Hanya Kamu Hidupku - Bab 445 Catatan Bekerja

Si Ndut berumur 3 tahun, Ellen juga sudah menamati sekolahnya lebih awal, William dari dulu juga sudah mengosongkan posisi asisten khusus untuk Ellen, awalnya mengira setelah dia tamat bisa bekerja di perusahaan Dilsen, keduanya jadi tidak akan terpisahkan lagi.

Tidak disangka Ellen sama sekali tidak menyebut tentang bekerja di perusahaan Dilsen. Tidak hanya seperti ini, wanita itu juga sudah mulai melamar pekerjaan online.

Setelah William tahu, perasaan ingin membunuh orang pun ada.

Dengan tidak mudah berjuang selama dua tahun ini, awalnya mengira masa sulitnya sudah akan membaik, namun siapa sangka wanita ini tiba-tiba mengingkari janji?

William marah dan menekannya ke salah satu sisi dinding di pintu kamar tidur, tidak tega memukul hanya bisa memberi “hukuman jasmani” saja.

Ellen hampir saja terguncang keluar, satu tangan menopang dengan erat satu tangan mengait leher pria itu, alis mata yang lembut agak mengerut, mata besar berkilauan melihat pria itu, dengan terengah-engah gemetaran berkata, “Suamiku, kamu, kamu tenang, tenang sedikit… aku, aku bisa jelaskan.”

William menunduk, dengan ganas menggigit pembuluh darah arteri di leher, “Dua tahun lalu kamu bilangnya gimana? Apa masih ingat?”

“Jangan, jangan gigit…” Ellen kesakitan sampai air mata juga sudah hampir keluar, dengan kasihan berkata, “Kamu dengar penjelasanku.”

William membenamkan kepalanya ke tulang selangka wanita itu, nafas yang berat memercik ke kulit Ellen, membuat Ellen ada semacam perasaan mau terbakar.

Ellen menelan ludah, mencengkram dengan ringan rambut di belakang leher pria itu, melihat pria itu, dengan lembut berkata, “Aku sekarang, sekarang baru tamat, aku tidak ada pengalaman kerja. Yang bisa bekerja di perusahaan Dilsen itu kalau bukan siswa teladan tamatan dari sekolah terkenal, pekerja yang sudah lama berkelut di bidang ini kemampuan bekerja sangat menonjol dengan pengalaman kerja yang lama. Aku, yang pertama pendidikanku tidak seperti mereka, ditambah pernah mengetahui beberapa hal tentang dunia bisnis dari buku saja, tidak ada pengalaman berperang yang sungguhan. Aku ingin bekerja di perusahaan Dilsen, tujuannya itu supaya bisa maju dan mundur bersama dengan kamu, membantu kamu, meringankan bebanmu. Kamu bilang aku sekarang hanya mengerti permukaan dari beberapa teori saja, kalau aku seperti ini pergi bekerja di perusahaan Dilsen, bukannya menghambat kamu?”

“Jadi aku pikir, aku lebih baik pergi ke tempat lain mencari pengalaman dulu dua tahun, tunggu sudah cukup senior, aku baru pergi ke perusahaan Dilsen membantumu. Bagaimana menurutmu?”

William menyoroti dada wanita itu menggigit dengan kuat.

Ellen sakitnya sampai gemetar, air mata juga suda merosot dan bergantung di ujung bulu mata, gayanya itu, terlihat sangat lemah dan kasihan.

William melihat wanita itu, dengan suara yang serak dan dingin berkata, ‘Kamu kira di sisiku tidak akan bisa mencari pengalaman? Kamu kira ikut denganku belajar tidak lebih bagus dibanding dengan perusahaan lain? Kamu merasa hal yang kamu tidak paham itu, orang lain bisa mengajarmu, aku tidak bisa?”

“Tentu saja kamu bisa.”

Ellen mengelus wajah pria itu, mata besar yang berair memandangi pria itu, “Aku 100 persen percaya dengan kemampuanmu. Tapi kamu memang sudah sibuk, setiap hari ada begitu banyak hal dan perjamuan yang harus kamu selesaikan dan perhatikan. Kalau saat ini kamu bos ini masih perlu mengkhawatirkan aku satu karyawan ini, benar demikian apa artinya aku karyawan ini berada di perusahaan Dilsen? Khusus untuk merepotkan bos? Aku tidak ingin seperti ini.”

William mencubit erat pinggang Ellen, mendongak, sayap hidung yang tinggi menekan wanita itu, mata hitam terus melihatnya, suaranya sangat serak, “Kamu tidak ingin seperti ini. Kalau benar demikian apa kamu pernah mempertimbangkan aku? 4 tahun, lalu 2 tahun, kamu masih mau aku tahan berapa lam?”

Ellen melihat William, hatinya muncul seuntaian rasa sakit, tangan yang mengelus wajah pria itu juga semakin lemah, “Paman ketiga, kamu lihat, kita bersama. Besok-besok masih ada 30 tahun, 40 tahun, bahkan 50 tahun, kita akan selalu bersama. Kamu beri aku 2 tahun lagi, aku hanya perlu 2 tahun. Aku jamin, aku akan berusaha sebaik mungkin membuat diriku cepat berkembang, berkembang sampai cukup untuk berdiri di sampingmu menanggung bersama angin dan hujan. Dan bukan menghambat dan merepotkan kamu.”

William melototi Ellen, dalam bola mata hitam masih tetap terbakar dengan berat kemarahan, tapi setelah mendengar perkataan Ellen, di dalam matanya jelas terlihat bertambah rasa kasihan, “Ellen, aku tidak peduli, aku tidak peduli kamu ada tidak kemampuan, bisa tidak membantuku. Yang aku peduli itu adalah saat aku membutuhkanmu, saat aku ingin kelihatan kamu, kamu bisa ada di sisiku. Kamu tahu meski kamu tidak ada memiliki apapun, cintaku terhadapmu selamanya tidak akan berubah.”

Ellen mengait erat pinggang pria itu, sepasang tangan menggendong leher pria itu, menutup mata dengan ringan, menggunakan dahi menggosok pria itu, “Aku tahu kamu tidak peduli. Aku yang peduli. Saat aku masih kecil juga sudah memikirkannya, aku besar nanti mau belajar managemen keuangan, karena aku ingin membantu kamu. Tidak ingin kamu susah sendirian.”

“Lalu perlahan tumbuh besar, keyakinan ini tetap masih tidak berubah, tapi ditambah beberapa hal lainnya. Karena aku mulai berharap, aku hidup di dunia ini ada gunanya, ada artinya. Aku seharusnya berusaha untuk mewujudkan arti dari kehidupan dan keberadaanku di dunia. Sampai terakhir setelah ada Tino, Nino, Kayhan, Si Ndut , penyemangatku untuk berjuang bertambah satu lagi.”

Ellen melihat William, dalam mata dipenuhi sinar yang berkilau, membuat orang luluh, “Aku berharap di mata mereka, ibu mereka itu punya keyakinan, punya cita-cita, punya ketekunan, keberadaanku bisa menjadi teladan dan kebanggan mereka.”

William melihat wajah Ellen yang percaya diri dan teguh pada pendirian, nafasnya jadi tambah berat, tidak membuka mulut lama sekali.

Ellen melototi pria itu, dalam matanya berharap mendapatkan pengertian dari William.

Lama sekali.

William agak menyipitkan mata, menggendong Ellen berjalan ke ranjang, ketika menekan wanita itu di ranjang besar, kedengaran dia berkata, “Aku tidak menentang kamu bekerja, tapi mengingat kamu jurusan managemen keuangan, kalau kamu mau bekerja hanya bisa masuk ke perusahaan Dilsen, yang lain tidak bisa dirundingkan!”

Ellen, “…..” Jadi, dia sudah mengatakan sebanyak ini apa sia-sia saja?

Ellen masih ingin memperjuangkan dan mengatakan sesuatu, tapi William sudah tidak berencana memberinya peluang untuk membuka mulut lagi, menangkap selimut bulu angsa di samping dan membungkus mereka berdua ke dalam selimut, di saat bersamaan, memperkosa dan menyegel bibir wanita itu.

…..

Saat baru kerja di perusahaan Dilsen, Ellen itu bisa disebut giat dan bersemangat.

Awalnya mengira bekerja di sisi orang itu, dia pasti bisa tidak tega memberikan ke dirinya pekerjaan yang terlalu susah, telalu rumit dan berat, wanita itu sendiri di dalam hati diam-diam berpikir, kalau pria itu sungguh sengaja memberinya pekerjaan yang enteng, dia pasti mau bersemangat untuk minta ditambah pekerjaannya, bertekad untuk tidak menghambat pria itu, tidak akan memberi prasangka buruk ke karyawan lain di kantor menjadikan dia hanya datang untuk “bermain-main saja!”

Namun lalu fakta membuktikan, Ellen berpikir terlalu polos.

Karena saat awal-awal satu bulan, dia lembur terus!!!

Tidak hanya tidak ada akhir pekan, semenjak dia mulai bekerja, tidak pernah sebelum jam 10 malam pulang ke rumah!

Hari ini, Ellen lembur sampai jam 11 lagi.

William datang ke kantor untuk menjemputnya.

Sekali Ellen naik ke mobil langsung mengambil selimut dan membungkus kepalanya, pura-pura mati!

William melihat wanita itu sekilas, menghidupkan mobil dan mengemudikannya.

Setelah mengemudi beberapa saat, melirik melihat Ellen berkata, “Kalau tidak tahan lagi katakan saja, aku akan menyetujui pengunduran dirimu.”

Jelas terlihat dada Ellen yang tertutupi dengan selimut turun naik beberapa kali, diam-diam menggigit gigi, tidak bersuara.

Setelah mengemudi lagi beberapa saat, William berkata, “Apa sudah makan?”

Makan kepalamu! Sibuk sampai seperti dikejar anjing! Mana ada waktu makan!

Amarah Ellen sekarang ini meledak sampai ke langit!

William agak mengangkat alis, “Malam bibi Darmi masak banyak sekali udang, tidak ada kamu jadi tidak habis”

“….. Cukup yah kamu!”

Ellen di dalam selimut menggeram berkata.

Apa yang dimaksud dengan tidak ada kamu jadi tidak habis?

Dengan kondisi dia sangat kelaparan sekarang ini, pria itu mengatakan semua ini, mau buat dongkol siapa?

Mata hitam William dengan cepat menyoroti Ellen sekilas, menyipitkan mata memandangi Ellen dan melihatnya beberapa saat, menutup mulut dan lanjut mengemudi.

Kira-kira setengah jam.

Mobil berhenti di depan villa.

Willaim melepaskan sabuk pengaman, saat mencondongkan badan membukakan sabuk Ellen, Ellen tiba-tiba memunculkan wajah yang ada di dalam selimut, menunjukkan sepasang mata besar yang berlingkaran mata hitam sekali melototi pria itu dalam-dalam,”Jujur, apa kamu itu sengaja?”

Ujung mata William tertarik, diam dan melepaskan sabuk pengaman wanita itu, melihat wanita itu dengan ringan, “Sengaja apa?”

“Membalas dendam.” Ellen berkata.

William tak berdaya, mendorong dan membuka pintu mobil lalu turun.

Melihat ini Ellen meletakkan selimut ke samping, sendiri mendorong dan membuka pintu mobil lalu turun juga.

William melototi wanita itu.

Ellen mengangkat dagu, dengan tatapan mengintrogasi melihat pria itu, “Kamu pasti sedang membalas dendam karena aku dulu tidak menuruti perkataanmu, melamar di website. Jadi sewaktu awal bekerja sengaja menambah berat pekerjaanku, ingin melihatku rubuh benar tidak?”

William menangkap tangan wanita itu, menggandengnya berjalan ke villa, “Melihat kamu rubuh apa untungnya aku?”

“Puas!” Ellen menjawab dengan percaya diri.

William sudah tidak ada kata-kata untuk membalas lagi.

Ellen mengerutkan dahi, “Kamu busuk sekali, mendendam….”

“Kamu sepertinya lupa aku selain atasanmu, juga adalah suamimu, ibu dari anak-anakku.” William melontarkan dengan ringan berkata.

Ellen tertegun sebentar, dari samping melototi pria itu, “Aku tidak lupa, kamu yang lupa! Aku merasa kamu ini memojokkan aku!”

“Aku memojokkan kamu?” William mengangkat alis, berdiri di jalan masuk mengganti sepatu, lalu meletakkan sepatu Ellen di bawah kakinya, dia sendiri yang membantu wanita itu melepaskan dan memakaikan, lalu menggandeng wanita itu berjalan ke dapur.

“Setiap hari kamu kasih aku begitu banyak kerjaan, aku bahkan tidak ada waktu untuk makan dan ke toilet! Setiap hari masih lembur lagi….”

“Apa aku yang menyuruhmu lembur?” William meminta Ellen duduk di kursi di dapur, dia sendiri menggulung lengan baju dan masak.

Ellen bersandar ke dinding, menikmati gaya William memasak sambil memoncongkan mulut berkata, “Kamu kasih aku begitu banyak kerjaan, kalau aku tidak lembur apa bisa selesai?”

“Jadi, itu karena kemampuan kamu sendiri yang tidak cukup tidak bisa dalam waktu yang ditentukan menyelesaikan kerjaan yang aku berikan ke kamu, oleh karena itu baru lembur. Bukan aku yang meminta kamu lembur.” Nada suara William tenang membuat orang ingin memukulnya!

Sepatah “kemampuan tidak cukup” seperti bom saja menembak tepat harga diri Ellen.

Ellen tidak mengakui kekalahan melototi pria itu, “Kamu bilang kemampuanku tidak cukup, kalau benar demikian kamu katakan dengan hati nuranimu, apa asistenmu dulu setiap hari kamu kasih begitu banyak kerjaan? Apa mereka semua menyelesaikannya dengan tepat waktu?”

“Kerjaan yang sama banyaknya dengan kamu sekarang ini, diberikan ke Aron tidak sampai 3 jama bisa selesai dengan baik. Asisten sebelumnya Vera dalam 5 jam juga bisa menyelesaikannya.” William berkata.

Ellen, “…” Oh yah!

Sangat merasa sekali pertanyaannya tadi adalah pembukaan yang mempermalukan diri sendiri!

Dia kalah dibanding dengan Aron dia bisa terima, ternyata bahkan sebanding dengan “siluman rubah” itu saja tidak, menusuk hati sekali!

Ellen mengangkat tangan dan memukul dengan ringan dadanya sendiri, dengan mulut kecil yang agak terbuka, sebuah gaya seperti terpukul dan hampir tidak bisa bernafas.

William kelihatan dari pandangan mata sampingnya, ujung mulut yang tipis agak menggulung.

Sebenarnya, di dalam hati pria itu, prestasi wanita itu sudah sangat bagus.

Novel Terkait

The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu