Hanya Kamu Hidupku - Bab 543 Kamu Cepatlah Pulang, Aku Menunggumu

Sumi tetap mengantar Pani pulang.

Mobil melaju masuk ke parkiran bawah tanah apartemen, Sumi memandang Pani yang sedang melepas sabuk pengaman dengan tatapan yang dalam “Apa maksudnya?”

Pani mengerti apa yang dia tanyakan, tetapi sekarang ia tidak ingin memberikan penjelasan apapun.

Karena dibulan depan, tidak akan ada yang tahu bagaimana perkembangan diantara mereka, memberi tahunya disaat ini… … Pani merasa itu bukan ide yang baik.

Jika dia bisa mengerti, dia akan mengerti, jika dia tidak bisa mengerti, ia juga tidak akan berinisiatif memberi tahunya.

Pani melepas sabuk pengaman dari depan tubuhnya dan menatap Sumi “Riki adalah orang yang sangat penting bagiku, aku tidak ingin mendengar ada kata-kata yang tidak baik mengenai dia. Sumi, biar aku perjelas, tidak peduli apakah bulan depan kamu dan aku bisa bersama lagi atau tidak, kamu tidak bisa melakukan apapun terhadap Riki. Kalau tidak, selamanya aku tidak akan bisa memaafkanmu!”

Sumi terbakar api cemburu, tangannya yang berada diatas kemudi seperti “mencabut” kemudi, menggertakkan gigi dan menatap Pani dengan ganas “Pani, kamu harus tahu, semakin kamu melindungi yang bermarga Wijaya itu didepanku, aku semakin ingin mencelakainya!”

Pani diam-diam menatap Sumi dan berkata dengan pelan “Kalau kamu benar-benar melakukannya, berarti tidak ada yang perlu dibicarakan lagi antara kamu dan aku.”

Kedua mata Sumi penuh kemarahan “Kamu begitu peduli dengan yang bermarga Wijaya itu, aku tidak bisa berhenti untuk curiga, kamu berjanjilah padaku, setelah satu bulan, putuskan hubungan mu dengan Riki!”

“Aku berani menyetujuimu dan aku siap menerima janji itu!” kata Pani yang sedikit menyipitkan mata.

“Aku akan berterus-terang, Pani, kalau kamu menyetujui perjanjian bulan ini untuk mempermainkan hatiku, kalau aku melakukan apa yang kamu inginkan, tetapi kamu malah menyesali dan tidak ingin menepati janji. Sampai saat itu, jangan salahkan aku, Sumi, yang menjadi kejam dan tanpa ampun!” Sumi menatap Pani, berkata dengan dingin.

Pani menarik nafas, mendorong pintu dan keluar dari mobil.

Sumi menatap punggung Pani yang berjalan sambil memegangi pinggang menuju ke lift dan menggigit-gigit giginya.

……

Sesampainya di lantai apartemen, Pani baru saja keluar dari lift dan ponsel didalam tasnya bordering.

Pani menarik nafas, membuka tas, mengambil ponselnya, melihat layar ponsel dan meletakkannya ditelinga “Tuan Wijaya.”

“Kenapa belum turun? Tidak mungkin harus bekerja lembur kan?” suara jernih Riki datang dari ponsel.

“… …” Pani tertegun, menggigit bibir bawahnya dengan kesal dan berkata dengan rasa bersalah “Tuan Wijaya, aku, itu, aku sudah pulang kerumah.”

“Pani, apa aku menyinggung perasaanmu!?” Riki berkata tanpa bernafas.

Pani merasa bersalah “Maaf, aku langsung pulang setelah selesai bekerja, lupa memberitahumu. Jangan marah.”

“Gadis jelek, bahkan kamu bisa melupakan ini? Apa yang bisa aku harapkan untuk kamu lakukan? Baiklah, tidak bicara denganmu lagi, aku segera pulang.” Kata Riki.

Pani mendengar itu, hatinya tiba-tiba merasa sedih “Riki, kamu kan sudah lelah.”

Riki tertawa, suara tawanya sejelas angin “Benar-benar tidak mudah untuk mendengar kata-kata manis dari mulutmu Pani.”

“Cih~”

Pani diam-diam mendengus dan berkata “Kamu cepatlah pulang, aku menunggumu.”

“Kamu menungguku?” Riki tertawa lembut.

Sudut mata Pani sedikit tidak normal, tidak menjawab dan menutup teleponnya.

Pani berdiri didepan lift untuk waktu yang cukup lama, menegakkan punggungnya, mengambil nafas panjang, kembali ke apartemen.

……

Saat Riki kembali, Pani sedang mengenakan celemek, berdiri didepan wastafel dapur terbuka untuk mencuci sayuran.

Riki terpana selama lebih dari sepuluh detik, bahkan tidak mengganti sepatunya, berjalan, berdiri disamping Pani, sedikit menundukkan kepala untuk melihat nya.

Pani meliriknya “Kamu ngapain?”

Riki menatap Pani, sepasang mata yang indah terhanyut dalam kelembutan dan senyuman “Tiba-tiba menjadi baik?”

“Iya.” Pani meletakkan sayuran diatas talenan, mengambil pisau dan memotong dengan terampil.

Riki mengangkat alisnya, melipat lengan bajunya dan mengambil pisau dari tangan Pani, tangan lainnya dia letakkan pada bahu Pani untuk mendorongnya menjauh dari talenan, sambil berdiri didepannya, memotong sayur, sudut bibirnya terangkat dan berkata “Baiklah, aku sudah menerima kebaikkanmu, selanjutnya biarkan aku saja yang melakukannya.”

Pani tidak menjawab, lalu mencuci daging yang sudah dipotong.

Riki melihatnya sekilas “Biar aku saja, kamu duduk dan istirahat di ruang tamu saja.”

“Kita lakukan bersama, begini kan jadi lebih cepat.” Pani berkata dengan bodoh.

Riki berhenti memotong sayur dan menatap Pani lekat-lekat, wajahnya membeku.

Pani berpura-pura tidak merasakannya dan berkonsetrasi memotong sayuran.

Bulu mata hitam Riki sedikit bergetar, dia menarik kembali tatapannya dan melanjutkan memotong sayuran sambil mengobrol santai dengan Pani.

……

Karena hanya ada dua orang yang makan, jadi mereka menyiapkan 3 hidangan dan 1 sup.

Dimeja makan.

Riki mengambilkan semangkuk sup untuk Pani “Cobalah sup yang kamu buat sendiri.”

Pani tersenyum padanya, mengambil mangkuk dan dan meminumnya dan akhirnya berkata pada Riki “Kalau tidak ada pembanding maka tidak akan tersakiti. Mencobanya seperti ini, langsung bisa membedakannya. Tuan Wijaya adalah Tuan Wijaya, sup yang dibuatnya jauh lebih baik daripada punyaku. Ayo, aku menggunakan sup untuk mengganti anggur, hormat untuk Tuan Wijaya.”

“Jangan memujiku terus!”

Itu yang dikatakan Riki, tetapi tetap mengangkat bir nya dan menyentuh mangkuk sup Pani.

Setelah itu, mereka berdua tidak bisa menahan tawa.

Setelah makan, suasana nya sangat menyenangkan.

Setelah makan, Riki membereskan kekacauan.

Pani duduk di sofa ruang tamu, menonton variety show di TV sambil menggigit ibu jarinya.

Riki selesai bersih-bersih, memberikan Pani sepiring buah, berjalan kearah sofa, duduk disebelah Pani dan memberikan garpu dan buah ke Pani.

Pani lagi-lagi mengambil nafas dalam, mengambilnya dan perlahan-lahan memasukkan beberapa potong buah kedalam mulutnya, lalu berkata dengan lembut “Riki, ada sesuatu yang ingin ku diskusikan dengan mu.”

Salah satu lengan panjang Riki diletakkannya di atas sofa dibelakang tubuh Pani, mencondongkan tubuhnya kesamping menghadap Pani, matanya dengan lembut menatap Pani yang masih menatap layar TV “Ada apa?”

“Aku ingin pindah.” Kata Pani sambil memasukkan buah kedalam mulut.

Wajah Riki tidak berubah “Alasan.”

Pani menurunkan bulu matanya, perlahan-lahan menelan buah yang dikunyahnya kedalam tenggorokan dan berkata “Aku sudah sepakat dengan Sumi, dalam satu bulan. Kalau dia bisa melakukan isi perjanjian, aku… … aku akan kembali dengannya ke Kota Tong dan menikah. Kalau, kalau dia tidak bisa melakukannya, maka dia tidak bisa menggangguku lagi, aku juga bisa, benar-benar terbebas darinya. Tapi selama periode perjanjian, dia memintaku untuk pindah, pindah dari sini… …”

Sebenarnya Pani ingin memberitahu Riki dengan nada yang tenang dan alami.

Tetapi ia tidak tahu kenapa.

Ketika berbicara, ia menjadi gagap… …

Pada akhirnya, ia terlalu takut!

Wajah Riki tidak berubah, suaranya yang keluar benar-benar tidak ada yang aneh “Apa isi perjanjiannya?”

Pani menutup bibirnya erat-erat.

Setelah keheningan yang lama, ia berkata dengan gagap “Dia harus putus dengan Linsan, lalu, lalu sebulan setelahnya, dia tidak bisa mengurus apapun mengenai Linsan… …”

Sampai disini, Pani baru merasa permintaan nya sangat tidak menghargai dirinya dan tidak seperti sebuah permintaan!

Jadi sekarang disaat dia berhadapan dengan Riki, ada rasa malu yang tak dapat dikatakan!

Dia terus mengatakan bahwa mustahil untuk bersama dengannya, tetapi sekarang?

Dia malah hanya menginginkan dia berhenti bermain dengan yang lain, ia menjatuhkan semua kegigihan dan keteguhannya!

Dia sedang bertarung dengan orang lain, atau bertarung demi menang atau kalah dihadapan seorang laki-laki?

Pada saat ini, Pani merasa sangat malu dan sangat putus asa!

“Hanya itu saja?”

Tiga kata ringan tanpa perasaan dari Riki, lagi-lagi menampar harga diri Pani dengan keras.

Pani merasa sangat malu, wajahnya memerah juga memutih.

Riki menatap wajah malu Pani dan perlahan-lahan mengepalkan tangan yang ada dibelakang tubuh Pani “Pani, kamu ini sedang berdiskusi denganku, atau sudah memutuskan?”

Pani terkejut, mengangkat kepala melihat kearah Riki, tatapannya bersalah dan juga bingung.

Riki menatap mata Pani “Kalau kamu sedang berdiskusi denganku, maka aku tidak setuju! Tetapi kalau kamu hanya memberitahuku keputusanmu, maka aku tidak memiliki hak untuk ikut campur, aku juga tidak bisa membalikkan keputusanmu, jadi aku hanya bisa menghormatimu saja!”

“… …Riki, kamu, kamu jangan terlalu serius begitu.” Hati Pani berantakan dan berkata dengan gelisah.

“Aku tidak harus serius kah? Bukannya kamu sekarang sedang membicarakan suatu hal yang serius denganku? Atau, kamu ingin memberitahuku, bahwa kamu hanya sekedar berbicara saja, aku tidak harus menganggapnya serius! Dan kamu, tidak akan pindah!” suara tenang Riki melebur dengan serangkaian depresi dan mendalam, dia juga menatap Pani erat-erat.

Kedua mata Pani menjadi kering “Riki… …”

Riki tidak menunggu Pani membuka mulut, tiba-tiba ia bangun dari sofa, dengan cepat meninggalkan ruang tamu, pergi kekamarnya.

Bem!

Hati Pani gemetar, menoleh dan menatap kamar Riki dengan linglung, udara tersangkut di tenggorokannya, tidak bisa dikeluarkan maupun ditelan.

……

Hampir jam sebelas malam.

Pani masih duduk di sofa dengan gugup, dari waktu ke waktu melihat kearah Riki.

Sejak Riki masuk, dia tidak keluar lagi, dia mencoba untuk memberikan makanan untuknya, tetapi tidak peduli bagaimana dia berbicara bagaimana dia mengetuk, Riki seperti tidak mendengarnya, tidak mengatakan sepatah katapun.

Dari pertama kali mengenalnya sampai sekarang, ini adalah pertama kalinya Riki begitu marah, bersikeras untuk mengabaikannya!

Apakah Pani sedih?

Pasti dia sedih!

Dalam empat tahun terakhir, dia hanya memiliki Riki!

Riki tidak hanya temannya, kerabatnya, disaat yang sama juga adalah pendukung hatinya, pengganti dari Yumari dan Ellen yang mendukungnya.

Bisa membayangkannya kah?

Ada orang seperti itu disisimu, tidak peduli seberapa banyak kamu melakukan hal atau berkata kejam, dia akan selalu memperlakukan mu dengan baik, menemani disisimu dan berkali-kali memberitahu dengan perilakunya bahwa dia tidak akan pernah meninggalkanmu!

Riki membuatnya merasa tenang dan damai!

Pani menutup wajahnya dengan kedua tangan, dia bernafas dengan gemetar.

Dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya pada diri sendiri.

Apakah ia ingin bersama dengan orang yang tidak peduli dengannya sekali lagi? Seperti dulu ia mengabaikan Yumari, hanya tenggelam dalam hubungan cintanya?

Tetapi pada akhirnya, dia kehilangan Yumari, dirinya juga berakhir dengan bekas luka!

Klik--

Tiba-tiba dibelakangnya terdengar suara membuka pintu.

Punggung Pani terbawa, dengan cepat meletakkan kedua tangannya, membalikkan kepala melihat kesana.

Novel Terkait

Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu