "menyiksanya" tersebut.

Suara langkahan kaki semakin mendekat.

Setelah itu, tempat kasur disampingnya sedikit menciut.

Pani merasa bayangan matanya menghitam dan kemudian bibirnya pun dicium.

Pani benar-benar tidak tau mau bilang apa lagi dan dirinya juga malas untuk melawan.

Menunggu kepuasan dari suaminya, seusai meninggalkan bibirnya, Pani sedikit mengerutkan keningnya, berkata dengan suara serak "Sumi, kita selalu makan barengkan, aku juga tidak melihat kamu makan yang lainnya, kenapa kamu..."

Pani dengan pelan mengigitkan bibirnya, karena merasa malu maka tidak melanjutkan pembicaraannya.

"Kenapa apanya?" Sumi tertawa, dia melepaskan sandal, menaiki kasur mendekat, lalu memeluknya, dia mencium wajahnya, telinganya, tapi karena Pani benar-benar tidak mau bekerja sama, maka dia hanya bisa menciumi rambutnya.

Pani mengerutkan sudut bibirnya, dia benar-benar salut dengan tenaga suaminya.

"Orang lain yang ada komplain suaminya tidak kuat, aku begitu kuat kamu masih mau komplain apa?" Sumi disaat berbicara kata-kata yang tidak malu ini tetap menggunakan suara khas lembutnya, sehingga membuat orang tetap merasa dia begitu elegan.

Pani merasa otaknya dipenuhi dengan garis hitam, kerutan sudut bibirnya tambah keras "Kamu tau gak, wajahmu itu lebih tebal dari dinding?"

Sumi tertawa terbahak-bahak. dia mengangkat dagu Pani dan mencium mulutnya yang monyong itu, dengan tatapan penuh kelembutan dia melihat istrinya "Lapar tidak?"

"Menurutmu?" Oceh Pani.

Dia tidak sempat sarapan dan makan siang, lalu "disiksa" oleh dia selama berjam-jam, bagaimana mungkin tidak lapar?

Dia mengira dengan berkata demikian, suaminya akan segera mengambilkan makanan untuk dirinya.

Siapa tahu suaminya pasang muka tak bersalah dan berkata "Aku juga lapar."

Apa?!

Wajah mungil Pani cemberut dan melototnya.

Sumi tertawa, hidungnya yang mancung mendekati wajah istrinya, dengan nada melirih berkata "Aku juga belum makan dari tadi pagi."

"Kan kamu sudah bangun dari tadi, kok tidak pergi makan?" Pani menggertakkan giginya.

Dia bersumpah, kalau suaminya berani menyuruh dia untuk bangun memasak, dia akan langsung menyerbu menggigit dagingnya, untuk mengisi perutnya yang kosong dan dia tidak akan merasa iba sama sekali!

Sekilas meliriknya, Sumi sudah tau apa yang sedang dipikirkan oleh istrinya, jarinya yang melengkung dengan pelan mengetuk dahinya, bibirnya yang tipis terlihat sedikit menggoda, dengan pelan berbisik "Aku sedang menunggumu untuk makan bersama."

“……”

Mata Pani menatapnya.

Sumi tersenyum, menggendongnya dari kasur dan membawanya ke kamar mandi.

Dia tidak berkata lagi.

Tetapi hatinya Pani benar-benar merasa hangat dengan tindakannya yang tadi.

Seusai Sumi membantunya mencuci muka, Pani dengan telinga yang memerah, berkata dengan pelan "Gini dong."

Sumi menyentuh hidungnya dengan tatapan penuh manja.

……

Tidak tahu memang kebetulan atau sengaja menghindar, Pani dan Sumi turun dari lantai atas, mereka tidak menemui Siera dan Samoa.

Pani baru merasa api yang membakar dimukanya pelan memudar, dia menghela napas dengan diam-diam.

Untungnya mereka tidak ada diruang tamu, kalau tidak dia benar-benar akan merasa sangat malu.

"Kenapa canggung? Ayah ibu-kan juga pernah mengalaminya, mereka ngerti kok." Sumi terlihat sangat tenang.

Pani tertawa dingin, dia melirik Sumi "Memangnya kamu kira semuanya seperti kamu tebal muka!"

Sumi meremas jari istrinya, dengan setengah menyipitkan matanya "Dasar gadis kecil, kulitnya sudah kencang ya, berani melawanku setiap saat."

Pani menyentuh ujung hidung, dengan mengalihkan pembicaraan "Aku lapar sekali, ayo kita pergi makan saja."

Sumi mengigit giginya.

……

Di ruang makan.

Sumi menyantap makanan dengan perlahan, setelah mengunyah gigitan terakhir, dia berkata dengan ringan "Ulang tahunmmu mau gimana merayakannya?"

Ulang tahun?

Pani terbengong sejenak dan melanjutkan menguyah "Seperti biasa saja. Aku jarang merayakannya."

Pani berkata dengan seadanya, dia memang dari kecil sampai besar jarang merayakan hari ulang tahunnya.

Sebelum berteman dengan Ellen, setiap dihari ulang tahunnya, Yumari akan memasak semangkok mie dan telur untuk dia.

Setelah berteman dengan Ellen, Ellen tiap tahun selalu akan menyiapkan kue ulang tahun dan kado untuk dirinya dan menemaninya merayakannya.

4 tahun ini di Kota Yu, setiap kali dihari ulang tahunnya Riki Wijaya akan memasak untuknya, merayakannya dengan seadanya tanpa ada gangguan dari orang lain.

Dan, Pani tidak merasa ini buruk.

Bahkan sebaliknya, dia merasa ini sudah sangat baik. Tidak heboh dan dia merasa sangat nyaman.

Sumi tidak tahu bagaimana pikiran Pani, Namun ketika dia mendengar perkataan ini, hatinya merasa sangat ketat, makanan yang dikunyahnya pun menjadi begitu tak berasa.

"Eh, kan ulang tahunku masih lama banget, ini saja baru pertengahan bulan 3, ulang tahunku dibulan 4 tanggal nasionalnya, masih sekitar 1-2 bulanan." Seiring berkata, Pani menyipitkan mata memandang Sumi "Sumi, jangan-jangan kamu ingatnya ulang tahun wanita lain? Dan mengira itu adalah hari ulang tahunku?"

Sumi meliriknya, dirinya sebenarnya ingin memakai sumpit yang ada ditangannya memukul kepala istrinya dan dia hanya diam saja.

Pani hanya bercanda saja, tentunya dia berpikir seperti itu, dia mengambil jus yang ada disamping tangannya dan meminumnya "Sumi, kamu tidak perlu menyiapkan kejutan ataupun kado ulang tahunku, karna kamu dan anak kita sebenarnya adalah hadiah dan kejuan berbaik untukku, ada kalian disampingku, ku merasa adalah orang yang paling berbahagia."

Dada Sumi mengetar, dia mengangkat matanya memandang wajah putihi polosnya Pani.

Istrinya, benar-benar simple seperti itu, sedikit membuatnya merasa sedih.

"Paman Nulu, terima kasih sudah memberikanku sebuah keluarga." Tiba-tiba Pani berkata dengan memandangnya.

Sumi menggenggam erat sumpit yang ada ditangannya, dia hanya merasa tenggorokannya sangat tawar dan sakit "Kok aku bisa ya sampai menikahi si "bego" kayak kamu?!"

"Begonya" sampai membuat dirinya ingin memberikan semua yang terbaik yang ada di dunia ini untuknya, agar dia bisa menjadi orang yang paling bahagia di dunia ini.

Pani terdiam sejenak, alisnya sedikit mengerut dan dia memandang suaminya penuh dengan tatapan kebingungan.

Sumi memejamkan matanya dengan pelan, dia tidak bisa mengontrol getaran yang ada dihatinya, dia simpan sumpit, berdiri dan menghampiri Pani, lalu mengulurkan tangan untuk memegang wajahnya, sepasang mata yang penuh dengan kelembutan, yang hanya isinya Pani "Pani, aku berjanji akan membuatmu bahagia!"

Bulu mata Pani bergetar dengan ringan dan bibirnya pun mendekat, kehangatan yang ada dimulutnya melapisi seluruh bibir Pani.

Pani mengedipkan mata, dengan tak sadar dan dia mengeluarkan suara desahan yang nyaman.

……

Disaat yang sama.

Keluarga Wilman

Raungan lelaki dan tangisan dari seorang wanita dan anak kecil memenuhi semua ruangan yang ada di vila.

"Wanita yang berhati lembut! Berhati lembut!"

"Kalian mengerti apaan? Ha? Kalau aku tadi tidak melakukan apa-apa, maka yang akan bertindak adalah Sumi, Samoa dan Siera!"

"Mereka berperan sebagai orang apa di kota Tong, apa perlu aku menjelaskan lagi kepada kalian? Keluarga hukum yang ada di dunia hitam maupun putih!"

"Kalian melupakan kejadian dari keluarga Zhao ya? Apa kalian juga ingin mengalami kejadian yang sama dengan keluarga Zhao?"

"Bodoh! Aku kenapa bisa mempunyai anak sepertimu yang memiliki otak seperti babi!"

Sandy dengan keras memarah dan menunjuk Troy yang wajahnya bengkak sedang duduk disofa.

Wajah Troy cemberut, darah di sudut mulutnya belum mengering dan matanya merah dan menatap ayahnya, tatapan matanya penuh kebencian!

"Masih berani melototku? Oke, baik ! Biar aku membunuhmu hari ini, daripada masa depan keluarga Wilman hancur ditanganmu!" Sandy meraih asbak kaca yang ada dimeja dan melemparnya ke arah Troy.

"Cukup!"

Reta menanggis menghalang didepan Troy "Sandy, yang mempermalukan kita adalah si keji Pani, Troy tidak tahan mendengarnya dan ingin membantumu, kamu tidak melihat kebaktian dari anakmu, bahkan kamu memukulnya sampai separah ini, ayah seperti apa kamu ini?!"

Sandy memelototi Reta dengan tajam, dadanya naik turun dengan kuat, tetapi bagaimanapun juga dia tidak melemparkan asbak di tangannya lagi ke arah Troy, dia mendengus berat dan melemparkannya ke karpet.

Seiring asbak jatuh ke tanah dengan suara yang keras, Sandy akhirnya menghentikan amarahnya yang telah berlangsung selama beberapa jam. Dia terengah-engah dan duduk di sofa, menatap Reta mereka dengan mata bulatnya.

Tatapan mata itu, seakan-akan mereka bukanlah istri dan anak-anaknya, tapi musuh dalam 8 kehidupan!

Reta mengelus dadanya dengan pelan, dia tidak berani menangis lagi, namun sangat merasa sedih.

Terutama melihat wajah Troy yang dipukul begitu parah oleh suaminya, Reta menggigit bibir bawahnya dengan keras dan tidak bisa menghentikan air matanya yang mengalir ke bawah.

Suli menangis hingga wajahnya membengkak 2 kali lipat dari wajah aslinya dan sepasang matanya menjadi dua lepuh yang besar.

Begitu melihat Sandy duduk, dia mengenggam erat kedua tangannya dengan tubuh yang sedikit gemetar di samping Troy, menahan kuat tidak berani menangis lagi.

“Troy, ibu mengambilkan obat untukmu, ya?” Reta menatap Troy, jari-jarinya gemetar kuat dan tidak berani untuk membelai wajahnya, sambil berkata dengan terhenti-henti.

Matanya Troy yang memerah, menatap tajam ke arah Sandy "Tidak perlu, aku balik ke sekolah dulu!"

Setelah Troy selesai berbicara, dia berdiri tegak dan ingin pergi.

Reta meraih tangannya dan berkata "Troy, luka di wajahmu perlu diobati. Tunggu ibu sebentar, bisakah kamu pergi setelah mama selesai memberi obat ke wajahmu?"

"Aku bilang tidak perlu ya tidak perlu!"

Troy tiba-tiba melepaskan tangan Reta dengan kasar dan bergegas melari keluar ke pintu vila.

Reta terlempar beberapa langkah ke belakang, ketika dia akhirnya berdiri dengan stabil, Troy sudah hilang dari pandangan.

Reta memandangi pintu vila yang kosong, kesedihan yang begitu dalam tidak tertahankan oleh dirinya.

Dia mengulurkan tangannya untuk menyentuh dadanya, menatap Sandy dengan mata merah.

Sandy menyipitkan matanya dan mendengus keras "Biarkan dia pergi, aku sekarang merasa begitu marah begitu melihat dirinya. Jika dia tidak pergi, aku khawatir aku tidak bisa menahan untuk memukulnya lagi!"

"Sandy!"

Reta memandang Sandy dengan kecewa "Troy adalah anakmu, bukan musuhmu! Musuhmu yang sebenarnya adalah Pani, kamu tidak berani mencurahkan amarahmu pada Pani, lantas memarahkan saja pada putraku, begitu?"

"Troy adalah putra kita dan perilakunya hari ini di keluarga Nulu juga karena dia menyayangi kamu! Dia berlari keluar dengan keadaan situasi begini , sungguh tidak tahu apa yang akan terjadi padanya. Kamu sebagai ayahnya, bukannya mesti khawatir jika sesuatu akan terjadi padanya, tetapi kamu malah berkata seperti demikian. Kamu membuatku... "

"Sudah selesai ngomongnya?"

Sandy dengan tegas menyela Reta, menatapnya dengan Tajam.

Reta meremas tangannya dan menatap mata Sandy dengan ketakutan.

Suli berdiri dari sofa dan menempelkan badannya ke kaki Reta, tangan kecilnya memegang erat tangan mamanya, menatap Sandy dengan tatapan ketakutan.

Reta menunduk melihat ekspresi ketakutan dari putrinya, dia merasa tenggorokannya sungguh pahit dan air mata pun mengalir kembali.

Untuk pertama kali dalam hidupnya, dia meragukan Sandy.

Novel Terkait

Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu