Hanya Kamu Hidupku - Bab 199 Tidak Menyesal

Akhirnya dia masih hidup, namun wanita yang paling dia cintai, telah pergi selamanya.....

“Pertunjukkan” ini akhirnya selesai pada jam dua tengah malam.

Mila memapah Louis masuk kembali ke kamarnya, meskipun Demian khawatir dengan situasi keluarganya saat ini, namun..... dia tetap harus pergi.

Hansen menyuruh William ikut masuk ke ruang studi.

Di ruang tamu yang besar, hanya tersisa Vania dan Gerald.

Vania duduk di sebelah Gerald, melihat wajahnya yang tidak semangat, dia tidak tahu apa yang seharusnya dia katakan.

Jadi dia duduk diam di samping Gerald.

Meskipun dia juga merasa malu dengan apa yang dilakukan Gerald, namun saat ini hanya tinggal Gerald yang masih mempedulikannya dan menyayanginya, dia tidak boleh kehilangan dirinya.

........

Dalam ruang studi.

Hansen duluan masuk ke ruang studi, dan William mengikutinya.

Begitu William menutup pintu, dia mendengar Hansen berteriak, "Berlutut!"

Wajah William yang tampan dan tegang, berbalik dan melihat wajah Hansen yang berubah hijau karena marah.

“Berlutut.”

Hansen berteriak sekali lagi.

William tahu kali ini dia benar-benar telah membuat Hansen marah, jadi dia berjalan ke tengah ruang studi dan berlutut.

Hansen memelototi William dengan tatapan penuh amarah, “Mengapa melakukan ini? Apakah kamu merasa keluarga Dilsen tidak cukup kacau akhir-akhir ini?”

William mengerutkan bibirnya, tidak berkata.

“Katakan!”

Hansen berteriak marah, mengangkat kakinya dan menendang lengan William.

Tendangan Hansen lumayan kuat, namun William tetap tidak bergerak.

William mengerutkan kening, suaranya sangat kaku, “Masalah ini memang harus dikatakan, agar dia tahu.”

“Betapa bagusnya harus dikatakan, harus dikatakan!”

Hansen sangat marah, dengan wajahnya yang suram, dia menggertakkan giginya sambil berkata sambil mengangkat kakinya menendang beberapa tendangan.

William diam-diam menahannya.

Apa yang harus dia lakukan selain menahan? Tidak mungkin dia menendang balik.

Lagipula, dengan kondisi fisik Hansen saat ini, tidak mungkin mampu menanggung tendangannya.

Setelah menendang beberapa tendangan, nafas Hansen sudah terengah-engah.

Terkadang orang harus mengakui kalau dirinya sudah tua.

Pada saat ini Hansen sangat paham tentang ini.

Hansen berdiri terengah-engah di depan William, sepasang matanya masih memelototinya.

William mengerutkan kening, setelah nafas Hansen menjadi lancar, dia berkata, “Aku tidak dapat membiarkan Ellen terluka lagi.”

Alis Hansen berkerut, dan kemarahan di wajahnya tidak berkurang, “Bodoh! Sekarang kamu membongkar masalah ini, tidak dapat menjamin Ellen tidak akan tahu kejadian masa lalu, kalau suatu hari nanti dia mengetahui kecelakaan itu disebabkan oleh ayahmu, apakah kamu pikir dia masih akan tetap tinggal di keluarga Dilsen, dan bersamamu?”

“...... Aku tidak ingin menyembunyikannya lagi! Kertas tidak dapat membungkus api.” William berkata.

“Kamu, Kamu ingin memberitahu Ellen?” Hansen kaget.

William terdiam beberapa saat dan berdiri.

“Sudahkah aku menyuruh kamu berdiri?”

Hansen memelototinya dan berkata.

William, “......”

Hanya bisa tetap berlutut.

Beberapa detik kemudian, dia berkata, “Mamanya Ellen sudah tahu kebenaran dari kecelakaan mobil, kalau bukan dia, aku juga tidak akan tahu apa yang dilakukan Gerald dan wanita itu di jalan tol.”

Gerald?

Hansen mengerutkan kening, menatapnya dan tidak berkata.

“Bibi membenci keluarga kita, sekarang dia tidak memberitahu Ellen yang sebenarnya, karena Ellen sedang hamil. Dia khawatir Ellen tidak tahan dengan stimulasi seperti ini, ini akan melukainya dan anak-anaknya. Namun kesabarannya sangat tidak aman.”

Membicarakan ini, William tertegun, matanya yang hitam memancarkan cahaya dingin dan berkata, “Semalam Bibi melihat Gerald bersikeras menarik Ellen pergi ke rumah sakit untuk aborsi, dan kebenciannya terhadap Gerald telah mencapai puncak. Suatu hari nanti, kalau Gerald melukai Ellen lagi, aku khawatir bibi tidak akan menahannya lagi.”

Daripada membiarkan Ellen mengetahuinya dari mulut orang-orang di sekitarnya, lebih baik dia yang mengatakannya secara pribadi, dan saat itu, inisiatif masih di tangannya sendiri.

Hansen mendengar perkataannya, dia hanya menangkap satu kalimat, “Kamu bilang semalam ayahmu pergi ke villa dan memaksa Ellen pergi ke rumah sakit untuk aborsi?”

Suara Hansen agak rendah, karena tidak pasti, jadi nada suaranya terdengar ragu.

Pandangan William berkedip, "Ya."

"Bajingan! Manusia yang lebih buruk daripada binatang!"

Hansen sangat marah, gerakannya pun ikut tak terkendali.

Ketika berteriak, dia menghentak lantai dengan satu kaki, seolah-olah yang dia injak bukan lantai, tapi si Gerald.

William melihatnya, matanya menyipit, dan terus berkata, “Apa yang bibi katakan tidak salah, Gerald seharusnya tahu kebenaran dari kejadian tahun itu. Dia dan Ellen menanggung kesedihan atas kematian tragis suami dan ayahnya, tetapi Gerald malah hidup tenang dan bahagia tanpa mengetahui apapun. Ini sangat tidak adil.”

Hansen menatap William.

“Sekarang setelah mengetahui dirinya menyebabkan keluarga Ellen hancur, dia malah masih mempersulit dan menyakiti Ellen, dia benar-benar tidak layak menjadi manusia!” Hansen menggertakkan giginya berkata.

“......” Hansen mengerutkan kening, meskipun sudah mengetahui alasan William melakukan hal ini, namun hatinya masih tidak dapat menerimanya.

“Tidakkah kamu takut ibumu benar-benar sedih, dan bercerai dengan ayahmu? Apakah kamu tidak peduli kalau keluarga kita hancur?” Hansen berkata.

Di usia segini, dia sudah tidak memiliki keinginan lain, dia hanya berharap keluarganya harmonis, anak-anak dan cucu selalu bersamanya dan menikmati kegembiraan keluarga.

Dan hal yang paling tidak ingin dia temukan adalah situasi keluarga Dilsen saat ini.

“Kalau aku benar-benar ingin menghancurkan keluarga ini, maka apa yang diketahui ibuku hari ini tidak hanya kebenaran dari kecelakaan mobil tahun itu, tapi.......”

“Kamu berani!”

Wajah Hansen berubah, memelototi William dengan wajah tegang, “Mamamu mengetahui hal ini, hasil terburuknya hanyalah perceraian. Tetapi kalau hal itu...... ibumu, pasti tidak dapat hidup!”

Bibir William menjadi putih, “Aku tentu tahu pukulan seperti apa yang akan menimpa Ibuku.”

Kalau bukan karena jelas mengetahui ini, bagaimana mungkin William hanya membiarkan Louis mengetahui kebenaran tentang kecelakaan mobil tahun itu.

Melihat penampilan William yang tegas, Hansen memejamkan matanya, dan menghela napas, “Sudahlah, masalahnya sudah terjadi, Ibumu juga sudah mengetahuinya. Berdasarkan sifat ibumu, mereka suami istri seharusnya tidak akan bisa hidup bersama lagi. Beberapa tahun ini Ibumu sudah cukup sengsara, kalau dia bersikeras ingin bercerai, aku tidak akan melarang lagi.”

William menundukkan matanya, tidak berkata.

Suasana dalam ruangan menjadi sunyi.

Lumayan lama kemudian, dia mendengar Hansen menghela nafas, dan menundukkan matanya menatap William, “Meskipun kamu melakukan ini demi Ellen, tetapi masalah ini tidak boleh diselesaikan dengan begitu mudah. Kalau tidak, siapapun tidak dapat menjamin, kamu tidak akan melakukan hal yang lebih keterlaluan lagi nanti! Kamu harus berlutut di sini sepanjang malam, tidak boleh berdiri kalau langit belum terang!”

Selesai berkata, Hansen pergi meninggalkan ruang studi.

Mendengar suara pintu ruang studi ditutup, William mengerutkan kening, meletakkan kedua tangannya di atas paha, menegakkan punggungnya, dan menatap lurus ke depan dengan tatapan dingin dan tajam.

Dia tidak berdiri setelah Hansen meninggalkan ruang studi, dia benar-benar berlutut sepanjang malam.

Tidak peduli bagaimanapun, dia memang harus bertanggung jawab atas perceraian Louis dan Gerald.

Jadi dia layak mendapat hukuman ini.

Tetapi dia tidak menyesal.

……

Hari berikutnya.

Setelah bangun, Ellen langsung mencari ponsel, akhirnya dia menemukan ponselnya di tempat tidur.

Dia terburu-buru menyalakan ponselnya, tetapi dia tidak menemukan notifikasi apapun, baik itu pesan teks ataupun panggilan tak terjawab.

Ellen merasa kecewa, dan sangat kesal.

Ketika dia bilang ingin tinggal di sini selama beberapa hari, seseorang tidak mengizinkan dan mengantarnya datang dengan wajah tidak senang.

Dia menyangka dia sangat enggan, tetapi sekarang kelihatannya, hiks!

Ellen melempar ponselnya ke tempat tidur dengan kesal, mencibir dan masuk ke kamar mandi, mengambil sikat dan pasta gigi dengan kesal, dan gerakan memeras pasta gigi pada sikat gigi sangat kuat, seolah-olah sedang mencubit seseorang.

Dia benar-benar sangat marah.

Seharian tidak mendapat panggilan telepon dan pesan teks sama sekali, apa benar dia begitu sibuk?

Dia merasa kalau dia tinggal di sini dan tidak kembali lagi, William juga tidak akan memiliki perasaan apapun.

Selesai menyikat gigi, Ellen mencuci wajahnya dengan air hangat, lalu mengambil handuk bersih dan menyeka noda air di wajahnya.

Kemudian menggantung handuk di rak, menundukkan kepala menatap perutnya dan mengomel, “Ayah kalian adalah sebuah batu besar yang keras, tidak memiliki hati nurani, sampai sekarang masih belum juga menelepon kita pasangan Ibu dan putri, aku merasa hatinya sama sekali tidak memiliki kalian, dan juga aku!” (Kembar: ibu dan putri? Sepertinya akan membuat kecewa. Ibu: ......apa maksudnya?)

Ellen terus mengomel tentang seseorang yang tidak peduli pada mereka, sambil berjalan menuju ke arah ranjang, dan tidak lupa mengambil ponselnya, tidak hanya begitu, jarinya sudah menekan buku telepon, ujung jarinya yang putih menunjuk di atas kontak seseorang.

Tetapi begitu jarinya akan menekan, seseorang mengetuk pintu kamarnya.

Ellen tertegun, memegang ponselnya, memutar kepala melihat ke arah pintu.

“Ellen, apakah kamu sudah bangun?”

Venus Rinoa.

Ellen mengerutkan kening, melirik ponsel di tangannya, untuk sementara waktu, dia hanya bisa membatalkan pikiran “mengambil inisiatif untuk menelepon seseorang yang tidak meneleponnya”, meletakkan ponsel di meja samping ranjang, lalu berjalan mendekati pintu dan membukanya.

Begitu pintu dibuka, orang yang muncul di depan Ellen adalah Venus yang sudah siap untuk pergi.

Ellen tertegun melihat ini.

Venus sudah berjalan masuk ke dalam, memegang tangannya, “Sangat bagus kalau kamu sudah bangun, aku masih khawatir kamu belum bangun. Hari ini kita akan pergi ke Kuil Kwan Im, masih ingat, kan?”

“......” Sudut mulut Ellen bergetar, lalu menggelengkan kepalanya.

“Bagus kalau begitu. Cepat pergi dan ganti pakaianmu. Bibi Li sudah menyiapkan sarapan. Setelah ganti pakaiaan, segera turun untuk sarapan.” Venus berkata.

Ellen mengangguk, “Ya.”

“Aku menunggumu di lantai bawah.” Venus menggenggam erat tangan Ellen dan berkata.

“Oke.”

Setelah Venus pergi meninggalkan kamar, Ellen berdiri sejenak, kemudian pergi mengganti pakaian.

…......

Selesai sarapan, sekitar jam sembilan.

Ellen, Vima dan Venus bertiga membawa supir pergi menuju kuil Kwan Im.

Berangkat dari rumah Rinoa sampai Kuil Kwan Im membutuhkan waktu perjalanan sekitar satu setengah jam.

Kalau mengikuti rute biasanya, akan ada kemacetan lalu lintas.

Jadi supir menyarankan untuk mengambil jalan kecil dan hanya perlu satu jam.

“Jalan kecil?” Venus mengerutkan kening, menatap supir, “Apakah kamu tahu jalan?”

Supir memandang Venus dari kaca spion, ketika pandangannya tertuju pada wajah Venus, matanya berkedip dan berkata, “Tentu saja, aku sudah pernah melewatinya beberapa kali.”

“Oh. Kalau begitu lewat jalan kecil saja?”

Venus memandang Ellen dan Vima, meminta pendapat mereka.

Supir sudah bekerja hampir lima tahun di keluarga Rinoa, biasanya ketika Vima pergi selalu diantar jemput olehnya, jadi Vima lumayan percaya pada supir, jadi dia menyetujuinya.

Ellen melihat Vima setuju, dia sendiri juga tidak berkomentar.

Setelah itu, supir membawa mereka bertiga menuju ke arah jalan kecil.

Novel Terkait

Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu