Hanya Kamu Hidupku - Bab 504 Panpan , Kenapa Kamu Begitu Baik

Pani tidak pernah berjanji untuk bertunangan dengan Sumi. Siera dan beberapa orang bergiliran untuk membujuknya. Tidak sedikitpun merasa menyesal atau ingin menyerah atas keteguhan Pani.

Ketika Pani tidak bisa bertahan, sebagai salah satu orang yang terlibat, Sumi menelepon.

Pani seperti mendapatkan kebebasan, ia dengan cepat mengeluarkan ponselnya dan menjawab. Suaranya sedikit terdesak, "Paman Nulu ..."

Dengan taat, Siera dengan yang lainnya diam, menatap Pani.

Wajah Pani memerah malu, bibirnya terbuka, diam-diam bernafas.

"...... Dari suaramu, aku sepertinya tahu bahwa kamu sudah merindukanku.” Sumi berhenti sejenak dan berkata.

Pani menutup matanya, "Ya."

Kali ini, suara Sumi menghilang selama beberapa detik.

Kemudian, suara lembut dan menyenangkan laki-laki itu terdengar, "Kebetulan aku sekarang lagi tidak ada urusan. Kamu dimana? Aku akan pergi mencarimu."

Bulu mata Pani bergerak. Dengan cepat menatap Siera dan beberapa orang dan berkata, "Aku akan pergi mencarimu. Kamu beritahu aku alamatmu saat ini."

"…… kamu datang ke sini? "

"Ya." Pani bersikeras.

"O.." Sumi tertawa, "Aku akan mengirimmu alamatnya."

"Baik."

Selesai berbicara, Pani menutup telepon, membuka sepasang mata dengan lebar menatap Siera dan keempat orang. Wajahnya tidak merah hatinya tidak melompat. Dia berkata, "Paman Nulu belum makan siang. Biarkan aku mengantarkannya sedikit makanan. Paman dan bibi, Kakak Sumail dan kak Lira, aku pergi dulu."

Siera mengerutkan bibirnya dan menatap Samoa.

Samoa sedikit menyipitkan matanya dan berkata dengan ramah, "pergilah."

"Baik." Pani cepat bangkit, meletakkan tas di bahunya, mengangguk kepada Siera dan ke empat orang, berbalik dan berjalan keluar dari ruang VIP dengan cepat.

Sumail memperhatikan Pani yang meninggalkan ruang VIP dan berkata dengan lembut, "Aku tidak tahu apa yang telah dilakukan Sumi. Membuat Pani begitu ragu tentang hubungan mereka."

"Sudah terlihat?" Samoa melihat Sumail.

Sumail mengangkat alisnya. "Pani adalah seorang gadis yang memiliki pemikiran dan pendapatnya sendiri. Ditulangnya memiliki sisi keras tersendiri. Tapi dia tidak menunda-nunda. Jika dia memutuskan sesuatu, dia tidak akan ragu lagi.”

Lira setuju dan mengangguk, "Aku bisa melihat bahwa Pani bukan tidak suka dengan Sumi. Seperti sifat Pani yang seperti ini, jika dia tidak menyukai seseorang, dia tidak akan pernah terjerat dengannya. Dia sekarang bersedia dengan Sumi hidup di bawah atap yang sama, itu berarti bahwa Sumi istimewa untuk Pani. Pani suka tinggal Bersama dengan Sumi. "

"Lalu mengapa dia tidak setuju untuk bertunangan dengan Sumi?" Siera bingung.

Sumail dan Lira saling memandang pada saat yang sama, nama seseorang muncul di hati mereka berdua.

Siera dan Samoa melihat Sumail dan Lira, tiba-tiba mengerti sesuatu.

"...... Kalian berpikir alasan kenapa Pani tidak setuju untuk bertunangan dengan Sumail, apa itu karena… Linsan?”Siera mengerutkan kening, melihat Samoa dan ke tiga orang lalu bergumam.

Samoa mengerutkan bibir dan alisnya.

Lira tiba-tiba teringat akan sebuah kalimat yang sebelumnya pernah disebutkan di depan Pani. Dia mengatakan bahwa jika laki-laki di keluarga Nulu sudah menyukai seseorang, maka akan menyukainya seumur hidup.

"Gawat!" Lira menarik nafas panjang, menatap Sumail "Sudah menjelaskan dengan tidak jelas. Aku, aku sangat bodoh!"

Sumail dengan lembut menggelengkan kepalanya.

Lira menyesal dan menutupi wajahnya, berharap diri sendiri bisa menggigit lidahnya." Tidak heran reaksi Pani tadi sangat aneh."

Siera dan Samoa melihat Lira, juga teringat lagi bujukan Lira tadi untuk membujuk Pani agar setuju menikah dengan Sumi jadi mengatakan perkataan itu. Ekspresi mereka berdua menajdi sedikit lebih dalam.

Setengah nada.

Samoa menatap Siera dan berkata, "Jika didalam hati Sumi masih belum melepaskan, maka urusan dia dengan Pani gadis itu, kita lebih baik tidak usah mencapuri urusan mereka, agar tidak menyakiti anak gadis orang."

Siera sudah mendengar perkataan itu, di mata terdapat penyesalan yang tidak bisa dihalangi, mendesah dengan suara rendah, "Sungguh! Aku masih sangat suka Pani gadis itu.”

Samoa menatap Siera, meskipun dia tidak mengatakan apa-apa, matanya kurang lebih memperlihatkan perasaan yang sama.

……

Firma Law Club.

Setelah Sumi mengirim alamatnya ke Pani, dia mengambil mantel di kursi, dengan langkah besar berjalan menuju pintu kantor.

Baru setengah jalan, ketukan dari luar pintu kantor terdengar.

Sumi mengira itu adalah Xuyan. berjalan untuk membuka pintu dan berkata, "Xuyan.."

"Xuyan" dua kata baru keluar dari mulut, suara Sumi menghilang sebentar selama dua detik, ketika sekali lagi mengeluarkan suara, suara halusnya yang terkejut “Bagaimana kamu sudah datang?"

Pengunjung itu mengangkat benda yang ada ditangannya dan berkata, "Tahu kamu akhir-akhir ini begitu sibuk bahkan kamu tidak punya waktu untuk makan. Aku kebetulan bekerja di dekat firma, jadi sekalian membelikan kamu makanan dan membawanya kesini."

Sumi melirik benda-benda yanga ada di tangannya dan menatapnya dengan tenang.

“…… Tidak mempersilakan aku untuk masuk? " Dia berkata.

Garis mata Sumi menyusut sedikit, mundur selangkah ke sisi pintu.

Wanita itu tersenyum padanya dan membawa barang-barang berjalan masuk.

Sumi mengangkat kepala menatapnya, "kamu juga belum makan, kan?"

"Belum, ingin mengatakan aku membelinya untuk makan bersamamu. Kamu sekarang kebetulan akan keluar makan, kan?" Wanita itu tertawa, meletakkan barang-barang di atas meja teh, sambil membungkuk mengeluarkan makanan yang ada didalam kantong, diletakkan di atas meja teh, "jangan hanya berdiri, cepat ke sini."

"Maaf." Kata Sumi.

Gerakan tangan wanita itu berhenti sejenak, mengangkat kepalanya, dengan bingung menatap Sumi, "apa?"

Sumi memicingkan matanya, menatap jam tangan, "Aku sudah punya janji. Jika kamu belum makan, tinggal saja di kantorku dan makan baru pergi."

Sumi berkata, berbalik dan berjalan melewati pintu.

"Apakah kamu punya janji dengan Pani?" Wanita itu berdiri tegak, menatap punggung Sumi, menarik sudut mulutnya dan berkata, "dia adalah pacarmu. Kalian sudah berjanji untuk bertemu. Kamu sudah terlambat. Perempuan, dalam masa pacaran tidak suka jika pacarnya terlambat. Kamu cepat pergi, tidak usah perdulikan aku.”

Tubuh Sumi yang tinggi tegap berhenti dan menatap kembali pada wanita itu, "baik."

"Pergi ..."

Wanita itu menarik nafas panjang, baru mengeluarkan satu kata, Sumi sudah tergesa-gesa untuk berbalik, dan menghilang dari pintu.

Bibir wanita itu terbuka, wanita itu menatap pintu kantor yang kosong. Perasaan tercabik di hatinya tiba-tiba membuat wajahnya menjadi putih pucat.

Untuk pertama kalinya, dia demi wanita lain, mengabaikannya!

……

Pani mengikuti alamat yang dikirim oleh Sumi dan menemukan sebuah restoran vegetarian dengan lingkungan yang tenang dan konsepsi artistik.

Begitu Pani memasuki restoran, seorang pelayan datang untuk menanyakan apakah dia adalah Nona Pani.

Pani tertegun dan mengangguk.

Pelayan itu mempersilakan masuk dengan satu tangan dan berkata bahwa Sumi telah memesan ruang VIP. Jika Pani datang lebih dulu, bawa dia ke ruang VIP untuk menunggunya.

Pani mengerutkan bibirnya, ini seperti sikap seseorang yang bijaksana.

Kaki Pani dibawa menuju ruang VIP oleh pelayan. Belum sempat dia duduk, Sumi sudah datang.

Yang mereka lihat pertama kali menatap satu sama lain adalah melihat dengan seksama tubuh orang didepannya.

Bibir tipis Sumi berwarna terang dengan lembut tertarik, mengangkat alisnya dan berkata, "Masih selangkah lebih lambat darimu."

Pani mengedipkan bulu matanya.

Sumi melepas mantelnya dan menyerahkannya kepada pelayan. tangan besarnya membungkus tangan kecil Pani. Membawanya duduk ke meja makan dan berkata, "Apakah kamu sudah makan?"

Pani memandang pelayan yang datang dengan membawa menu dan mengangguk kepala sembarangan.

Sumi dengan lembut menatap Pani, "Sudah makan juga bisa menemaniku makan sedikit."

"Baik." Kata Pani.

Sumi dengan suasana hati yang baik menatap Pani, lalu melihat-lihat menu, melihat Pani, dan kemudian melihat menu lagi.

Wajah Pani sedikit panas, kedua matanya berkedip dan mengelak, "kamu cepat pesan makanan, kenapa melihat aku, diwajahku tidak ada tertulis nama makanan."

"tertulis dengan jelas." Sumi berkata dengan lembut.

Sudut mata Pani berkedut, terdiam melihat Sumi.

Sumi dengan seksama melihat dahi Pani, dengan suaranya yang lembut, "di dahimu tertulis empat kata yang besar, Cantik dan lezat!"

Wajah Pani memerah, dengan cepat melirik pelayan yang berdiri di samping dan tersenyum. Kakinya di bawah meja tidak bisa untuk tidak menendang Sumi, "jika kamu sembarang berbicara lagi, maka kamu tinggal di sini dan makan sendiri!"

Itu jelas ditendang.

Tapi Sumi merasa hatinya menjadi segar.

Dengan mata Pani yang jernih, emosinya sangat tebal dan dalam. Dia mengencangkan matanya. Sumi tidak berbicara lagi. Dia memesan makanan secepat mungkin. Ketika dia menyerahkan menu kepada pelayan, dia berkata, " ketika kamu keluar, tolong bawa pintunya."

Pelayan itu tertawa dan mengangguk.

Dengan posisi standar membawa menu dan membawa pintu lalu keluar.

Pada saat pintu ruang VIP tertutup, Sumi tiba-tiba menggenggam pergelangan tangan Pani dan dengan mudah menarik Pani duduk ke pahanya. Tangan yang satunya pada saat yang bersamaan memegang dagunya, bibirnya yang tipis yang panas dan menyumbat.

Napasnya segera menyembur seperti letusan gunung berapi, membakar wajah Pani yang memerah. Dia tidak bisa bersembunyi dan mundur. Dia hanya bisa menelan semua masuk kedalam perut.

Pani meluruskan sepuluh jari yang halus dan putih, pada saat tertentu, tiba-tiba meraih baju yang menutupi dada bidang Sumi.

Kepala Pani Wiman kosong, seolah-olah di awan yang tidak ada oksigen, seperti di tepi sesak napas, tetapi juga terasa mengambnag-ngambang.

"Kamu jahat atau tidak, ya?"

Sumi menekan bibir Pani dan bernapas dengan keras, "Aku membuat kamu merayuku!”

Sumi berkata dengan sengit, dan dengan cepat menggigit sudut mulut Pani.

Pani gemetar karena rasa sakit, lebih kuat lagi menarik kain di dada Sumi. Kedua matanya berair, lembut dan lemah, dan dengan sedikit kesal dia menatap Sumi.

" Panpan , mengapa kamu begitu baik?"

Sumi seolah meremas adonan, memeluk Pani dan dengan ganas meremasnya dalam pelukan. Tatapan kedua Matanya menjadi gelap dan berantakan, seperti kapan saja bisa dari dalam kegelapan itu, keluar monster pemakan orang, merobek Pani dan menelannya hidup-hidup.

Jantung Pani gemetar, bahu longgar, sangat bingung melihat Sumi.

"Apakah kamu seorang iblis?" Jari Sumi yang panjang, ramping dan bersih dengan lembut membelai telinga Pani, dan suaranya agak terobsesi.

Pani menatap Sumi.

Beberapa detik kemudian, Pani mengerutkan kening dan mengambil napas besar. Suara itu sangat menjijikan dan berkata, "kamu, kenapa kamu bermain trik, semua mulai sengaja untuk membingungkan dan bertindak seperti orang bodoh! Sumi, masih ada apa lagi yang tidak bisa kamu lakukan! Apakah kamu seorang monster seks?"

Sumi tertegun, segera mengencangkan tubuhnya ke Pani, wajah terkubur di leher Pani, lalu tertawa keras.

Pani, "..."

Harus dikatakan, ketika Pani memberikan nama panggilan kepada Sumi dijalanan, seperti dewa!

Novel Terkait

Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu