Hanya Kamu Hidupku - Bab 280 Bahagia, Beruntung

Restoran Orchid Seafood.

Sesampainya Ellen di restoran, dia menelepon William, William memberitahunya jika dia dan anak-anak berada di ruangan VIP, Ellen langsung menuju ke ruangan VIP.

Berjalan masuk ke ruangan VIP.

Tino dan Nino sedang makan dengan lahap, ketika melihat Ellen, Tino menyapa Ellen, Nino juga meliriknya, kemudian kedua pria kecil itu lanjut makan makanan mereka.

Sikap William pagi ini berubah menjadi acuh tidak acuh terhadap Ellen, dia mengangkat alisnya sedikit, dan mata hitamnya menatap Ellen dengan lembut, “ Sudah makan?”

Ellen menatapnya dengan heran, pelan-pelan mengangguk.

William mengulurkan tangan ke arahnya.

Ellen jalan mendekat, kemudian meletakkan tangannya diatas tangan dia.

William menuntun dia duduk disampingnya, menatap dia dan berkata “ Kupasin kamu udang?”

“ …Aku sudah makan beberapa ketika aku makan hotpot barusan. Kamu saja yang makan.” Ellen menatap Tino dan Nino, sambil berkata ke William.

William tidak memaksa dia.

Setelah beberapa saat.

Ellen memiringkan kepalanya melihat William, “ Mengapa hari ini mau membawa Tino Nino makan diluar?”

“ Anak-anak ingin makan seafood, jadi harus keluar, makanya aku bawa mereka keluar.” William berkata dengan halus.

Tino 、 Nino : hehe

“ Benar Agnes, Ayah sangat baik, dan berjanji akan membawaku ke kebun binatang setelah makan.” Nino membelokkan kedua bola matanya yang besar untuk melihat Ellen, dan penampilan mudanya sangat tampan.

“ Benarkah?” Ellen menatap William dengan tidak terduga.

William menatap jauh ke dalam mata Ellen, dan cahaya matanya terus menatap lembut pada Nino, sudut bibirnya yang tipis menyatu, “ Baiklah.”

“ Papa juga berjanji kepadaku, jika ada waktu kosong akan membawaku ke museum.” Tino ikutan berbicara.

Ellen tambah terkejut, menatap William dengan mata bersinar seperti mata kucing,

Wajah William dalam dan sunyi, dia menatap Ellen dengan tatapan bebas, “ Mengapa kamu menatapku seperti ini? Sebagai seorang Ayah, bukankah normal meluangkan waktu untuk bermain dengan anak-anak?”

Ellen mengerutkan bibirnya dan mengangguk, “ Iya juga.”

Lagi pula, tepat ketika dia baru kembali ke kota Tong, William juga berencana membawa Nino dan Tino ke kebun binatang dan museum dengan terpisah.

William melihat wajah Ellen sepertinya “ Tidak ada yang aneh”, dia perlahan-lahan menarik kembali tatapannya, tersenyum ke arah Tino dan Nino dengan senyuman yang seperti seolah-olah tidak ingin tersenyum.

Melihat ini, kedua bersaudara itu nyengir memperlihatkan gigi putih kecil mereka kepada William.

William mendengus.

“ Aneh. Bagaimana Paman Sumi tahu Pani telah kembali ke kota Tong ?”

Sekitar 10 menit kemudian, Ellen mengerutkan kening dan tiba-tiba bergumam kebingungan.

William mendengarnya, mendekatkan kupingnya ke Ellen.

……

Setelah makan seafood, sekeluarga 4 orang meninggalkan Orchid .

“ Agnes, apakah kamu pergi bersama kami ke kebun binatang?” Nino menarik ujung baju Ellen, mengangkat wajah kecilnya yg gemuk kea rah Ellen.

Ellen mengusap rambutnya yang halus, berpikir sebentar, kemudian berkata, “ Em, baiklah.”

Ellen teringat, sebelumnya Pani pernah berkata akan menghubungi dia.

Tapi, sampai sekarang dia masih belum menghubungi, Ellen pikir dia sedang bersama dengan Sumi. Dia sendiri disaat seperti ini juga tidak mudah untuk menelepon mengganggu mereka.

Berpikir jika sudah selesai, Pani sendiri bisa menghubungi dia, tiba pada waktunya dia akan mencarinya juga.

Mata Nino bersinar seperti mutiara, mengulurkan dua lengan gemuknya meminta Ellen menggendong dia.

Ellen memanjakan sedikit anaknya, membungkukan badan ingin menggendong dia.

Tentu saja.

Baru saja Ellen mengulurkan tangannya, sebuah lengan panjang lewat diantara Ellen dan Nino, dalam sekejap mengait Nino pergi.

Ellen mengedipkan mata dan melihat keatas.

Kedua lengan William masing-masing telah menggendong kedua pria kecil itu, kemudian membawa mereka masuk ke kursi pengaman dibarisan belakang mobil.

Bibir Ellen sedikit miring, dia berdiri diam ditempat sebelumnya menyaksikan William dengan hati-hati mengikat sabuk pengaman kedua pria kecil itu, kemudian menutup pintu mobil kursi barisan belakang sebelum berjalan menuju kursi pengemudi.

“ Direktur Chen beberapa tahun terakhir ini perkembangan industri properti sangat sengit. Ketika Hamid pertama kali datang, dia meminta Direktur Chen untuk mengajarinya. “

Ellen menarik membuka pintu kursi co-driver, tepat pada saat itu suara lelaki lembut dengan senyum lembut terdengar dari belakang.

Tangan Ellen berhenti didepan pintu mobil, tetapi hanya berhenti sebentar, dan kemudian dia menundukkan kepalanya masuk untuk duduk di kursi penumpang sebelah pengemudi.

“ Ahmad Hamid berkata dimana. Hari ini Ahmad dapat hadir ke perjamuan, Direktur Chen merasa tersanjung dan terhormat. Di masa depan, Direktur Chen juga masih akan mengandalkan Ahmad untuk makan enak”

William memicingkan mata ke arah kerumunan yang keluar dari Orchid, sambil melangkah ke kursi pengemudi.

“ Bukankah itu Bos Besar Dilsen ?”

Pada saat ini, suara yang mengejutkan terdengar datar.

William sedikit mengernyit, tanpa berhenti, lanjut berjalan menuju mobil.

“ Bos Besar Dilsen 。”

Direktur Chen sangat senang, dan mengambil beberapa langkah besar berjalan menuju William.

Yang lain, kecuali Bintang, mengikuti dengan tergesa-gesa.

William menjentikkan bibirnya, hanya berhenti sebentar.

Tetapi sosok jangkung itu baru saja menghalangi kursi penumpang depan.

Pada saat yang bersamaan, jendela kursi penumpang di sebelah pengemudi perlahan-lahan naik ke atas.

Ketika Bintang melihatnya, juga hanya bisa melihat sekilas rambut panjang seorang wanita.

Ini..... wanita ?

Tatapan Bintang semakin dalam, menatap pria dingin dan mulia di tengah kerumunan orang.

Sejak kejadian empat tahun yang lalu, pria itu jarang muncul didepan umum.

Jadi mereka yang ingin mendekatinya tidak memiliki kesempatan.

Hari ini kemunculannya di sini, kebetulan terlihat oleh orang-orang ini.

Barulah aneh jika orang-orang ini tidak mengejar dia seperti anjing yang mengejar roti daging.

Bintang berpikir seperti ini, dan mengalihkan pandangannya ke jendela belakang mobil William, matanya melirik cepat dan teringat sesuatu.

……

Setelah lima menit William akhirnya naik ke mobil setelah menyingkirkan orang-orang itu.

Ellen melirik kelompok orang yang masih berdiri di luar jendela mobil, dan Bintang, yang dari awal sampai akhir berdiri tidak jauh di belakang kelompok itu, dan bibirnya sedikit mengernyit.

Mobil telah keluar dari Restoran Seafood Orchid untuk beberapa saat.

William mengangkat matanya dan memandang Ellen yang telah menatapnya tanpa berkedip, “ Katakanlah jika ada sesuatu yang mau dikatakan.”

“ … Paman Ketiga, bisakah terjadi hal seperti barusan ketika kamu pergi ke kebun binatang, em..Menarik banyak penonton?” Ellen mencibir.

William sedikit mengernyit, memandang Ellen dari kaca spion.

Sangat jelas.

Pertanyaan Ellen, ditanyakanpun sama saja seperti pertanyaan retorik.

Karena, sepanjang jalan William ke kebun binatang, sudah menarik perhatian penonton.

Dan mungkin hal yang lebih canggung akan terjadi.

Seperti penonton kebun binatang, berubah menjadi penonton…William,

Otak Ellen membentuk adegan William yang sangat diawasi…

“ Hmmm….”

Ellen menyemprot sebentar, wajah seseorang bisa menjadi paket ekspresi baru!

William menatap acuh tak acuh pada Ellen yang duduk di penumpang di samping kursi pengemudi, dengan tubuh bagian atas penuh sukacita.

Nino dan Tino juga memandang Ellen dengan wajah tak bisa berkata-kata.

……

Ketika melewati toko topi, Ellen meminta William untuk berhenti sebentar, sendirian turun dari mobil, dengan cepat membeli topi pria berwarna hitam.

Akibatnya, William terpaksa menemani ke kebun binatang dengan menggunakan topi yang biasa saja.

Karena William dan Ellen selalu berhati-hati, jadi mereka tidak dikenali sampai ketika mereka meninggalkan kebun binatang.

Duduk di mobil.

Ellen menjulurkan tangan melihat jam sekilas, akan segera jam setengah enam.

Ellen mengeluarkan ponselnya dan melihat bahwa Pani masih belum menghubunginya.

Setelah ragu-ragu sebentar, Ellen tidak bisa untuk tidak khawatir, membuka daftar kontak, dan menekan nomor Pani.

Setelah panggilan tersambung, ketika akan menutup secara otomatis, Pani menjawabnya, “ Ellen.”

“ …” Ellen menatap lurus, “ Pani, ada apa dengan suaramu?”

Pani berdeham di sana dan berkata dengan serak, “ Oh, aku baru saja tidur, sekarang baru bangun.”

Suaranya serak sehingga hampir tidak keluar!

Tidur bisa membuat suara sampai demikian serak?

Ellen melirik William, kemudian dari kaca spion melihat Tino dan Nino, berkata, “ Aku datang sekarang.”

Setelah beberapa saat, Pani berbisik “ Em” .

Ellen menutup telepon, melihat William, “ Paman Ketiga 。。。”

Baru saja Ellen membuka mulut.

Ponsel William berdering.

Ellen berhenti.

……

Hotel.

Ketika Pani membuka pintu kamar hotel. Keduanya terkejut.

Yang membuat Ellen Kaget adalah, rambut Pani berantakan, kedua matanya bengkak seperti buah kenari, wajahnya juga ikut membengkak, dan masih ada bekas air mata di wajahnya.

Sedangkan yang membuat Pani terkejut adalah disebelah kedua pasang kaki Ellen berdirilah dua wajah kecil putih seperti roti yang menatap ke arahnya.

……

Didalam kamar hotel ada 2 sofa.

Tino dan Nino masing-masing mengambil satu tempat.

Pani mencuci wajahnya dan dengan sengaja menggulung rambut panjangnya ke atasnya, karena dengan seperti ini akan terlihat lebih energik sedikit dan duduk di tempat tidur besar bersama dengan Ellen.

Ellen khawatir melihat Pani, “ Pani, apa yang terjadi?”

Pani menarik napas dalam-dalam, “ Kamu jangan bertanya dulu, otakku sedikit kacau.”

Ellen, “ …”

Pani berdiri dengan dari tempat tidur dan berjalan ke depan Tino dan Nino . “ Teman kecil, bagaimana jika bibi mendiskusikan sesuatu dengan kalian?”

Ellen menatap Pani dengan ragu.

Tino dan Nino saling memandang, dan kemudian melihat Pani pada saat bersamaan, menganggukkan kepala kecil mereka.

Pani berjongkok, memegangi masing-masing tangan kecil depan Tino dan Nino, dengan serius memandangi kedua pemuda kecil itu, “ Lupakan bibi aneh yang baru saja membukakan pintu untuk kalian!”

Mata Ellen berkedut dua kali.

“ Barusan ada orang yang membukakan kami pintu?” Tino menatap Pani.

Pani memberikan Tino ekspresi “ Mengerti secara diam-diam” dan mengangkat alis untuk melihat Nino .

Mata Nino melebar, “ Kak, barusan tidak ada yang membuka pintu untuk kita, Agnes membukanya sendiri.”

“ Ha.” Pani tersenyum, melangkah maju, dan mencium masing-masing dua anak laki-laki itu.

Setelah dicium, kedua lelaki kecil itu juga berperilaku tenang, hanya saja ada sedikit warna merah di ujung telinga mereka.

“ Ellen, hidupmu benar-benar lengkap. Kamu lihat betapa lucunya kedua lelaki kecil ini, dan seberapa pintar mereka. Aduh, bagaimana, aku benar-benar iri padamu!”

Pani tidak mau melepaskan tangan kecil Tino Nino, dan bersenandung.

Ellen memandang Tino Nino, matanya yang jernih menyapu lembut, bangkit dari tempat tidur, berjalan ke sebelah Pani, dan merentangkan lengannya.

Pani menatap Ellen.

Ellen mengerutkan bibirnya dan berjalan menuju kamar mandi.

Ketika Pani melihat ini, alisnya naik turun, dan dia berjongkok di tempat selama beberapa detik sebelum tersenyum pada Nino dan Tino, melepaskan kedua tangan kecil mereka, berdiri, dan ikut masuk kedalam kamar mandi.

Novel Terkait

Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu