Hanya Kamu Hidupku - Bab 287 Jangan Sampai Ellen Tahu

Apakah dia kedengaran salah, dia merasakan suara nenek, sedikit gemetar....

“ Nenek, apakah nenek kurang sehat? “ Ellen berkata.

“ ......tidak. Nenek sehat sekali. “ Nurima berkata lembut.

Kali ini nada suara dari Nurima, seperti biasanya.

Ellen mengerut alis mata, “ Nenek, kalau nenek kurang sehat, jangan ditahan, bagaimana selera makan nenek belakangan ini? apakah jumlah makanan nenek masih baik-baik?”

“ Masih baik, semuanya masih baik. “ Nurima berkata senyum.

Mendengarnya, kekhawatiran Ellen berkurang, “ ......Nenek, apakah dirumah segalanya masih baik-baik?”

“ Baik, semuanya baik. Anak yang bodoh. “ Nurima berkata sambil menghelakan nafas.

“ Nenek, ada apa mesti beritahu aku. “ Ellen berkata dengan khawatir.

Nurima berhenti sejenak, tertawa dua kali, berkata, “ Dimana Tino dan Nino mereka berdua?”

Ellen menaikkan lehernya melihat keluar villa, melihat keduanya bermain gembira, kekhawatirannya dilapis dengan kelembutannya, dengan lembut berkata, “ mereka lagi bermain sepak bola dengan semangat, nenek, nenek mau bicara dengan mereka berdua?”

“ Tidak. Biarkan mereka bermain. “ Nurima berkata.

Ellen menaikkan sisi mulut, dengan tubuh yang miring menyandar di sofa, mengobrol dengan Nurima.

Sumi duduk di sofa, meletakkan kedua tangannya diatas kaki, melihat ke layar televisi, tetapi kedua matanya menyusut.

.......

Kota Rong. Villa Air Jernih.

Berkomunikasi lewat telepon dengan Ellen sekitar 20 menit, Nurima mencari alasan untuk menutup telepon..

Setelah melepaskan gagang telepon, dengan muka yang pucat, Nurima segera berdiri berjalan menuju ke sisi lain sofa, mendekati pria yang duduk di sofa, “ anak, sakit sekali?”

Pria yang disofa, Kaos hitam sebelah kiri dinodai darah yang menbuat kaosnya kelihatan lebih gelap, menempel basah di bahunya.

Rambut pendek pria itu berkeringatan basah, dengan muka dingin dan sedikit suasana pembunuhan, mendengar kata nenek, pria itu menaikkan kelopak mata, melihat ke nenek dengan pandangan penuh kemarahan, dengan nada suara serak, “ nenek, kesakitan seperti ini tidak apa-apa, aku bisa menahannya, jangan khawatir.”

Nurima duduk disebelahnya, meletakan jari tangannya yang gemetaran di kaos penuh darah, menahan air mata dan berkata, “ seandainya Agnes mengetahui kamu terluka seperti ini.........”

“ Jangan beritahu dia!” William menutup bibirnya yang pucat putih, dengan suara rendah berkata.

“ Aku tahu. “ Nurima diam sejenak, menganggukkan kepala dan berkata.

William menutup matanya, disisi matanya mengalir setitik-titik air keringat.

“ Sial, Kenapa Dokter belum datang?!”

Samir melihatnya, dengan emosi berteriak.

Dengan alis mata yang gelap, William menbukakan matanya dan menatap ke Samir dengan serius.

Samir menggarukkan rambutnya dengan tidak sabar!

Frans duduk disofa dengan muka seram, menatap tajam ke bahu William, walaupun tidak emosional seperti Samir, tapi kelihatannya dia juga tidak sabar.

Eldora melihat mereka beberapa kali, berdiri menuju ke arah telepon, mengambil gagang telepon dan menelepon ke dokter keluarga Nie.

Nomor belum sempat diputar, terdengar suara ngerem mobil dari arah luar villa.

Tangan Eldora bergerak sejenak, berkata, “ Seharusnya Chen yan datang dengan dokter.”

Frans berdiri dari sofa, melangkah ke tempat William, meletakkan satu tangan William ke bahunya, mengangkat William dari sofa menuju ke lantai atas.

Frans dengan menarik ke arah seorang dokter masuk ke dalam villa.

Eldora terkejut sejenak, berdiri dari sofa, melihat ke muka dokter yang pucat, menatap ke Dorvo.

Dorvo tanpa berkata apa-apa, menarik dokter menuju ke lantai atas.

Samir dengan langkah yang besar ikut ke atas.

Eldora menghelakan beberapa kali nafasnya, berjalan ke arah Nurima yang terkejut, membantunya ke lantai atas.

...............

Ruang Tamu.

Tanpa persiapan, dokter dijemput paksa oleh Dorvo ketika lagi praktek.

Ketika melihat William yang berbaring di tempat tidur penuh darah, terasa sangat tidak berdaya.

prak prak.

Dorvo membawa kotak warna coklat dengan isi aneka pisau operasi dan membuangnya di meja tempat tidur, dan mengambil kotak P3K dengan isi aneka alat desinfeksi dan obat hemostatik, dengan muka diam menatap ke dokter, “ Kalau Aku, Dorvo, ada kesalahan, mohon maaf dokter, kamu adalah dokter, menyembuhkan dan menyelamatkan orang adalah kewajiban dokter, jadi, tolong ya.”

Dokter ketakutan.

Siapa bisa memikirkan orang liar seperti dia yang membawa paksa ke sini masih bisa berkata “ sopan” ?

Dan, di Kota Rong tiada yang tak kenal Dorvo.

Dokter menatap ke William yang di tempat tidur, dan menatap ke Dorvo, menggigit bibir, “ Aku berusaha.”

“ Tolong.”

Dorvo mundur, memberi ruangan untuk dokter.

Dokter berdiri di sebelah tempat tidur, diam sekitar 10 detik menenangkan hatinya, baru mengambil gunting, memotong lengan kaus William.

Lengan kaos terbuka, dan ada tumpukan kain di lukanya.

Tumpukan kain itu penuh dengan darah, diperkirakan bisa diperas setengah mangkok darah.

Dorvo tidak sembarangan memanggil dokter.

Itu adalah dosen profesional di rumah sakit, melihat keadaan ini, walaupun terkejut, tetapi tangan tidak gemetaran.

Dengan hati-hati dokter mengambil tumpukan kain itu. Samir mereka melihat darah yang mengalir di bahu William.

Samir mengepalkan erat-erat kedua tangannya.

Dokter menatap ke luka di bahu William, melihat jelas dua detik, terkejut, “ Ini adalah luka pistol.......”

Kata-kata selanjutnya, dokter tidak berani berbicara lagi.

Sepasang tangan mulai gemetaran.

Dorvo melihatnya, dengan waktu yang sesuai berkata, “ Kamu adalah dokter, kewajiban kamu adalah menyelamatkan orang. Kamu selamatkan orang ini, aku akan mengatur seseorang untuk mengantar kamu pulang.”

“ .......”

Dokter menghelakan nafasnya, membalikkan kepala menatap ke kedua mata Dorvo yang merah, menunggu kepastian.

Dorvo mengedip mata, “ Kamu bisa percaya aku.”

“ .....Baik!”

Dokter berkata.

Luka bahu William tidak hanya satu, tapi ada dua.

Salah satu adalah melewati tulang bahu, perlu dijahit untuk menghentikan darah.

Satunya lagi perlu mengeluarkan peluru, baru meneruskan tahap berikutnya.

Walaupun dokter jarang menangani luka seperti ini, tetapi mereka trampil dan teratur.

Walaupun tempat Dorvo ada alat operasi dan obat medis, tetapi tidak ada obat bius.

Sewaktu mulai melakukan penjahitan luka William, dokter masih mengingatkannya.

Setelah mengetahui daya tahannya yang sangat kuat, menahan sampai mukanya berubah hijau ungu, tidak teriak sakit sekalipun.

Jadi akhirnya, dokter tidak mengingatkan dia lagi, gerakan tangannya jadi berani.

Kira-kira sekitar 1 jam, dokter baru selesai menangani luka bahu William.

Dorvo menepati janjinya, menyuruh Arale mengantar dokter keluar dari villa.

.......

“ William, apakah kamu masih baik-baik saja?”

William menatap ke bahu kirinya, dengan dingin berkata, “ masih belum mati.”

Sewaktu dokter menangani luka William, Nurima dan Eldora berada situ.

Pertama kali Nurima melihat situasi yang penuh dengan darah, ketakutan dihatinya ada selalu tanpa mereda, rasa bersalah dan kekhawatirannya pada William makin bertambah.

Eldora mengikuti Boromir beberapa tahun, kejadian seperti ini sudah banyak dia lewati.

Tapi ini yang pertama kali, melihat orang yang mempunyai daya tahan kuat seperti William, perasaan hati tergencar.

“ Kali ini, utang dulu!”

Dorvo menatap ke William, dengan dingin, berkata.

Kali ini, dia berencana untuk membasmi Boromir sepenuhnya.

Waktu tak lama, mendapat informasi Boromir mempunyai sejumlah narkoba masuk semalam, karena mutu narkoba kali ini lebih bagus dari sebelumnya, ditambah dengan jumlah yang besar, Boromir akan melaksanakannya sendiri.

Dorvo memberikan informasi ini kepada polisi.

Boromir licik, jika Boromir dikelilingi polisi, ia tidak memiliki peluang kemenangan, dia tidak akan menyerah, dia akan berjuang sepenuhnya.

Kalau tidak, dengan jumlah narkoba yang diterima kali ini, kalau dia ditangkap polisi, dia tidak akan menemukan jalan keluar.

Anak buah Boromir sangat setia, pada waktu ini, mereka akan berjuang untuk melindungi Boromir lolos.

Seandainya polisi ingin menangkap Boromir, tidak begitu mudah.

Mempertimbangkan banyak kebocoran, Dorvo mempersiapkan terlebih dahulu pasukan tersembunyi di lokasi penerimaan narkoba Boromir.

Seandainya Boromir lolos dari penangkapan polisi, pasukan yang diaturnya akan turun tangan.

Tapi dia tidak terpikir.

Boromir memang menerima narkoba semalam, lokasi dan waktu sudah benar.

Tetapi setelah Boromir menerima narkoba, dan menyuruh orang untuk mengantar keluar, anggota polisi belum datang juga.

Dan, Boromir seperti mengetahui rencana mereka, dengan pistol yang tepat sasaran kepada pasukan yang diaturnya, pong pong buka dua kali peluru.

Orang disekitarnya menyangka keberadaan mereka sudah diketahui, di situasi tanpa persetujuannya, berlari menuju ke arah Boromir.

Sesaat itu, suara pistol bagaikan hujan, merintis disituasi yang gelap.

Pasukan dia mengelilingi Boromir, tapi dibelakang mereka datang sepasukan orang.

Dorvo mengetahui sifat licik Boromir.

Jadi, rencana kali ini dia melaksanakan dengan hati-hati dan seksama, walaupun tidak bisa menangkap Boromir, tetapi bisa memperkecilkan kekuasaan Boromir di Kota Rong.

Saat itu, Boromir ingin menguasai keluarga Nie, tergantung dia mau tidak memberikan kesempatan kepadanya.

Jadi setelah rencana ini gagal, Dorvo malah jadi sasaran.

Dorvo mengakui sewaktu itu dia merasa terkejut, dan kacau.

Boromir datang dengan persiapan, tertuju kepada pasukan Nie, tidak lama semua orang di tangkap Boromir.

Dan Bagian Dorvo, sisa hanya dia, Arale dan dua orang teman.

Situasi begini, terhadap Dorvo berempat, diantara jalur mati dan hidup.

William muncul disaat situasi yang tepat..

Orang yang muncul bersamanya sekitar 8 sampai 9 orang.

Dua diantaranya adalah Samir dan Frans, satu diantaranya, mimik muka 2-3 hampir sama dengan William, jadi Dorvo berpikir, ini kemungkinan adalah anak pertama keluarga Dilsen, Demian Dilsen.

Mereka muncul bagaikan satu tim, dengan ketua tim Demian, lainnya mendengar arahan ketua tim.

Didalam tim, mereka dengan badan yang tegap, satu bisa lawan 10, dan dengan kerjasama yang serasi, mengelilingi Boromir sepuluhan orang. tiap dari mereka dengan pemakaian alat senjata mereka, perilakuan dan ketangkasan mereka dengan penuh keyakinan.

Karena kemunculan Demian, situasi jadi berubah, dari kemenangan Boromir berubah menjadi Dorvo..

Novel Terkait

His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu