Hanya Kamu Hidupku - Bab 435 Anak Nakal Yang Minta Dipukul

Melihat William mendekat, Ellen tidak menghiraukan wajah tampannya yang memasang ekspresi tegang, bersenandung dan membuka selimut sambil tersenyum.

William hampir tidak bisa menahan tawa saat melihat tingkahnya itu.

Situasi Ellen saat ini dapat digambarkan dengan beberapa kata, yaitu seperti bocah kecil yang mendapatkan sesuatu yang besar.

William melepaskan sandal dan berbaring ke ranjang, tetapi dia sengaja berjaga jarak dengan Ellen agar kesejukan tubuhnya tidak tertransmisikan ke Ellen.

Ellen melepas earphone dari salah satu sisi telinganya, paras cantik agak mendongak, memasangkan salah satu earphone tersebut ke telinga William.

Ritme lagu Inggris yang cepat dan ringan memasuki telinga, William mengerutkan kening, menilik Ellen.

Satu tangan Ellen memegang lengan William, mata besar menatapnya sambil bernyanyi dengan volume kecil.

William menyipit tanpa berbicara, bersandar di tempat tidur dan fokus menatap Ellen.

Satu lagu berakhir.

Ellen berinisiatif geser ke sisi William, sebagian besar tubuhnya menindih badan William, kepala bersandar di bahu William, masih menyenandungkan lagu yang sama.

William menatap wajahnya yang cantik dan rileks, tangan besar bergerak turun tanpa sadar, meremas daun telinganya yang mungil.

Ellen mengangkat dagu dan memperlihatkan barisan gigi putinya pada William, kedua mata membentuk bulan sabit, terlihat sangat menyenangkan.

William tidak bisa menahan diri untuk mencium keningnya, lupa total bahwa dirinya harus berpura-pura serius, suara yang dikeluarkannya amat lembut, “Apa yang kamu nyanyikan, sangat tidak enak didengar.”

Dulunya, Ellen pasti akan meledak ketika dibilang demikian.

Tapi Ellen bukannya marah pada saat ini, tapi malah ingin tertawa.

Dia benar-benar tertawa, bahkan meninggikan leher untuk mencium dagu William, sengaja bernyanyi lebih keras.

William menggelengkan kepala, memandangnya dengan penuh pemanjaan, “Kamu tidur seharian siang tadi, sekarang kamu tidak bisa tidur dan mau menggangguku?”

Ellen tersenyum sambil mengangguk

William mencubit dagunya, “Kekanak-kanakkan. Jika aku membawamu keluar, siapa yang percaya bahwa kamu sudah menjadi ibu dari empat anak?”

“Semakin tua seseorang, sifat dan kelakuannya semakin mirip dengan anak kecil. Betapa baiknya aku terus mempertahankan sifat kegadisanku.” Ellen mengangkat alisnya dan berkata dengan bangga.

“Heh.” William berdengus, “Sifat gadis? Apakah kamu masih gadis?”

“Aku baru berumur 22 tahun sekarang, belum mencapai 23, jadi aku masih termasuk gadis.” Ellen mengulurkan tangan dan merangkul leher William, berkata dengan lantang.

William mengangkat alis, “Kalau kamu masih gadis, bagaimana dengan aku?”

Ellen terkekeh-kekeh, “Om!”

Wajah William memuram, mengertakkan gigi sambil memelototi Ellen.

“Paman ketiga…”

“Mulai hari ini, jangan memanggilku Paman ketiga, panggil aku sayang!” Ujar William.

Ellen menyeringai, bertanya dengan sengaja, “Paman ketiga, mengapa tidak boleh memanggil Paman ketiga?”

“Bocah jahat.”

Willian sangat marah, menunduk dan menggigit hidung Ellen.

Sama sekali tidak sakit.

Tapi Ellen berteriak kesakitan dengan lebay.

William tidak berdaya, dia melepaskan gigitannya dan mencium ujung hidung Ellen.

Ellen menatap William tanpa menggerakkan bola mata, perasaan mendalam dan keterikatan mengalir keluar dari matanya tanpa sisa, memanggil dengan penuh perasaan dan kelembutan, “Sayang ~”

William menatap mata Ellen, bibir tipis bergeser perlahan dari ujung hidung ke bibir Ellen, membungkam bibirnya dengan lembut, “Iya.”

Ellen memejamkan mata dengan nyaman, merasakan ciuman William yang lembut dan hangat, “Aku sangat bahagia sekarang, begitu bahagia hingga membuatku takut.”

“…….Takut?”

“Iya, takut. Aku takut perasaan bahagia saat ini terlalu kuat dan aku akan sulit mendapatkan kebahagiaan seperti ini di masa depan. Aku khawatir kebahagiaan masa depanku habis dinikmatiku di masa sekarang.” Kata Ellen dengan nada kekanak-kanakan.

Jari William berputaran di pipi lembut Ellen.

Setelah keheningan sejenak, barulah dia berkata perlahan, “Kalau begitu, kita berusaha bersama untuk menjalani setiap hari dengan kebahagiaan yang melebihi kebahagiaan saat ini."

Bulu mata Ellen bergetar, dia membuka mata, dan menatap lembut pada William.

Ketika matanya bertatapan dengan mata hitam William yang dalam, Ellen tiba-tiba merasa bahwa kekhawatirannya tadi sungguh tak berguna.

Ada William dan anak-anak di sisi, bagaimana mungkin dia tidak bisa merasakan kebahagiaan lagi?

Dia akan lebih bahagia di setiap hari mendatang, lebih bahagia dari sekarang.

Ellen tersenyum, memeluk leher William dan mencium pipinya.

“Bisakah kamu tidur?” Tanya William dengan lembut.

“Aku tidak tahu.” Bola mata Ellen berputar.

“Tidak tahu?”

William mengangguk, memapah Ellen agar dia bisa duduk dengan nyaman, lalu dirinya sendiri juga duduk tegak, wajah memasang keseriusan saat menghadap Ellen.

Bulu mata Ellen berkedip beberapa kali, tubuhnya agak tercondong ke belakang, menatap William dengan polos, berbisik, “Sayang, aku tiba-tiba merasa mengantuk. Ayo tidur.”

“Duduk tegak!”

Seru William.

Ellen segera duduk tegak, dan menatap William dengan patuh.

William menyipitkan mata, “Adakah hal yang ‘tiba-tiba’ ingin kamu katakan padaku?”

"... Sayang, coba beri aku sedikit petunjuk." Ellen mengerucutkan bibirnya, berkata dengan serius.

William mendengus dingin, “Ellen Nie, kamu sungguh nakal dan minta dipukul!"

“Aku sedang hamil, tidak boleh dipukul.” Ellen bergumam.

“Kamu masih ingat bahwa dirimu sedang hamil?” William berkata dengan suara berat.

Ellen langsung menunduk, menunjukkan tampang tahu bersalah disertai gelisah.

“... Sayang, dengarkan penjelasanku.” Ellen perlahan mengangkat kepalanya.

William menatapnya, tidak menyuruhnya untuk memberi penjelasan, juga tidak menyuruhnya diam.

Ellen menyusun kata-kata di dalam hati, berkedip, “Pada awalnya, aku benar-benar mendengarkanmu dan tidak berencana untuk ikut campur dalam masalah ini. Tapi kejadian Venus membunuh Mumu di depan Nyonya Rinoa memberiku peringatan. Peringatan ini membuatku berpikir bahwa keberadaannya adalah bom waktu bagiku, tidak tahu kapan bom itu akan meledak dan melukai aku ataupun orang yang aku sayangi.”

William hanya mendengarkan, tidak bersuara.

Ellen diam selama beberapa detik, melanjutkan, “Dari empat tahun lalu sampai sekarang, aku selalu menjadi paku yang dipukuli terus menerus, selalu menjadi orang yang ingin disingkirkan mereka. Semua hal yang terjadi dalam beberapa tahun ini selalu berputar di depan mataku. Mereka membuatku sadar bahwa aku tidak boleh lagi duduk diam tanpa melakukan apa-apa. Aku tidak boleh menunggu sampai Venus menyakitiku atau orang lain di sekitarku baru berpikir bagaimana cara menghadapi Venus. Aku tidak bisa menerima segala bentuk celaka yang dirancang Venus. Jadi aku hanya bisa memilih untuk menyerang daripada diserang. Dengan demikian, setidaknya aku masih memiliki kendali.”

“Kamu tidak percaya bahwa aku bisa menangani masalah ini.” Kata William.

Ellen segera menggelengkan kepala, "Tentu bukan begitu. Sayang, bagiku kamu adalah orang yang yang paling hebat di dunia ini."

“Kamu baru teringat untuk menyanjungku sekarang, bukankah itu tampak munafik?” William berdengus.

“... Aku mengatakan isi hatiku yang sebenarnya, dari mana asal sanjungan itu? Apakah kamu tidak merasa dirimu hebat?” Ellen menatapnya dengan cemberut.

Balasan Ellen cukup lihai.

Bagaimanapun juga.

William tidak mungkin mengakui bahwa dirinya tidak hebat, bukan?

William tersenyum.

Ellen juga memberinya senyuman, mengulurkan tangan dan meraih lengan William, berkata dengan lembut, “Sayang, alasanku memilih untuk tidak memberitahumu rencanaku adalah karena aku ingin menangani Venus sendirian. Dia bersembunyi di sisi gelap dan mencelakaiku berkali-kali. Jika aku tidak melawannya sendiri, dia benar-benar akan menganggapku lemah! Selain itu...”

Ellen melirik William, suaranya mengecil, “Kamu tidak pernah memberitahuku rencanamu dalam penanganan Venus, aku tidak tahu apa aksimu dan kapan kamu akan beraksi. Pada saat yang sama, kamu tidak ingin aku ikut campur dalam masalah ini, jadi aku tidak berani bertanya padamu tentang masalah ini karena takut kamu akan memarahiku. Tidak apa-apa walau kamu memarahiku, takutnya setelah kamu memarahi aku, kamu tetap tidak mau memberitahuku. Kalau begitu, aku akan sia-sia dimarahi.”

William mengerutkan kening, “Jadi kamu merahasiakannya dariku, mencari segala cara untuk menghubungi Thomas guna meminta tolong padanya agar meminjamkan Ghost untukmu?”

“Tidak….”

“Tidak?”

“Bukan, aku tidak menyangkal bahwa aku menghubungi Paman Mu. Maksudku, aku hanya meminta Paman Mu untuk membantuku, tapi aku tidak meminta Paman Mu untuk meminjamkan Mas鬼 padaku.” Kata Ellen.

William, “...” Apa keperluan menjelaskan ini.

“... Aku tahu Pak Ghost adalah pengawal pribadi Paman Mu, biasanya Pak Ghost dan Paman Mu tidak pernah berpisah. Begitu Paman Mu meminjamkan Pak Ghost untukku, maka tidak ada pengawal lagi di sampingnya. Jika ada orang yang mengambil kesempatan ini untuk mencelakai Paman Mu, maka Paman Mu akan sangat berbahaya.” Ellen mengerutkan kening, berkata dengan merasa bersalah.

Mendengar ini, William akhirnya mengerti mengapa Ellen harus menjelaskan itu.

“Setelah aku tahu bahwa orang yang ingin dipinjamkan Paman Mu padaku adalah Pak Ghost , aku meminta Paman Mu untuk menganti orang lain, tetapi Paman Mu mengabaikanku ..." kata Ellen dengan canggung.

William sekilas melihatnya, “Thomas bahkan meminjamkanmu Ghost , kamu masih mempermasalahkan bahwa dia mengabaikanmu?"

Mereka tahu jelas betapa pentingnya Ghost bagi Thomas.

Thomas meminjamkan Ghost kepada Ellen sudah cukup menggambarkan pentingnya Ellen baginya.

Ellen menjadi lebih canggung, “Aku tidak mempermasalahkannya ...”

Bagaimana mungkin dia mempermasalahkan hal itu? Dia hanya merasa sedikit canggung untuk memberi tahu William tentang ini.

Dia pastinya bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, bukan?

William menatap wajah merah Ellen, berkata, “Thomas pastinya mempunyai pertimbangan dan kekhawatiran tersendiri saat meminjamkanmu Ghost . Dia mungkin merasa lebih aman untuk meminjamkanmu Ghost daripada orang lain. Bagaimanapun, kamu lagi hamil, bagaimana kalau terjadi sesuatu yang tak terduga? Kamu tahu betapa pentingnya Ghost bagi Thomas, kamu juga telah mengusulkan agar Thomas meminjamkanmu orang lain saja, jadi Thomas tahu bahwa kamu khawatir padanya. Dia mengabaikanmu karena tidak peduli apa pun yang kamu katakan, dia tidak akan mungkin menggantikan Ghost untuk membantumu. Mengerti?”

Ellen terharu, mengangguk, “Mengerti, aku benar-benar tidak mempermasalahkannya."

William masih menatap Ellen dengan ekspresi tegang, “Selain kedua alasan ini, apakah tidak ada alasan lain?”

“...” Ellen terbengong sejenak, menatap William, “Alasan apa?”

“Kamu ingin menangani Venus untuk membalas dendammu sendiri dan khawatir aku tidak setuju dengan kamu yang ingin ikut campur dalam masalah ini, apakah masih ada alasan lain?” William bertanya.

Ellen merapatkan bibir, menatap William tanpa berkedip, menggelengkan kepala setelah beberapa detik kemudian.

William menyipitkan mata, “Yakin?”

Ellen diam selama beberapa detik lagi. Kali ini, dia mengangguk, “Ada satu lagi.”

“…..”

Novel Terkait

Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu