Hanya Kamu Hidupku - Bab 104 Wanitaku, Istriku

William bisa menerima semua masalah Ellen kecuali pengkhianatannya, William tidak bisa menerima Ellen memiliki hubungan mesra yang tidak jelas dengan pria selain dirinya, kalau kondisi seperti ini terjadi, maka Ellen akan mati!

Berpikir sampai sini, Ellen merasa ketakutan hingga tubuhnya kedinginan.

Pria ini terlalu sombong dan kuat!

"Kalau aku tahu kamu berkencan dengan pria bermarga Hamid itu lagi untuk satu kali saja, Ellen, kamu siap-siap berurusan denganku!"

Setelah berbicara dengan dingin, William memegang pinggang Ellen dan menggendongnya ke atas tempat tidur sebelum berjalan ke ruang pakaian.

Ellen melihat ke arah bayangan belakang William yang sedang emosi secara perlahan dengan rasa takut.

...............

Wlliam sudah keluar dari ruang pakaian, dia mengenakan baju rumah yang bersih, sweater biru tua dan celana olahraga yang satu warna ditambah ekspresi William yang dingin, penampilan William terlihat menjadi semakin serius dan dingin.

Melihat William langsung berjalan ke arah pintu tanpa memandang Ellen, Ellen merasa sangat sedih, di saat William berjalan sampai pintu kamar, Ellen melihatnya dengan mata merah dan berkata dengan suara kecil, "Aku tidak ada"

Kaki William yang sedang melangkah pun berhenti bergerak, dia melihat ke belakang dan menatap ke wajah Ellen dengan serius.

Mungkin karena menangis deras tadi, mata, hidung dan mulut Ellen terlihat merah dan bengkak, dia mengangkat kepalanya dan menatap ke arah William kemudian bersuara dengan serak, "Aku tidak berkencan dengan Bintang di belakangmu"

Tatapan William mendalam, dia memutar balik badannya dan melihat ke Ellen, menunggu Ellen melanjutkan bicaranya sambil menjilat bibirnya.

Ellen menarik nafas sebelum berkata, "Serius, kakek yang mengajakku keluar. Tetapi setelah tiba di tempat, aku tidak melihat kakek, makanya aku meneleponnya dan waktu itu aku baru tahu kakek salah paham, tentangku dan Bintang...... makanya kakek mengatur pertemuan kali ini tanpa memberi tahuku. Aku baru mengetahui rencana kakek setelah bertemu dengan Bintang. Aku tidak mengajak Bintang keluar duluan, waktu mau keluar aku juga tidak membohongimu, waktu itu aku benar-benar mengira kakek berada di sana sendiri" Xingdu Square

Berkata sampai sini, Ellen mengeluarkan satu tangan dari selimut untuk menyeka air matanya, tenggorokannya menjadi semakin kering dan serak, "Kamu, kamu yang tidak mau mendengar penjelasanku, kamu yang langsung menyalahkanku tanpa mencari tahu dengan jelas, aku tidak suka kamu bersikap seperti itu padaku"

William tertegun sejenak.

Dia tidak menyangka ternyata begitu.

Waktu ijin meninggalkan rumah, Ellen berkata kepada William bahwa kakek sedang sedih sendiri di Xingdu Square karena suasana hatinya sedang tidak bagus, ditambah kakek meminta Ellen jangan membawa William pergi, hal ini membuat William merasa ada sesuatu yang salah.

Berdasarkan sifat kakek yang lapang dada, meksipun suasana hatinya sedang tidak baik, dia juga tidak akan merugikan dirinya.

Kalau suasana hatinya tidak bagus, dia pasti akan 'membunuh' orang yang membuatnya tidak senang secara langsung, mana mungkin menahan dan sedih sendiri?

Hal ini sama sekali tidak seperti dengan tingkah laku kakek biasanya.

Karena itu, William pun menelepon ke pak Suno dan memintanya untuk memperhatikan Ellen.

Siapa tahu akhirnya Ellen malah bersama dengan pria bermarga Hamid itu, mereka berdua bahkan pergi menonton film.

Film saja sudah nonton, sedang apa kalau bukan sedang berkencan?

Lalu, William melihat Bintang memegang tangan Ellen waktu masuk ke dalam restoran jepang itu, ketika menendang pintu ruangan dan melihat senyuman Ellen, William merasa semakin menusuk mata.

Akhirnya William pun merasa yakin bahwa wanita kecil ini tetap tidak ikhlas mau bersama dengannya, sehingga berkencan dengan Bintang di belakang William, hal ini membuat William merasa sangat marah, otaknya hanya berpikir akan menghukum wanita kecil ini yang tidak patuh, dia sama sekali tidak berpikir mau mendengar penjelasan Ellen.

Alis William mengerut dengan erat, dia mengangkat tangannya dan memijat hidungnya dengan sudut mulut terangkat, dia sedang menertawakan dirinya.

Wanita ini bisa mengalahkan kecerdasan William dengan mudah.

Wanita ini bisa membuat William merasa dirinya bukan berusia 30 tahun, tetapi sama dengannya hanya berusia 17, sedikit angin pada masalah cinta bisa membuat William bereaksi besar sampai tidak mirip dengan dirinya.

Melihat alis William yang mengerut dan gerakan memijat hidungnya, Ellen merasa agak bingung, dia tidak begitu paham apakah William percaya dengan kata-katanya.

William menurunkan tangannya dan melihat ke mata Ellen dengan tatapan yang penuh dengan perasaan.

Ellen mengerutkan alisnya dengan wajah tidak mengerti, dia menggigit bibir bawahnya sambil melihat ke arah William, "Kamu tidak percaya padaku?"

William mengerutkan alisnya dan berjalan ke hadapan Ellen, "Aku percaya"

Mendengar jawaban William, Ellen langsung merasa emosional dan berusaha menahan air matanya dengan wajah sedih, "Jadi?"

William duduk di atas tempat tidur dan memegang tangan Ellen yang sedang memegang selimut sambil menatapnya dengan tatapan lembut, "Kamu mau aku bagaimana?"

Apa yang disebut Ellen mau dia bagaimana?

Apakah William tidak merasa dirinya harus melakukan sesuatu?

Apakah harus Ellen membuka selimutnya dan memperlihatkan bagaimana William menyiksanya?

Ellen mengerutkan alisnya dengan sedih sambil bersendawa ringan dan menatap William dengan tatapan penuh keluhan dan marahan.

William merasa sakit hati, "Sudah, Aku salah, Aku minta maaf padamu, boleh?"

"........" Sama sekali tidak terdengar ikhlas? Ellen menjawab, "Aku, aku tidak memaafkanmu!"

William mengangkat alisnya, dia mengerti kali ini dirinya benar-benar sudah membuat Ellen sakit hati.

Sambil menjilat bibir, William berkata dengan suara ringan, "Aku berjanji menuruti 3 permintaanmu tanpa syarat"

Tiga permintaan.................

Mata besar Ellen yang basah memancarkan cahaya, jelas hatinya sudah merasa tersentuh.

"Boleh?" William mengangkat tangannya dan mengelus sudut mata Ellen dengan lembut.

"........boleh!" Ellen hanya merasa ragu selama tiga detik.

Tiga permintaan?

Godaan ini terlalu besar.

Otak Ellen mungkin sudah rusak kalau dia tidak setuju.

Hanya saja............

"Selain ini, kamu masih harus menjanjikan satu hal kepadaku" Ellen berkata dengan nada suara pasti.

William senyum dengan hangat, jarinya turun dari sudut matanya dan bermain dengan rambutnya, "Coba katakan"

"Lain kali tidak boleh begitu lagi" Setelah berkata, pipi Ellen langsung memerah.

"Bagaimana?" Melihat ekspresi William, sepertinya dia beneran tidak mengerti apa maksud Ellen.

Telinga dan leher Ellen memerah, setelah menatap William beberapa detik Ellen baru berkata dengan malu, "Tidak boleh, tidak boleh seperti hari ini, kalau sedang marah langsung tidak peduli dengan keinginanku, terus, terus memaksa!"

Setelah berkata, Ellen ingin memasukkan kepalanya ke dalam selimut lagi.

Tetapi dia tidak berani melakukannya, dia hanya terus menatap ke William dengan ekspresi bertekad dan pipi memerah.

Seolah-olah sedang memberitahu William kalau dia berani seperti ini lagi, Ellen tidak akan menerima dan tidak akan memaafkannya!

Sementara William mengerutkan alisnya dan menjilat bibirnya, "Aku bisa menjanjikanmu, tidak memaksamu. Tetapi aku adalah pria yang normal, aku memiliki kebutuhan sehingga aku perlu melakukan hal ini, waktu aku ingin kamu harus kerja sama denganku dan memberikannya untukku, kamu tidak boleh mencari alasan untuk menolak"

Telinga Ellen memerah, dia merasa pernapasannya sangat panas dan tidak tahu harus berkata apa.

Sejujurnya, Ellen tidak pernah berpikir suatu hari dirinya bisa membicarakan hal seperti ini dengan William dengan cara begitu terus terang.

Hal ini menyebabkan Ellen merasa tidak tahu harus bagaimana ketika dia mendengar permintaan William yang terus terang, Ellen merasa agak tidak nyaman.

Sebenarnya William juga merasa tidak seberani yang dia terlihat sekarang, waktu berkata tentang itu dia juga gelisah akan melihat ekspresi jijik dan menolak di wajah Ellen.

Tetapi untungnya.

Selain terlihat canggung dan malu, Ellen tidak terlihat merasa jijik yang William gelisah.

William menyipitkan matanya dan diam-diam menghela nafas lega sebelum melihat Ellen dengan tatapan cahaya dan berkata dengan suara lembut, "Ellen, aku tidak menganggapmu adalah anakku, di mataku, kamu adalah seorang wanita, wanita milikku, kamu adalah... istriku"

Istri,,,,,,,,,,,,

Ellen melihat ke arah William, "Paman ketiga........"

"Panggil namaku" William tiba-tiba berkata.

"........." Mata Ellen hampir saja loncat keluar, dia merasa sangat kaget.

William menyipitkan matanya dan membungkukkan badannya.

Ellen merasa ketakutan dan mundur ke belakang secara refleks.

Tidak menyangka Ellen bergerak terlalu kuat dan jatuh ke atas tempat tidur yang di belakangnya.

Sementara William juga langsung menekan Ellen di bawah tubuhnya.

Ellen menelan air liurnya dan tidak berani melihat ke arah William.

William mendekatkan dirinya dan menyentuhkan hidungnya dengan hidung Ellen, matanya menatap ke wajah Ellen yang kecil dengan tatapan bercahaya dan berkata dengan suara serak, "Di tempat yang hanya ada aku dan kamu, panggil namaku saja, oke?"

"............" Kalau beneran mau pun Ellen harus bisa memanggil namanya saja!

Setelah memanggil William paman ketiga belasan tahun, sekarang tiba-tiba memanggil nama......... terlalu sulit untuk Ellen!

"Coba panggil sekali!" William memancing.

Ellen, "........." Dia benar-benar tidak bisa!

William menjilat bibirnya dan mencium bibir Ellen sebelum berkata, "Panggil namaku, atau........ sayang, kamu pilih"

Benar-benar semakin parah!

Perubahan sifat ini terlalu berat untuk kemampuan penerimaan Ellen.

Wajah kecil Ellen terlihat sangat tegang, suaranya juga bergetar, "Surat, surat nikah itu, kamu kapan mengurusnya?"

Karena tidak bisa memanggil nama ataupun sayang, Ellen memilih untuk mengganti topik.

"Hari ulang tahunmu ke 18" William juga tidak peduli dengan penggantian topik yang mendadak ini.

Masalah ini memang harus diproses secara perlahan.

William harus membuat Ellen memiliki kesadaran dulu, yang lain, semuanya akan berjalan lancar di masa depan.

Jadi, William tidak merasa terburu-buru.

Tuhan!!

Ellen melirik ke William dengan ekspresi sama sekali tidak bisa menerima jawabannya!

Hari ulang tahun ke 18, Ellen baru saja menjadi dewasa langsung ditarik pergi mengurus surat nikah oleh William! Seberapa tidak sabar pria ini?

"Kamu, mengapa kamu begitu?" Ellen sangat marah sampai ingin menangis lagi.

William sibuk memeluknya dan memutar balik badannya untuk berbaring di atas tempat tidur, sementara Ellen bersandar di atas tubuhnya.

Hal ini membuat Ellen merasa kaget dan panik sehingga lupa menangis.

William mengangkat sudut mulutnya dengan puas dan mengelus bagian belakang Ellen sambil berkata dengan nada suara santai, "Cepat atau lambat tetap harus menikah, kalau begitu mengapa tidak mau lebih cepat saja?"

Apakah ini hanya masalah cepat atau lambat?

Mengurus surat nikah itu masalah besar, apakah William pernah berpikir tentang perasaan Ellen?

Surat sudah terurus tanpa pengetahuan Ellen, Ellen merasa seolah-olah tidak penting apakah dirinya mengetahui hal ini atau tidak.

Kepalan tangan Ellen mengerat, dia memejamkan matanya dan menatap ke arah William dengan wajah berpura-pura tenang, kemudian berkata sambil menggigit giginya, "Kalau bukan masalah hari ini, kamu bermaksud kapan baru mau memberi tahuku, bahwa aku seorang Gadis tiba-tiba menjadi wanita yang sudah menikah?"

Gadis menjadi wanita menikah........

William tertawa dengan ringan, "Tidak tahu"

Tidak tahu.........

Dia berani menjawab tidak tahu?

Ellen melihat ke arah William dengan wajah tidak percaya.

Novel Terkait

Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu