Hanya Kamu Hidupku - Bab 205 Orang Kesayanganmu

Seluruh badannya terlihat, sangat hancur dan suram, sebelumnya orang yang sangat berwibawa, berkelakuan dingin, dan membuat orang menjadi takut, imej Presdir Perusahaan Dilsen, telah tiada.

Tiba-tiba dia digenggam oleh Sumi, William mengerutkan kening, menatapnya, matanya gelap, tidak ada cahaya sama sekali di dalamnya, Dan aura sekitarnya yang mati, seperti seorang yang tinggal memiliki setengah nafas.

Sumi mengerutkan alisnya dan menatapnya, perlahan pelan berkata, "William, saatnya bangun."

"Jika kamu ada urusan, biar aku yang pergi sendiri."

William melepaskan tangan Sumi, mengambil jas hitam di satu sisi, mengenakannya, berjalan ke meja samping tempat tidur di sebelah tempat tidur, membukanya, mengeluarkan pistol hitam di dalamnya, dengan lembut mengangkat bagian belakang jas, dan menyematkan pistol di belakang ikat pinggang.

Melihat ini, Sumi mengangkat alisnya lebih dalam, melangkah ke depan, kembali meraih lengan William, menyeretnya untuk menatapnya, dan berkata, "Sudah lebih dari sebulan, kamu mau sampai kapan terus menjadi gila seperti ini?!"

William tidak mengatakan apa-apa kali ini, melepaskan tangan Sumi, memejamkan matanya sejenak, dalam pandangannya sekilas terlihat cahaya yang gelap dan berjalan menuju pintu.

"William!"

Sumi mengepalkan tangannya dan menatap punggungnya dan berkata, "Ellen sudah mati, berapa lama lagi kamu akan membohongi dirimu ? Apakah kamu ingin Ellen mati dengan tidak tenang, Hah?"

Sebelum Sumi selesai berbicara, wajah sebelah kirinya menerima pukulan.

Pukulan ini, ketika ia melihat William yang membalikkan badannya, dan berjalan ke arah dia, dia bisa saja menghindarinya .

Tetapi dia tidak melakukannya, dia menerima langsung pukulan itu.

Dia tahu.

Lubuk hati William juga mengetahui hal ini .

Wanita paling penting dalam hidupnya tidak akan bisa kembali lagi .

Tapi dia tidak bisa menerimanya, dia melarikan diri! Kali ini, ia harus sabar!

"Aku katakan sekali lagi, Ellen belum mati! Jika aku mendengar perkataan ini lagi, Kita bukanlah saudara!"

William menyelesaikan kata-katanya dengan keras dan berbalik untuk keluar .

"Apakah kamu tega meninggalkan Ellen sendirian di tempat dingin itu ? Dia takut sendirian, Apakah kamu tidak tahu ? Apakah kamu tidak mendengar, Ellen yang sedang menangis, yang sedang menunggu mu untuk menjemputnya pulang ke rumah! "

Sumi bangkit dari lantai, mengangkat tangannya dan menyeka darah di sudut mulutnya dengan keras, menatap punggung belakang William dengan mata yang merah, Setiap kata diucapkan dengan suara yang serak.

William mengepalkan tinjunya dan ia terus berdiri tegak, seperti busur dan anak panah yang sedang diluruskan.

Sumi menahan kesedihan di hatinya, menatap punggung William, "William, ayo cepat bangun. Mereka yang menculik Ellen dan membunuh Ellen masih menunggu untuk dibereskan. Kamu harus membalaskan dendam Ellen!"

"... Tidak. Ellen belum mati," William berbalik untuk menatap Sumi.

Mata Sumi basah, namun dia berjalan cepat ke arah William, memeluknya dan berkata, "William, Ellen menunggumu untuk menjemputnya."

Telapak tangan yang agak dingin.

Jari-jari panjang William sedikit bergetar, lalu perlahan-lahan mengencangkan kelima jarinya.

Sumi melepaskannya dan meninggalkan ruangan.

Setengah jam setelah Sumi meninggalkan ruangan, William masih berdiri kaku di tempat Sumi meninggalkannya pergi .

Dinginnya telapak tangannya telah dihangatkan oleh suhu telapak tangannya.

William terus menerus menggunakan ujung jarinya mengusap kristal cahaya di tangannya.

Setiap kali.

Jantungnya seakan akan dipotong dengan pisau yang tajam, Hatinya terasa sakit seribu kali lipat rasanya .

William perlahan mengangkat telapak tangannya yang tergenggam, matanya yang memerah, dan dia sedikit demi sedikit membuka telapak tangannya.

Sebuah batu air mata kristal berwarna putih susu yang terhubung dengan kalung perak muncul di pandangannya.

Ketika mata merah William terlihat pada batu kristal kecil ini, air mata tiba-tiba jatuh dari mata kanannya dan jatuh pada batu kristal di telapak tangannya.

Ini adalah hadiah ulang tahun yang ia berikan ketika Ellen merayakan ulang tahunnya yang ke delapan belas tahun.

Dan sejak diberikan olehnya, Dia terus memakainya, tidak pernah dilepaskannya.

William menatap batu kristal itu, pandangannya berangsur-angsur kabur, dan akhirnya dia hampir tidak bisa melihat dengan jelas seperti apa bentuk batu kristal itu.

Wajahnya yang keras bergetar, cairan yang hangat itu, setetes demi setetes terjatuh dari kedua matanya.

Tenggorokannya terus menahan nafas, menekan rasa sakit menghancurkan di hatinya yang bergejolak .

William bahkan tidak membuat suara sedih.

Kesedihan diam seperti inilah yang paling menyakitkan.

Sumi, yang telah meninggalkan ruangan tidak pergi jauh, dia hanya berdiri di lorong sisi pintu.

Dia berdiri menempel di dinding, menatap ke arah pintu William, matanya merah dan dalam waktu yang cukup lama tidak menghilang .

Ellen adalah nafas dari William.

Ellen yang meninggal, meninggalkan William yang masih hidup, hanya sebagai seorang zombie yang berjalan.

Sekarang, selain perlu membiarkannya kembali ke kenyataan,menerima kepergian Ellen, ia juga membutuhkan alasan untuk hidup dalam hidup yang sudah tidak ada Ellen di dalamnya.

Dan alasan ini, adalah menemukan gerombolan yang menculik Ellen.

Sejak Sumi menyerahkan batu kristal itu kepada William, William mengunci diri di dalam kamar tanpa meninggalkan rumah selama satu minggu.

Selama dalam satu minggu ini, Dia hanya melewatinya dengan berada di dalam tangki anggur.

Ketika Sumi dan yang lainnya tidak bisa melihatnya menyiksa dirinya sendiri, dan berniat untuk memaksanya keluar dari ruangan.

William keluar dari kamar.

Dan.

William yang keluar tidak lagi berantakan seperti satu minggu yang lalu.

Dia telah memotong rambutnya, mencukur kumisnya, dan telah mengenakan pakaian yang bersih.

Kemeja hitam, jas berwarna hitam, dan celana panjang hitam.

Sumi dan yang lainnya berdiri dan menatapnya di lantai bawah, sekejap terpancar ketidakpercayaan, namun selain ketidakpercayaan ini, penuh dengan rasa malu .

Dan ketika William berkata ayo pergi untuk menjemput Ellen pulang, Samir mengunci bibirnya erat erat, Namun air matanya menetes dari sudut matanya, dan tidak bisa berhenti.

William mengatakan akan menjemput Ellen pulang dengan sangat tenang .

Bahkan ketika dia melihat mayat wanita hangus di kamar mayat polisi, dia tetap bersikap dengan tenang.

Meskipun tubuhnya hangus, namun masih dalam bentuk manusia, hanya saja tidak bisa disentuh.

Jadi, setelah mengambil mayat dari kamar mayat, ia langsung pergi ke krematorium untuk melakukan kremasi terakhir.

Pada umumnya, kremasi memerlukan prosedur yang rumit, tetapi karena status William dan yang lain yang istimewa. Ketika mereka tiba di krematorium, penanggung jawab tempat itu segera mengantarkannya .

Ketika semua orang sudah tiba di ruang kremasi, menyaksikan mayat yang hangus memasuki tungku, William akhirnya lepas kontrol. Dia gemetar dengan keras, Samir pun dapat mendengar suara otot-ototnya yang tegang dan mengejang.

Orang-orang yang takut, dengan segera meraih William, karena takut dia akan melakukan sesuatu yang tidak terduga pada saat seperti ini.

Otot-otot di tubuh William begitu tegang sehingga dia merasa seperti bongkahan batu tertanam di tubuhnya.

Dengan tubuh bagian atas yang condong ke depan, matanya berwarna merah darah, menatap staf yang bertanggung jawab atas kremasi, perlahan-lahan mendorong "Ellen" ke dalam api.

Saat "Ellen" benar-benar didorong ke dalam tungku, jeritan depresi menusuk hati keluar dari tenggorokan William, menatap tungku api, matanya seakan- akan ditusuk dengan sangat keras dengan pisau, sehingga berwarna merah darah.

William tiba-tiba melepaskan genggaman Samir dan yang lainnya, dan tangannya mencapai tandu perak yang mendorong mayat ke tungku di depannya.

William menggertakkan gigi dan menatap api tungku, dia hanya merasa bahwa setiap tulang di tubuhnya terbakar, seolah-olah yang dibakar oleh api itu bukan "Ellen", tetapi dia!

Ellen, tunggu Paman ...

Keteguhan dan kebengisan yang terpancar pada mata William membuat alis Sumi melonjak .

...

Waktu empat tahun berlalu, yang berlalu seakan hanya mengedipkan mata.

Di kota Rong, musim dingin dan musim panas berlangsung singkat, sebagian besar berada di antara musim gugur dan musim semi yang tidak dingin dan panas.

Jadi tepat setelah tahun baru, temperatur udara di kota Rong sudah mulai menghangat.

Dia mengenakan sweater panjang berwarna putih krem dan legging hitam, wanita ramping itu berdiri di dekat ambang jendela dengan rambut lurus dan diikat dalam buntalan, sambil memegang secangkir teh susu panas di tangannya dan diam-diam melihat pohon locust tua di luar jendela.

Pada saat itu tiba tiba terdengar suara kencang dari luar.

"Nes, jangan melamun saja . Direktur mencarimu."

"Baik."

Agnes Nie yang berdiri di depan jendela ketika mendengar bahwa direktur sedang mencarinya, dengan buru-buru menyeruput teh susunya, berbalik dan meletakkan gelas di atas meja teh, dan kemudian bergegas berjalan ke kantor direktur.

Ketika sampai di pintu kantor, Agnes mengambil nafas, menatap pakaiannya, dan ketika tidak menemukan hal yang perlu diperbaiki, dia mengangkat tangannya dan mengetuk pintu kantor.

"Masuk."

Agnes Nie membuka pintu dan berjalan masuk. Melihat direkturnya yang duduk di kursi putar dengan punggung membelakanginya, dia menggigit bibirnya yang kemerahan sejenak. Dia dengan lembut menutup pintu kantor dan berjalan ke arah meja. Dengan mata yang hitam dan indah menatap punggung direkturnya, "Direktur, apakah kamu mencari saya?"

Begitu kata-kata Agnes berakhir, direktur membalikkan kursinya menatap Agnes.

Bibir Agnes tanpa sadar gemetar sedikit, berdiri dengan hormat.

"Sudah berapa lama kamu bergabung di perusahaan?"

Direktur mendorong bingkai kacamata perak yang berada di pangkal hidungnya, melipat tangannya dan menatap Agnes.

"Hampir tiga tahun," kata Agnes.

Direktur mengangguk, "Selama kamu bekerja, kamu bertanggung jawab atas bagian kuliner di majalah. Apakah mempunyai keinginan untuk melakukan hal yang lain?"

Yang lain?

Agnes terpana dan menatapnya, "Melakukan apa?"

"Beberapa waktu lalu Sonya berbicara bahwa dia mengenal seorang anak konglomerat dan baru-baru ini anak konglomerat ini melamarnya," kata direktur.

"Aku juga sudah mendengar perihal mengenai Kakak Sonya."

Hanya saja, Apa hubungannya dengannya?

“Apakah kamu tahu bahwa setelah Sonya menikah, dia akan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai pemimpin redaksi ?” Kata direktur.

"... Saya tidak tahu tentang ini. Seharusnya Bapak lebih banyak mendapatkan informasi," kata Agnes.

Direktur menunjuk ke Agnes, seolah-olah dia mengatakan bahwa Agnes cerdas, dan tidak membencinya, dan berkata, "Nes, lakukan yang terbaik, saya optimis terhadapmu."

Agnes, "..."

"Mulai besok, pekerjaan Sonya saya percayakan kepada kamu," kata direktur.

“Aku?” Agnes terkejut.

Direktur mengangkat alis, "Kenapa? Tidak bisa menerima ?"

"Tidak, sama sekali tidak. Saya pasti akan melakukan yang terbaik, memenuhi harapan Bapak !"

Bercanda kan !peluang promosi langsung seperti ini, Dia tidak akan mungkin berbicara bahwa dia tidak bisa melakukannya kan?

Dia tidak bodoh!

...

Ketika Agnes keluar dari kantor direktur, Dia masih merasa dirinya sedang melayang.

Ketika dia berjalan kembali ke kantornya, dia baru menemukan kantor sebesar itu. Dalam waktu sekejap sudah tidak ada orang .

Sudut bibirnya pun bergetar, Mengangkat tangan kanan yang terdapat jam tangan, dan baru menyadari bahwa sudah hampir jam 6 sore.

Tentu saja semua orang di kantor sudah pulang !

Agnes menarik nafas, segera membereskan barangnya dan bersiap untuk pulang.

Saat dia menggunakan elevator turun ke tempat parkir mobil, Agnes mengambil kunci untuk membuka pintu mobil, Ketika ia memasuki mobil, ponsel di dalam tasnya tiba-tiba berbunyi.

"Nes, Ini aku, Orang kesayanganmu, Cepat jemput aku~~”

Agnes yang mendengar suara ini, Sudut mulutnya dengan hangat mengembang.

Novel Terkait

My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu