Hanya Kamu Hidupku - Bab 537 Sumi Nulu, Kamu Tidak Boleh Kesini !

" Jika tidak ada masalah silakan tanda tangan, aku nanti masih ada rapat. " Untar merangkapkan kedua tangan, berkata sambil menatap wajah terkejut Pani itu.

Pani menutup kontrak, mendongak melihat Untar, " .... Presiden, aku punya satu pertanyaan. "

" Pertanyaan apa ? "

" Apakah setiap karyawan Sukajaya yang mau menerima penugasan kerja semuanya harus tanda tangan kontrak terlebih dahulu ? " Pani sebisa mungkin megendalikan perasaan keanehan dalam hatinya, tapi saat berkata, tetap terlihat.

Sebenarnya Pani tidak menampilkan apapun, tapi Untar juga tahu pemikirannya.

" Tentu saja tidak. " Jawab Untar.

" Kalau begitu ..... " Pani menunjuk - nunjuk kontrak dalam tangannya, " Apakah tugas yang menurut perusahaan sangat penting baru akan meminta untuk tanda tangan kontrak ? "

" Juga bukan. " Jawab Untar.

Pani tercengang bodoh.

Untar berdiri dari sofa, melihat ke Pani, " Alasan aku meminta kamu tanda tangan kontrak ini sudah aku katakan dengan sangat jelas saat kamu baru berjalan masuk tadi. Bagaimanapun kamu baru lulus dan baru bergabung dalam lingkungan kerja sosial, perusahaan juga belum terlalu memahami keuletan dan kesabaran ketahanan kamu. Jika dalam proses kerja, kamu tiba - tiba tidak ingin bekerja lagi karena menemukan kesulitan atau alasan yang lainnya, dan meninggalkan kekacauan ini, perusahaan harus bagaimana ? "

" Aku tidak akan mundur di tengah jalan ! " Pani sangat yakin terhadap poin ini.

Dia selama ini tidak pernah ada rasa takut akan penderitaan atau yang lainnya !

Pani mengatakannya dengan tegas,membuat Untar menatap dirinya beberapa saat.

Pada akhirnya, berkata, " Karena kamu begitu yakin, jadi apa bedanya dengan menandatanganinya ? Dan juga, kontrak ini juga menyatakan bahwa setelah tugas selesai, perusahaan juga akan memberikan kamu penghargaan sesuai aturan. Ini juga termasuk sebagai perlindungan untuk hak-hak hukum kamu. "

Pani meremas kontrak di tangannya, " Maaf presiden, berkata seperti ini sangat menyinggung perasaan, tapi kriteria berhasil menyelesaikan tugas dalam kontrak tidak terlalu jelas. Jika pada akhirnya tugas berhasil diselesaikan, tapi bagaimana jika dalam prosesnya mungkin terdapat beberapa kekurangan kecil, bagaimana perusahaan akan memutuskannya ? "

" Kamu tidak perlu begitu waspada. "

Untar berjalan keluar dari belakang meja kantor, menuju gantungan baju, " Sukajaya tidak akan pernah dengan sengaja mencari kesalahan seorang karyawan, kami akan menganalisis masalah spesifik secara rinci. "

Untar mengambil baju dan berbalik melihat Pani, " Nona Pani, kamu begitu ragu, apakah kamu takut Sukajaya akan menipu seorang karyawan ? "

" Tidak tidak, tentunya bukan begitu ! " Pani segera melambai tangan.

Untar menatap Pani dengan dingin, " Jika bukan, maka silakan nona Pani segera tanda tangan, aku masih harus pergi rapat. "

Pani masih ragu.

Meskipun yang katakan Untar masuk akal, lagipula Sukajaya adalah sebuah perusahaan yang besar, juga tidak perlu mempersulit seorang karyawan kecil seperti dia.

Tapi dalam hati entah bagaimana dia merasa tidak tenang.

Dan malah disaat seperti ini tidak bisa mencari orang untuk berdiskusi.

" ..... Presiden, apakah kamu bisa memberitahu aku, siapa orang itu yang memilih diriku untuk bekerja untuknya ? " Kata Pani sambil menggigit bibirnya.

" Kalian akan bertemu ketika saatnya tiba. " Kata Untar.

Pani melihat Untar terus mengangkat tangan melihat jam, hatinya gelisah dan kusut.

" Apakah masih ada pertanyaan ? " Untar mengerutkan alis melihat Pani, wajah seriusnya sedikit menegang, sudah sangat tidak sabar.

Pani menarik napas dalam - dalam, mengertakkan gigi dan menghentakkan kaki, mengambil pena di atas meja kantor, dan tanda tangan.

Masa bodo.

Dia tidak mempunyai masalah ataupun dendam dengan Untar dan juga Sukajaya , Untar tidak mungkin sengaja menjebak dirinya.

Dan alasan mengapa harus membuat kontrak ini, mungkin perusahaan sungguh menganggap penting mitra kerja sama "Yang belum pernah ditemuinya " itu !

Melihat Pani sudah tanda tangan, Untar mengangkat alis melirik ke ruang lobi, dan berkata ke Pani, " Berikan kontraknya ke aku. "

Pani mengambil napas dalam-dalam lagi, berjalan kedepan Untar sambil memegang kontrak, dan memberikan kepadanya.

Melihat bentuk Pani yang waspada dan berhati - hati itu, sudut bibirnya Untar tertarik gerak sebentar, setelah menerima kontrak, melihat tanda tangan Pani, dan berkata, " Baiklah, aku pergi rapat dulu. "

" Silakan. " Kata Pani dengan hormat, " Aku juga kembali bekerja dulu. "

" Kamu, tetap berada disini. "

Untar mengulurkan tangan menghentikan.

Pani tercengang, melihat Untar dengan bingung.

Untar tidak melihat dia, mengambil kontrak itu dan berjalan keluar dari kantor.

" Presiden ..... "

Di atas kepala Pani mengambang tanda tanya huruf N, dan berlari mengejar Untar dua langkah.

Tepat di saat ini.

Terdengar suara pintu terbuka dari belakangnya.

Langkah kaki Pani tertahan, membuka besar matanya dan melihat ke belakang.

Yang pertama terlihat, adalah sebuah sepatu kulit hitam Galvani , dilanjutkan dengan kaki panjang dengan otot-otot ketat dibalut celana ramping, segera, seluruh sosok laki - laki itu terpapar di depannya.

Pani tiba - tiba langsung gemetar ketika melihat pupil hitam terang itu, dan membeku ditempat.

Tidak tahu apakah itu ilusinya saja, Pani merasa aliran udara didalam kantor langsung berkurang, tepat saat kemunculan wajah kurus tegas laki - laki itu.

Laki - laki itu mengenakan kemeja kerah biru muda dan celana kasual hitam, kemeja terselip dalam celana, sederhana tidak mengurangi keindahan.

Dia selangkah demi selangkah melangkah maju ke tempat Pani, setiap langkahnya seolah - olah menginjak hati Pani.

Kedua tangan Pani sejak awal sudah mengepal, dua lengan ramping tergantung erat di kedua sisi tubuh.

Tidak peduli seberapa jauh, akan ada saatnya berjalan mencapai akhir.

Laki - laki itu berhenti didepan Pani, ujung sepatu kulit hitam kakinya hampir menyentuh ujung sepatu Pani, jarak dada kedua orang, sangat dekat tidak sampai satu jari tangan.

Pani dapat merasakan semua aura dingin laki - laki itu menyusup masuk kedalam sel melalui hidung dan bibirnya.

Alis mata Pani mulai gemetaran, semakin lama semakin cepat, semakin tidak bisa dikendalikan.

" Bergetar begitu hebat, apakah aku hantu ? " Suara laki - laki itu sangat dingin.

Bulu mata Pani bergetar, wajahnya pucat hingga sedikit menghijau.

" Kenapa tidak mendongak melihat aku ? "

Suara dingin laki - laki itu mendesir di atas kepala.

Pani mengerutkan alis, kedua kakinya melangkah lurus ke belakang.

Tetapi dia mundur satu langkah, laki - laki itu maju satu langkah bahkan dengan langkah yang besar.

Lagipula perut Pani besar.

Maju mundur seperti ini, membuat perut besar Pani bersentuhan dengan paha laki - laki itu.

Pani segera menyadari ada sesuatu yang salah.

Gawat !

Mengepal erat kepalan tangan, mundur kebelakang dengan cepat.

Bentuknya yang seperti tersandung, ditambah dengan perutnya yang besar, terlihat sangat berhati - hati.

Laki - laki itu melangkah besar kedepan dengan wajah yang dingin, meraih lengan Pani.

Pani sangat ketakutan, berteriak dalam hati, berusaha melepaskan lengannya.

Laki - laki itu menggertakkan gigi, memegang tangan Pani lalu langsung menariknya kedalam pelukan, " Pani, apa yang kamu takutkan ? "

" ..... "

Laki - laki itu sudah bersamanya begitu lama kemarin, apa yang ditakutkannya ?

Pani terengah-engah dan berkata, " Lepaskan aku ! "

" Jika aku tidak mau ? " Sumi menggenggam lengan Pani dengan kuat.

Pani menunduk, setelah bernapas dengan baik sebentar, memejamkan mata dan berkata, " Sumi, ini adalah kantor presiden PT.Sukajaya, bukan tempat dimana kamu bisa berbuat sembarangan, harap perhatikan sikap kamu ! "

" Berbuat sembarangan ? " Sumi menambahkan lagi kekuatan tangan, berkata dengan seram, " Jika aku ingin berbuat sembarangan, apakah aku masih harus memperhatikan tempat ? "

" Sakit ! "

Lengan Pani tercengkram sakit hingga sedikit kram, ingin bertahan namun tak tertahankan, lalu menggigit bibirnya dan menatap Sumi.

" Begini saja sakit ? "

Kata " Sakit " Pani, sebaliknya membuat Sumi marah.

Alih-alih melepaskan, Sumi semakin mencengkram kuat lengannya, mencibir dengan suara dingin.

Lengan Pani itu bergetar dengan hebat, dahinya berkeringat, pupilnya ternyala dengan api kemarahan, melihat lekat ke Sumi, menutup erat mulutnya, dan tidak bersuara lagi !

Punya kemampuan !

Mempunyai kemampuan .. maka akan aku hancurkan tangannya yang satu ini !

Sebentar kemudian.

Keringat di dahi Pani berubah menjadi tetesan keringat besar mengalir turun dari alis dan pelipis.

Novel Terkait

That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu