Hanya Kamu Hidupku - Bab 516 Aku Tidak Waras, Saat Melihatmu Ketidak Warasanku Kambuh

Sandy dan Sumi keluar dari ruang baca.

Wajah Sandy terlihat bahagia dan penuh senyum, sementara Sumi berdiri dengan elegan, bibir tipis dan pucatnya melengkung, menatap Sandy, “Baguslah jika paman tidak melarang.”

“Ini adalah hal bahagia, bagaimana mungkin paman bisa melarang?” Sandi menepuk tangan, tertawa.

Hal bahagia?

Bibir Pani tertutup rapat, berkata, “Paman Nulu.”

Mendengar.

Sumi menaikkan alis, menatap Pani.

Saat melihat Pani, Sumi menaikkan sudut bibirnya, “Em.”

“Pani.” Sandy tertawa, dengan cepat berjalan kebawah.

Kelopak mata Pani bergerak, melihat Sandy.

Sandy berjalan turun, sampai didepan Pani, melihat dia dengan pandangan puas, berkata,”Anak bodoh, masalah kamu akan bertunangan dengan Sumi, kenapa tidak memberitahukan lebih awal kepada papa?”

Seperti yang diperkirakan!

Pani menyipitkan mata, menatap Sumi.

Sumi berjalan kebawah dengan perlahan, menatap dia dengan pandangan lembut seperti angin sepoi-sepoi.

Pani sedikit menarik nafas, menatap Sandy dan tidak mengatakan apapun.

“Apa? Pani dan Tuan Nulu ingin bertunangan?”

Terdengar suara terkejut berlebihan Reta dari ruang tamu.

“Haha.” Sandy tertawa, berkata kepada Reta yang datang dari ruang tamu, dan berjalan kemari, “Benar, Sumi tadi baru mengatakan kepadaku. Acara pertunangan akan di lakukan bulan depan tanggal 8.”

“Apa?” Reta berjalan mendekat, mengangkat alis menatap Pani.

Pani melirik Reta.

“Ini adalah hal paling menyenangkan yang papa dengar selama 1 tahun ini. Pani, setelah kamu dan Sumi bertunangan, tidak boleh lagi egois dan kekanak-kanakkan seperti dulu.” Sandy tersenyum dan berkata kepada Pani.

Egois dan kekanak-kanakkan?

Pani menyipit melihat Sandy, “Sandy, apakah kamu sangat bahagia saat menjadi orang terakhir yang tahu putrimu akan bertunangan?”

Pani berkata dingin, berhasil membuat senyum di wajah Sandy membeku, matanya terlihat canggung.

Reta masih tersenyum, melihat Sandy, lalu berkata kepada Pani, “Anak zaman sekarang, sangat memiliki ide. Tidak seperti dulu, semua hal harus meminta saran orang tua dulu. Aku dan ayahmu juga bukan orang yang kaku, jangankan menjadi orang terakhir yang tahu kamu akan bertunangan, bahkan jika kamu baru memberitahu kami setelah kamu dan Tuan Nulu menikah, kami juga akan merasa senang untukmu.”

“Benar, benar.” Sandy tersenyum lembut.

Pani mengernyit.

Sumi saat ini juga sudah berjalan ke samping Pani.

Pani menatap dia, matanya yang jernih terlihat sedikit tidak nyaman.

Sumi tertawa, pandangan matanya melihat gambar di tangan dia, “Apa ini?”

Pani hanya memutar bola matanya, tidak ingin mempedulikan.

“Ini adalah gambar yang dibuat khusus oleh Suli untuk Pani. Suli kami, dari kecil sangat menyukai kakak Pani. Satu hari tidak melihat kakak, maka akan terus mengungkit di telingaku.” Reta berjalan ke sisi Suli, memegang tangan Suli dengan lembut, berkata, “Suli, kamu katakan, dirumah ini benarkah jika kamu paling menyukai kakak?”

Suli menatap Reta, lalu memiringkan kepala melihat Pani, beberapa detik kemudian, berkata dengan suara kecil, “Em, aku menyukai kakak.”

Pani menatap Suli, saat matanya mengedip, pandangannya langsung berubah menjadi dingin.

Bahu Suli bergetar, tubuh kecilnya tanpa sadar bersandar ke kaki Reta, melihat Pani dengan takut.

Pani mengernyit, sudut matanya melihat Sandy dan Reta, mengeluarkan suara ejekan dari hidungnya, lalu memberikan kembali gambar di tangannya kepada Suli, berbalik dan berjalan ke arah pintu.

“Kakak….” Suli lalu menangis, menatap Pani dengan berlinangan air mata.

Reta dengan sedih memegang erat tangan Suli, mengencangkan bibirnya dan menatap Pani, apa-apaan!

Sandy tertegun, dengan canggung melihat Sumi.

Sumi menyipitkan mata, tersenyum dan berkata Suli yang menangis begitu sedih, “Sepertinya karakter kakak tidak begitu bagus, apakah Suli akan membenci kakak?”

Suli menyeringai sambil terisak, memandang Sumi dengan mata yang penuh dengan air mata, “Suka, suka kakak.”

Sumi tertawa, mengulurkan tangan memegang kepala Suli, mengangguk ringan ke Sandy, lalu berjalan keluar mengejar Pani.

……

Sumi mengejar keluar dari villa, Pani sudah berjalan jauh diluar.

“Pani.” Sumi berjalan dengan langkah lebar, menahan tangan Pani.

Pani berbalik menatap dia, ekspresi wajahnya sangat galak.

Sumi menatap dia, mengulurkan tangan memegang wajah dia, tersenyum tidak berdaya, “Apakah baik jika begitu temperamental pada usia muda?”

“Tidak perlu kamu pedulikan!” Pani menggertakkan gigi.

“Jika aku yang sebagai tunanganmu tidak ada hak untuk peduli, maka siapa yang berhak?”

Sumi menggenggam tangan Pani, menariknya kedalam pelukan, menundukkan kepala dan bergumam dengan lembut.

“Kamu jangan mengungkit tunangan kepadaku! Apakah aku mengakui dengan acara pertunanganmu itu? Apakah aku mengatakan akan berpartisipasi?” Pani seperti seekor macan yang diganggu, berkata dengan emosi.

Sumi juga tidak merasa terganggu, matanya tenang dan memanjakan, “Bagaimana denganku jika kamu tidak berpartisipasi?”

“Apa urusannya denganku?” Pani berkata.

Sumi mengatupkan bibir, menatap Pani beberapa detik, tiba-tiba mencubit pipinya.

“Aaa….”

Pani kesakitan sampai mengernyit, saat itu emosinya langsung meledak, mendorong Sumi, menatap dia dengan mata berapi-api, “Apakah kamu tidak waras! Masih mencubit dengan kuat?!”

Sumi menyipit, memasukkan tangan kedalam kantong, berkata perlahan, “Aku tidak waras, saat melihatmu ketidak warasanku kambuh!”

Pani, “…..” orang gila!

“Aku beritahu kamu Pani, dengan karaktermu yang seperti ini, bertemu dengan aku Sumi yang memiliki karakter baik, jika berganti dengan orang lain, sudah akan mencubitmu dari awal!” Sumi berkata.

“Karaktermu baik?” Pani tersenyum dingin menatap dia, “Apakah kamu ingin membuat aku mati tertawa?”

“Mati tertawa? Kamu pergi cari tahu, siapa orang yang berkarakter lebih baik dari aku Sumi di kota Tong ini?” Sumi menatap dia sambil berkata.

“Itu karena mereka sudah dibutakan olehmu! Kamu adalah orang munafik, bermuka dua!” Pani berkata.

Sumi melihat Pani, dengan perlahan, tersenyum, tersenyum sambil berkata, “Kamu sudah tahu tapi masih berani memancingku?”

Pani, “…….”

“Ayo pergi.” Sumi mengeluarkan tangan, mengulurkan kepadanya.

Pani memutar bola matanya dengan dongkol.

Sumi tersenyum dan meraih satu tangan dia, berjalan ke arah mobil.

“Kapan kamu datang?” Pani menoleh melihat ke villa, dia belum memberitahu Yumari.

“Setengah jam yang lalu.” Sumi menatap Pani, “Jangan khawatir, saat aku datang, nenekmu sudah melihatku.”

Pani mendongak melihat dia, “Kenapa jika melihatmu?”

Sumi menarik dia ke sampingnya, sedikit membungkuk, bibir tipisnya berbisik di telinga dia, tersenyum berkata, “Dirumah tidak melihat kamu, maka akan tahu kamu sudah diculik olehku.”

“…….” Dahi Pani terasa sedikit panas, melirik dia, “Apakah kamu pedagang manusia, masih menculikku?”

“Huh.”

……

Masalah pertunangan berkembang sampai sekarang, tidak peduli itu keluarga Wilman atau Keluarga Nulu, tidak peduli Pani atau Sumi, semua sudah mengakui.

Pertunangan sudah di konfirmasi, maka selanjutnya mempersiapkan perjamuan pertunangan.

Sekarang Firma Law Club sudah diurus oleh Sumi, Samoa dan Siera seperti sudah pensiun, sehingga untuk berbagai urusan pertunangan, Siera dan Samoa yang bertanggung jawab.

Samoa dan Siera memikirkan umur Pani yang masih kecil, tidak ada pengalaman untuk hal ini, dan juga tidak ingin dia khawatir, maka dengan baik hati tidak membiarkan Pani berpartisipasi dalam hal sepele ini.

Setiap liburan musim panas, Pani selalu mencari beberapa pekerjaan paruh waktu.

Liburan musim panas tahun ini, Pani demi menunggu hasil ujian universitas, masalah mencari pekerjaan paruh waktu, juga sudah ditunda.

Beberapa hari sebelum hasil ujian universitas keluar, Pani mulai tidak tenang, jantungnya selalu dalam kondisi berdetak kencang.

Sumi melihat, hatinya sedikit terangkat.

Kira-kira karena khawatir Pani akan menjadi seperti sebelum ujian universitas.

Untung saja, sampai hasil ujian universitas keluar, Pani hanya menunjukkan sedikit kegelisahan, tidak menunjukkan masalah yang begitu besar.

Hasil ujian universitas Pani adalah 657, dianggap sebagai kriteria yang normal dan tidak berbahaya, jalur berat sudah dilewati.

Melihat hasil, Pani berulang kali memastikan, akhirnya merasa lega, merasa nyaman.

Sumi menggendong orang yang sedang duduk di kursi depan komputer, dan membawa ke sofa, menatap wanita kecil dalam pelukannya dengan geli, matanya terlihat cerah, “Apakah sudah tenang?”

Pani mengangkat bibirnya tersenyum bodoh.

Sumi menunduk mencium hidungnya, “Apakah kamu puas?”

“Em em.” Pani mengedipkan mata, mengangguk kuat.

Sumi mengangkat dagunya, bibir lembutnya turun dari ujung hidung dia, menekan bibir merah muda dia, menatap dia, “Pani ku benar-benar hebat.”

Pani dengan senang mengulurkan tangan memeluk leher dia, ujung hidungnya menyentuh wajah dia, “Apakah kamu merasa sudah menemukan sebuah barang berharga?”

“Hehe.”

Sumi tertawa ringan, “Em, benar-benar menemukan sebuah emas.”

“Memang begitu.” Pani membalas ciumannya, bergumam di antara bibirnya, “Lihat aku, tidak hanya muda cantik tetapi juga pintar, dimana kamu bisa menemukan orang yang begitu sempurna seperti aku?”

Sumi tertawa sampai bahunya bergetar, menggigit ringan bibir bawahnya, “Em, Paniku adalah dewi, bagaimana mungkin seorang dewi tidak sempurna?”

“Puh….hahahah…..”

Pani memeluk erat leher Sumi, dibuat tidak bisa berhenti tertawa dengan kata-kata “Paniku adalah dewi”.

Sumi memeluk dia, tersenyum menatap dia, bertanya dengan sengaja, “Kenapa? Apa yang aku katakan sampai kamu tertawa seperti ini?”

“Hahahaha…..”

Sumi dengan satu tangan menyentuh wajah dia, “Shuu….”

“Apanya, hahahha… apa kamu kira aku adalah kuda.” Pani bersandar di lengannya, tersenyum liar.

Sumi dengan puas memeluk dia, menunduk dan mencium pipi dia yang memerah karena tersenyum.

Setelah tertawa sebentar, Pani mengangkat matanya yang bercahaya menatap dia, tertawa berkata kepadanya, “Katakan sekali lagi.”

“Apa?”

“Katakan aku adalah dewi.” Pani berkata dengan serius.

Sumi, “…..”

“Haha….”

Melihat wajah Sumi yang langsung tidak bisa berkata-kata, Pani tidak tahan tertawa terbahak-bahak.

Sumi menatap dia dengan tidak berdaya, dia tahu yang ditertawakan bukan karena mengatakan dia dewi, tetapi kegembiraan yang akhirnya didapat setelah usaha dan ketekunan yang panjang.

Ujian universitas sangat penting untuk banyak orang, dan untuk Pani, tingkat pentingnya ini, lebih tinggi.

Novel Terkait

Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu