Hanya Kamu Hidupku - Bab 51 Bagaimana Jika Aku Menikahinya

Pani terdiam dan melihat ke belakang.

Ketika melihat Ellen yang berdiri tidak jauh di belakangnya, wajah Pani menjadi sedikit menegang.

Ellen berjalan kesana, tanpa melihat orang-orang yang ada di kamar mandi. Mata gelapnya hanya menatap Pani seorang, berkata dengan lembut, "Aku mencarimu di mana-mana."

"... Aku ada panggilan alam, jadi..." Pani menatap ekspresi Ellen yang tenang, tidak yakin apakah dia telah mendengar apa yang dikatakan wanita-wanita tadi.

"apakah sudah selesai?" Ellen masih menatapnya.

"... Ehn.” Pani mengangguk.

Ellen mengulurkan tangan dan meraih tangannya, kemudian membawanya ke satu sisi koridor.

Saat ini beberapa wanita di kamar mandi benar-benar panik!

Tidak menyangka ternyata Pani mengenal Ellen, dan sepertinya hubungan di antara mereka berdua tampak sangat baik

Beberapa wanita itu saling melihat satu sama lain, dan di wajah mereka masing-masing terlihat kekhawatiran dan ketakutan.

...

Ellen langsung membawa Pani ke lobi di lantai dua hotel.

Begitu dia memasuki lobi, Ellen melepaskan tangan Pani dan berkata kepadanya, "pergilah, selamatkan dirimu."

Pani, "..."

Pani yang telah menyelesaikan "panggilan alam" keluar dari kamar kecil, memandang Ellen yang duduk di ambang jendela lobi, berdiri di pintu lobi dan menghela napas ringan, lalu baru berjalan ke arahnya, tersenyum dan berkata, “panjang umur, selamat ulang tahun, apakah ada angpao?"

***(angpao = uang dalam amplop)***

Sebuah telapak tangan putih terulur ke depan Ellen.

Ellen melihat tangan itu, beberapa saat kemudian, ia mengulurkan tangannya dan menepuknya. "Mana ada minta bilang selamat panjang umur minta angpao?"

Pani mengerutkan bibirnya, dan duduk di sebelahnya dan melihatnya dari atas ke bawah dengan beraturan. ckck berkata, "Ellen Ellen, kamu bisa tumbuh begitu besar makan apa?

Ketika menyadari Pani yang sedang memandangi dadanya, wajah Ellen memanas, dan memutar mata putihnya kepada dia, "Pani, otakmu kamu sangat kotor, hati-hati jangan sampai tidak dinikahi nantinya."

"ck jika tidak dinikahi ya tidak dinikahi, jika yang terburuk datang, aku yang akan masuk kamar duluan." Pani berkata dengan tidak jelas.

"Ha ha. Aku berharap mimpimu menjadi kenyataan," kata Ellen sambil tertawa.

Pani memiringkan kepalanya. "Hari ini adalah pesta ulang tahunmu, apakah tidak masalah jika kita berada di atas terus? kamu ingin turun?"

Ellen menggelengkan kepalanya. "tunggu sebentar lagi."

"Baiklah."

"Apakah kamu lapar? Jika lapar, aku akan suruh orang untuk mengatar makanan ke atas?" Kata Ellen.

"Bisakah?" Pani merasakan perutnya yang rata berkedip pada Ellen.

"Tidak bisa. Turun dan ambil sendiri." Ellen memandangnya sekilas, turun dari ambang jendela, berjalan ke arah telepon kamar, mengambil telepon, dan memutar nomor, "tolong kirimkan makanan, Terima kasih."

Kemudian Ellen menutup telepon dan kembali ke ambang jendela untuk duduk.

"Ellen, mari kita habiskan seluruh hidup kita bersama. Aku akan menikahimu." Pani meraih tangan Ellen dan meletakkannya di hatinya dan berkata.

Ellen mau tidak mau, mengarahkan lengannya kedepan matanya, “kamu lihat sendiri aku merinding karenamu."

"Ha ha." Pani dengan kesal melepaskan tangan Ellen.

Ellen menggelengkan kepalanya dan tidak mengatakan apa-apa, ketika hendak mengatakan sesuatu, ponselnya yang di kamar berdering pada waktu yang tepat.

Ellen menghela napas, bangkit dan berjalan ke sofa, membungkuk untuk mengambil ponsel yang ada di atas meja kopi, memandang layar ponsel, mata Ellen sedikit menyipit, dan meletaknnya ke telinga untuk menjawab.

Pani yang duduk di ambang jendela menatapnya dengan rasa penasaran.

Tidak tahu apa yang dikatakan oleh orang seberang, Ellen berkata, "Aku akan turun sekarang, kamu bisa menungguku di sana, aku akan menemuimu."

Selesai berkata, Ellen kemudian menutup telepon, dan memutar kepalanya kearah Pani dan berkata, “tunggu aku disini atau turun bersamaku?"

"... Siapa?” Pani bangkit dari ambang jendela dan memandang Ellen dengan ragu.

Ellen terdiam sesaat dan berkata, "Bintang."

Pani, "..."

Jantungnya tiba-tiba berdetak dengan cepat, Mata yang menatap Ellen menjadi rumit seketika.

Ellen melihat ekspresi Pani yang menegang saat ini, dan matanya seperti terlintas sesuatu. Dan dia berkata, "tunggu aku diatas saja, aku ..."

"Aku akan turun bersamamu." Pani berkata sebelum Ellen selesai berbicara, nada suaranya sedikit tegang.

Bulu mata panjang Ellen berkedip dan kedua matanya mentap Pani dengan dalam.

Untuk waktu yang lama, Ellen baru menganggukkan kepalanya dengan ringan, "Oke."

Kemudian mereka turun bersama-sama dan pergi ke ruang perjamuan.

...

Ruang perjamuan.

Ethan dan William, berdiri bersama. Sesekali, ada orang-orang dari kalangan bisnis yang datang untuk menyapa.

Sebenarnya tidak ada tujuan apa-apa, hanya ingin menunjukkan wajah di depan Ethan dan William dan saling mengenal. Siapa tahu dengan begitu, akan ada peluang untuk kerja sama di masa depan.

Ethan dan Willian tidak banyak bicara. Meskipun mereka tidak menunjukkan ketidaksabaran kepada orang yang berinisiatif menyapa mereka, namun ekspresi wajah mereka jelas, selalu memberikan respon ringan kepada orang yang menyapa, masih membuat orang merasa bahwa mereka berada ribuan mil jauhnya!

Sementara tidak ada yang muncul untuk saat ini, Ethan mengerutkan dahinya. "aku rasa Sumi sudah jatuh didalam toilet!"

Mata dingin Willian terangkat, melirik ke arah toilet. Dengan sangat kebetulan, dia melihat Sumi keluar dari koridor yang menuju ke kamar kecil, “sudah datang.”

Ethan melihat Sumi sekilas, dan saat Sumi berjalan kearah mereka berdua, Ethan berkata "Aku pikir kamu terjatuh di toilet."

Sumi membuka suara, "jangan kira apa yang mungkin terjadi padamu, terjadi pada orang lain."

Ethan memonyongkan mulutnya.

Sumi menyipitkan matanya dan tersenyum sedikit, “tapi aku mendengar pertunjukan yang bagus.”

Mendengarkan?

William dan Ethan melihat ke arah Sumi.

Sumi terdiam, dan tiba-tiba berkata kepada William dan Ethan, "apa pendapatmu tentang putri Sandy Wilman?"

"Putrinya siapa?" Ethan mengerutkan dahinya, dengan ekspresi bingung.

Melihat itu, Sumi tersenyum.

Anak ini, Sandy Wilman saja tidak kenal!

“Anak perempuan yang mana?” Wiliam terus berpikir, dan berkata sambil menatap Sumi.

“.... Sandy memiliki dua anak perempuan dan satu anak laki-laki. Anak perempuannya yang kecil masih belum berumur 5 tahun!” Sumi kesal, dan bergumam.

Apakah dia akan menanyakan tentang anak orang yang berumur lima tahun?

Bukankah itu keterlaluan!

Mata Wiliam muncul sedikit senyuman, “yang kamu maksud itu Pani Wilman?”

Sumi mengerutkan alisnya, menunjukkan itu benar.

William dengan tenang bertanya kepadanya, “kamu menyukainya?”

“..... bagaimana jika aku menikahinya?” Kata Sumi

William dan Ethan yang tidak bisa bicara, “....”

“..... kamu serius?” Beberapa saat kemudian, Wiliam mengerutkan alisnya, menatap Sumi dan bertanya

Sumi tersenyum, dan tidak menjawab.

William dan Ethan menatap wajah Sumi, di waktu yang bersamaan mereka juga tidak dapat membedakan apakah dia serius atau hanya bercanda.

“Dimana Ellen?” Ethan sudah melihat seluruh ruang perjamuan, dan tidak menemukan Ellen, dia bertanya kepada Wiliam dengan curiga.

“Bukankah disana?” Sumi menaikkan alisnya, menatap Ellen yang turun dari lantai dua dan juga orang yang sedang mengandeng lengannya..... Pani.

Wiliam mengikuti arah pandangan Sumi, ketika tatapannya jatuh ke Ellen, dia tersenyum tipis.

“Siapa gadis yang bersama dengan Ellen?”

Ethan bertanya.

Dia hanya bertanya, didalam nada suaranya juga tidak terdapat maksud lainnya.

Benar-benar hanya sedikit penasaran

Lagian selama bertahun-tahun, ini adalah pertama kalinya ia melihat Ellen memiliki teman.

"Pani!" William menatap Sumi, yang pandangannya tertuju pada Pani, dan berkata dengan ringan.

Ethan, "..."

...

Melihat Ellen turun, William ingin berjalan ke arahnya.

Langkah kaki yang ia angkat masih belum terjatuh kelantai, dia sudah melihat sosok putih yang muncul di depan Ellen.

"Putra keluarga Hamid." Sumi menyipitkan mata dengan lembut.

Wajah tampan William, yang dengan sedikit senyum di atasnya, tiba-tiba menjadi gelap. Alisnya yang panjang menegang. Mata dinginnya menatap Ellen dan Bintang.

Ini pertama kali Ethan melihat Bintang, dan sebelumnya tidak ada yang menyebutkan bahwa ada sosok seperti itu di samping Ellen, jadi terdapat sedikit kebingungan di matanya.

Tetapi melihat wajah dingin William, dia tahu bahwa ini bukan saat yang tepat untuk bertanya, jadi hanya melihatnya dengan tenang dan tidak membuka mulut.

...

"Ellen."

Bintang berdiri di depan Ellen, dan sepasang mata berbintang menatap wajah Ellen, dan dia tidak bergerak sama sekali.

Malam ini, Ellen benar-benar membuat orang terpukau, sangat cantik seperti bidadari, sehingga membuat jantungnya berdetak kencang dan tidak terkendali.

Dan Bintang juga mengganti pakaian yang biasanya seragam, mengenakan jas putih yang membalut tubuhnya yang muda, tampak kuat dan sempurna.

Di bawah jas itu ada kemeja putih, tanpa dasi formal, hanya dasi kupu-kupu berwarna hitam.

Rambut pendeknya juga dirawat dengan cermat, membuat wajahnya yang tampan, menjadi semakin tampan.

Setelah Pani selesai memperhatikan Bintang secara diam-diam, dia mendapatkan sebuah kesimpulan.

Seorang wanita yang bisa menolak seorang pria yang terlahir sempurna, mempunyai penampilan luar biasa, dan mempunyai tubuh tinggi dan besar seperti Bintang ini, jika bukan karena otaknya bermasalah, maka berarti dia sudah memiliki seorang pria yang ia sukai!

Wanita pada umumnya jika dikejar oleh pria luar biasa seperti itu, pasti sudah menerimanya, buat apa masih menolaknya!

Baiklah.

Sebenarnya dia juga penggemar kecil Bintang.

Kalau tidak, dia dan Ellen tidak akan diam-diam menontonnya bermain basket di sekolah!

Jika yang Bintang kejar adalah dia……

Memikirkan ini, Pani tiba-tiba tertawa.

Bintang dan Ellen, "..."

Ellen mencubit telapak tangan Pani, apa yang membuat anak ini tiba-tiba gila? tertawa sendiri seperti orang bodoh.

Saat telapak tangannya terasa sakit, Pani terkejut dan pikirannya baru tersadar, dan menatap Ellen dengan bingung.

Ellen menarik sudut mulutnya, "apa yang kamu tertawakan?"

“... Apakah aku tertawa?” Wajah Pani memerah, menatap Bintang secara diam-diam, dan menelan ludahnya dengan canggung.

Dia tidak akan pernah mengakui, jika dia sedang memikirkan Bintang!

Pani bagaimana dengan wajahmu? kamu pasti tidak menginginkannya lagi!

Ellen mengelus dagunya dan menggaruk kepalanya dan tersenyum.

Ellen tidak bisa menahan untuk memutar matanya, Kemudian dia memandang Bintang dan berkata, "terima kasih sudah datang hari ini."

Mendengar suara Ellen, Bintang segera mengalihkan pandangannya dari wajah Pani, dan memandang Ellen dan tersenyum, "bisa datang ke pesta ulang tahunmu adalah sebuah kehormatan bagiku."

Berhenti cukup lama, kemudian Bintang melakukan sedikit atraksi, ditangannya terdapat sebuah kotak bundar berbentuk hati, dan diberikan kepada Ellen, "hadiah ulang tahun."

"..." Ellen sedikit sungkan. "Tidak, tidak perlu."

"Ellen, hari ini adalah hari ulang tahunmu. Aku datang untuk menghadiri pesta ulang tahunmu, dan aku sudah seharusnya menyiapkan hadiah." Bintang berkata sambil tersenyum, "kamu tidak menolak hadiah orang lain, jadi juga harus menerima hadiahku bukan? "

Ellen menarik napas sedikit, "Oke."

Ellen berkata begitu, dan mengulurkan tangannya, baru saja akan mengambil hadiah Bintang, pergelangan tangannya tiba-tiba ditahan dengan kuat.

Novel Terkait

My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu