Hanya Kamu Hidupku - Bab 92 Paman Ketiga, Aku Pasti Akan Patuh

Rumah Sakit Yihe.

Berdasarkan situasi Pani dibawa ke rumah sakit oleh Sumi, Jery segera mengatur agar dokter melakukan USG di perut Pani.

Pani didorong ke ruang USG untuk sementara waktu, dan Sumi berdiri di luar pintu ruangan USG, mukanya tampak dingin.

“Tenang, semua akan baik-baik saja.” Ethan menghiburnya dengan menepuk pundaknya.

Sumi mengerutkan kening dan memandangnya, "Di mana Ellen, apakah dia baik-baik saja?"

"William membawanya ke pemeriksaan bedah," kata Ethan.

Sumi menggigit bibirnya dan menatap Ethan, "Gawat tidak?"

"Lehernya semua ungu. Tapi itu hanya luka luar. Mungkin tidak masalah," kata Ethan.

Wajah Sumi begitu berat sehingga dia tidak berbicara lagi.

Ethan melirik Sumi dengan tenang.

Pria ini biasanya tenang,jarang nampak dia begitu marah, kali ini pertama kalinya dia tampak begitu marah dan ini belum pernah terjadi sebelumnya.

Dilihat dari sisi ini, dia memang sangat peduli Nona Wilman ini.

Pintu ruang pemeriksaan USG terbuka.

Dokter dan dua perawat mendorong Pani keluar.

Sumi melirik Pani di gerobak dan bertanya ke dokter, "Bagaimana?"

Pani memejamkan mata, dan ketika dia mendengar suara Sumi, dia membuka matanya dan meliriknya. Melihat wajahnya yang kencang dan dingin, bibirnya yang pucat bergerak, dan matanya ditutup lagi.

"Semuanya baik-baik saja. Hanya terdapa luka luar. Karena lemak perutnya tebal dan memiliki fungsi mencegah guncangan, limpa dan rahimnya tidak rusak. Alasan mengapa Nona Wilman begitu sakit karena luka luarnya semakin memburuk. Seluruh perutny berwarna biru dan ungu. Selain itu, Nona Wilman sekarang dalam masa menstruasi sehingga fisik,mental dan daya tahan tubuhnya agak lemah. "Dokter dengan sabar menganalisis kondisi Pani.

Mendengar Pani hanya mengalami luka luar, Sumi lega, tetapi wajahnya yang dingin tidak berubah.

Ketika Pani mendengar dokter mengatakan bahwa dia dalam masa menstruasi, telinga dan pipinya memerah.

"Terima kasih" kata Sumi kepada dokter.

Dokter itu termenung dan menggelengkan kepalanya, "Ini adalah tugasku."

Sumi berjalan menuju Pani. Tercium aroma mint di tubuhnya, Pani tanpa sadar menggigit bibir bawahnya, matanya tertutup lebih erat hingga bulu matanya terangkat.

Sumi memandang pipi dan telinganya yang memerah, menghela nafas perlahan, meminta perawat mendorongnya ke ruang rawat VIP.

...

Di ruangan lain.

Ellen dibawa William keluar dari ruang bedah. Lehernya sudah dioles dengan salep , dan tangan kecilnya tanpa sadar memegang tulang selangka di bawah lehernya. Dia melirik wajah William yang hitam beberapa kali dan kemudian dia berkata, "Paman ketiga, bisakah aku pergi melihat Pani dulu?"

Wajah William sangat dingin, dan menatapnya dengan muram.

Ellen berkata dengan suara bergetar, "Paman ketiga ..."

“Diam!” William mengatakan.

Ellen kaget dan dengan cepat dia menutup mulutnya, dia tidak berani berbicara.

...

Ruang rawat VIP.

Ketika Samir Moral bergegas tiba di rumah sakit, keempat lelaki itu berjalan keluar dan berdiri di depan pintu membahas sesuatu.

Pani sedang berbaring lemah di tempat tidur, sementara Ellen sedang duduk di kursi dekat ranjangnya.Keempat mata mereka menatap pria-pria yang berdiri di pintu, dan bersedia meguping apa yang mereka bicarakan.

Sangat jelas bahwa keduanya mengintip dan menguping, dan keempat pria di luar menatap mereka bersamaan.

Ellen dan Pani terkejut dan kemudian memalingkan muka mereka secara tidak wajar.

Dan ketika mereka melihat lagi, tidak ada siapapun lagi di dekat pintu!

Ellen dan Pani, "..."

Ellen tidak khawatir jika ditinggalkan di rumah sakit sendirian, karena ke mana pun dia pergi, seseorang pasti akan datang menjemputnya.

"Ellen, seberapa untungya kita nih? Selesai ujian, ingin bersantai dan pergi ke karaoke pun bisa sampai masuk rumah sakit." Pani berkata dengan lemah mungkin karena terlalu sakit.

Ellen memandangnya, "Kamu masih berani bilang, kenapa kamu tidak mengatakan bahwa kamu sedang mens?"

"Apakah aku perlu mengumumkan ke seluruh dunia bahwa aku sedang mens? Apakah aneh, seorang gadis remaja sedang dapat" Pani tertawa mendengar perkataan dirinya sendiri.

"..." Ellen sangat mengagumi optimisme Pani. Setelah mengalami peristiwa tersebut, dia masih bisa berbicara dan tertawa seperti biasanya.

“Dan apakah karena aku sedang dapat maka tidak bisa makan enak dan karaoke?” Kata Pani.

“Kamu tidak merasa sakit?” Ellen bertanya dengan mengerutkan keningnya.

"Ini sudah hari ketiga,sakit pun hanya pada dua hari pertama. Siapa tahu orang itu tidak mau menendang tempat lain, malah sengaja menendang perutku" Pani memegangi perutnya dengan ekspresi cukup menyakitkan.

Ellen tidak tega melihatnya, kemudian dia mengulurkan tangannya dan menjabat tangan Pani, "Maaf."

Pani kaget dan menatap Ellen, "Mengapa kamu mengatakan maaf padaku?"

Ellen tidak berbicara.

Meskipun belum ada buktinya.

Dia selalu merasa bahwa apa yang terjadi pada mereka malam ini mungkin diarahkan padanya.

Pani melihat Ellen tidak berbicara, dia menghembus nafas dan berkata, "Seharusnya, aku yang minta maaf. Jika aku tidak menarikmu untuk berpesta, kita akan kembali ke rumah setelah ujian. Mana mungkin kita bisa menghadapi hal seperti ini? "

Ellen memandang Pani sebentar dan tersenyum padanya, "Kamu bilang, apakah kita telah melewati kematian bersama?"

Pani juga tertawa, "Tentu saja! Persahabatan revolusioner kita telah mencapai tingkat yang lebih tinggi lagi! Kita adalah teman baik seumur hidup."

“Siapa yang ingin menjadi teman baikmu?” Ellen tersenyum.

"Selain aku, apakah kamu punya pilihan lain? Demi kamu, aku hampir mencabut kulit kepala orang itu"

"Demi kamu, Aku juga hampir menmukul kepala orang itu dengan asbak rokok. Saat itu aku berpikir bahwa jika membunuhnya juga tidak akan membiarkannya menendangmu lagi."

"Haha, kamu luar biasa!”

"Gampang."

"..."

Keempat pria yang baru saja pindah dari depan pintu ke sisi pintu, "..."

...

Setelah memastikan Pani baik-baik saja dan ada Sumi Nuli yang menemaninya. Ellen dan William meninggalkan rumah sakit.

Dalam mobil menuju perjalanan kembali ke Coral Pavilion.

Ellen tidak berperilaku seperti dia baru saja mengalami musibah, sebaliknya, dia merasa senang, dan rasanya seperti dia dan Pani telah mengalami peristiwa yang luar biasa, dan hidupnya lebih bermakna !!

Wajah William sangat gelap bagaikan kegelapan langit di malam hari!

Apakah dia tahu apa yang akan terjadi jika mereka terlambat tiba!

Ketika menerima pesan minta tolongnya, mereka berempat sedang minum di Paviliun Mingyue, dan dari Paviliun Mingyue menuju Ginza membutuhkan setengah jam dan itu pun paling cepat.

Dalam perjalanan, dia sangat cemas, dan dia berharap dirinya memiliki sepasang sayap dan bisa terbang padanya segera!

Dan ketika mereka tiba, ada beberapa petugas pribadi yang bertugas menjaga keamanan di KTV di depan pintu.

Tapi karena efek isolasi suara bagus, jadi tidak mendengar apa pun di dalamnya.

Bahkan jika Ellen dan Pani benar-benar melarikan diri dari kedua orang itu dan berhasil kabur dari kamar, mereka juga sulit melarikan diri dari sekelompok petugas pengamanan itu. Kegembiraan Ellen bukan dari peristiwa yang dialaminya.

Melainkan darj persahabatannya dengan Pani, dia merasa sulit baginya untuk mendapatkan teman seperti Pani. Dalam peristiwa KTV, dia secara alami juga merasa takut , tapi sekarang dia merasa beruntung dan senang lebih banyak daripada ketakutan.

...

Mobil meluncur ke villa dan berhenti di depan villa.

Ellen melepaskan sabuk pengamannya dan ingin keluar dari pintu mobil.

Namun, sebelum pintu didorong buka, dia diangkat dari kursi dengan ketiak terjepit dan duduk di paha lelaki itu.

Ellen kaget, tubuhnya tegang secara alami, dan dia menatap pria bermuka hitam di depan matanya, menarik nafas, "Paman ketiga, uh ..."

Begitu Ellen berbicara, kepalanya ditarik ke bawah dicium bibirnya.

Pada saat yang sama, sebuah tangan yang dingin masuk sweaternya yang longgar.

Ellen gemetar secara alami, dan matanya basah, melihat pria yang menciumnya dengan kasar.

Ellen bisa merasakan amarahnya.

Ada nyeri dada yang samar, dan tangan Ellen yang semulanya menahan dadanya melemah, dan dengan lembut dia dipeluk.

Dua tangan kecil di dadanya perlahan-lahan bergerak ke atas, dengan lembut melingkarkan lehernya, dan dalam ciuman sengit dengan amarah, dia merespons dengan lembut dan hati-hati.

William gemetar, dan kemudian amarahnya menghilang.

Dia memandang pipinya yang merah, dua bulu mata panjang berkedip, dua bibir menciumnya dengan hati-hati, kemudian amarah di hatinya menghilang.

William kemudian pelan-pelan berubah menjadi lembut, bibir tipisnya perlahan menjauh dari bibirnya, dan mencium hidungnya, alis,matanya dan pipinya dengan penuh kasih sayang.

Karena kelembutannya yang tiba-tiba, membuat Ellen semakin gemetar.

Menghirup nafas, Ellen membuka matanya dan menatapnya dengan sedikit rasa malu.

William menekankan dahinya ke arahnya, dan hidungnya yang tinggi menggosok ujung hidungnya, memandangnya matanya yang dingin dan mendalam.

Mata Ellen berkedip, dan tubuhnya masih bergetar tak terkendali di lengannya.

Tangan di lehernya menegang sesaat, dan kemudian telapak tangannya yang lembut membelai wajahnya yang dingin, dengan suaranya yang sedikit parau, "Paman ketiga, aku minta maaf sudah membuatmu khawatir."

William tidak mengatakan apa-apa, hanya mencium ringan bibirnya.

Ellen bergerak bibirnya, dan menyentuh wajah William dengan tangan putih lembutnya dan berkata," Kedepannya aku akan patuh dan tidak akan membuat paman ketiga khawatir."

William mengangkat alisnya, dan jelas bahwa kepercayaannya pada perkataannya hampir nol.

William mendekatkan wajahnya dengannya, dan suasana hatinya tampak lebih baik.

Ellen diam-diam menghela nafas.

Memang benar apa yang dikatakan Paman Sumi, selama paman ketiganya marah, cukup ikuti dia dan katakan sesuatu yang baik, paman ketiganya pasti tidak akan lagi marah padanya.

Walaupun paman ketiga yang tidak marah seperti seekor serigala, tetapi juga seekor serigala yang lembut didepannya.

Ellen berpikir dengan gembira.

Novel Terkait

Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu