Hanya Kamu Hidupku - Bab 527 Apakah Aku Buta

Pada akhirnya tetap saja terlambat.

Yumari berjuang selama dua jam, tetapi tetap tidak bisa bertahan hidup dan pada akhirnya hidup ini berakhir di meja operasi yang dingin.

Ketika Pani berlari keluar dari lift dengan putus asa, sebuah gerobak yang ditutupi dengan kain putih perlahan didorong keluar dari kamar pasien.

Pani tiba-tiba terhuyung, tetapi untung saja, Tanjing yang terus mengikutinya langsung menariknya tepat waktu, sehingga dia tidak terjadi ke lantai.

Gerobak itu telah keluar dari kamar pasien, lalu dua perawat itu pun melihat Pani, dengan ekspresi yang menunjukkan rasa simpati dan penyesalan di detik berikutnya dan terhenti.

Kemudian diikuti Jery dan seorang dokter, serta Lira dan Sumail yang keluar dari kamar pasien.

Lira dan beberapa orang langsung melihat Pani begitu keluar dari kamar pasien.

Ketika melihat Pani, Lira dan beberapa orang awalnya terkejut dan kemudian menunjukkan ekspresi yang sama dengan dua perawat itu.

Pani melindungi dirinya sendiri, tidak melihat gerobak itu, dia melepaskan tangan Tanjing dengan perlahan, berdiri tegak dan melangkah cepat ke sana.

Lira dan Sumail telah melihat gaun Pani yang sobek dan sudut alis mereka menjadi serius.

Pani berjalan ke sana, lalu melihat ke arah kamar pasien dahulu dan kemudian melihat Jery, "Kepala Lin, di mana Nenekku? Apa Nenekku telah pindah kamar?"

Jery, "…."

Lira langsung meraih tangan Sumail, matanya penuh dengan air mata.

Tanjing dengan perlahan berjalan ke arahnya, menatap gerobak yang ditutupi kain putih dengan ekspresi yang dalam, hatinya perlahan mendingin, lalu memalingkan pandangan ke Pani.

Pani terus menatap Jery dan tersenyum, "Kepala Lin, Nenekku dipindahkan ke kamar mana?"

Jery menatap gerobak itu dan tak tahan untuk menurunkan matanya.

Lira melepaskan tangan yang memegang tangan Sumail dengan erat itu, melangkah ke arah Pani, mengulurkan tangan untuk menarik tangannya dan menatapnya dengan mata kemerahan, "Pani, Nenekmu, tidak bisa melewati semua ini."

Begitu kata-kata Lira keluar, Pani menarik tangannya dengan kuat, wajahnya cemberut dan menatap Lira dengan ganas, "Aku tidak izinkan kamu mengutuk Nenekku!"

Air mata Lira hampir saja menetes dan berkata dengan suara serak, "Pani, kamu jangan seperti ini …."

"Aku tidak ingin mendengar kamu bicara!"

Pani membuang tatapannya dengan dingin, lalu melihat Jery, "Kepala Lin, kamu katakan padaku, Nenekku berada di kamar mana, aku akan pergi mencarinya sekarang."

"… Nona Wilman, turut berduka!" kata Jery menatap Pani dalam dan kemudian berbalik pergi.

"Turut berduka? Apa yang harus diturut dukakan? Ya, apa yang harus aku turut dukakan?"

Pani terengah-engah dan menatap bayangan punggung Jery dari kejauhan, dengan suara yang kacau, "Kamu masih belum mengatakan padaku, Nenekku ada di kamar mana? Bagaimana bisa kamu pergi begitu saja? Kamu harus memberitahuku, di mana Nenekku, kamu harus memberitahuku …."

"Pani …."

Lira tidak bisa menahan tangis dan melangkah maju untuk memeluk Pani.

Pani memberontak dengan keras, "Jangan sentuh aku, jangan sentuh aku, aku mau pergi ke meja resepsionis untuk memeriksa Nenekku ada di kamar mana, aku mau pergi periksa …."

"Pani." Lira memeluk Pani lebih erat lagi, "Aku bisa mengerti suasana hatimu saat ini. Aku mohon maaf sekali, menyesal sekali, aku harus memberitahumu, bahwa orang tua itu telah pergi …."

"Kamu sembarang bicara!"

Pani meraih pakaian Lira dengan erat dan menariknya dengan kuat, "Kamu lepaskan aku, aku mau mencari Nenekku, aku punya sesuatu hal yang harus dikatakan pada Nenekku, ada banyak hal yang belum dikatakan, aku mau pergi mencarinya … kamu lepaskan aku, lepaskan aku, ah ah ah …."

Pani berkata sampai akhirnya dia menjerit di luar kendali dan terus memukul dan menarik Lira tak terkendali.

Hati Tanjing ikut menjadi cemas, tetapi dia tidak tahu apa yang bisa dia lakukan dengan identitasnya yang canggung itu. Jadi dia hanya bisa berdiri di samping, melihat dengan seksama.

Sumail kasihan melihat Lira dan maju untuk menarik Lira ke dalam pelukannya dan satu tangan yang lain menggenggam pergelangan tangan Pani dengan kuat, tidak tahan untuk melihat Pani, "Pani, kamu tenang sedikit!"

Pani tersentak, dia merasa jantungnya hampir meledak dan berkata dengan suara serak, "Jangan hentikan aku, aku mau pergi mencari Nenekku."

Lira menyandarkan wajahnya di dalam pelukan Sumail, terisak dengan tidak nyaman.

Sumail menatap Lira, wajah tampannya menegang dan melihat Pani, "Pani, Kakak tertua dan Kakak ipar telah bersalah padamu, tidak bisa membantumu untuk mempertahankan Nenekmu."

"Aku tidak ingin mendengarkan semua ini, kalian semua berbohong padaku, kalian semua itu tidak suka padaku, sengaja mengatakan semua ini untuk membuatku sengsara! Aku tidak percaya, aku tidak percaya Nenekku rela meninggalkanku, Nenekku adalah orang yang memperlakukanku paling baik di dunia ini, dia tidak akan rela denganku!"

Pani menatap Sumail dengan tatapan sedih di matanya.

Sumail menatap Pani dengan segala macam perasaan di dalam hatinya.

Karena dia tahu, Pani hanya menipu dirinya sendiri dan menghipnotis dirinya sendiri!

Dia tahu bahwa Yumari sudah tiada.

Tanjing menatap Pani, hatinya sangat sakit sekali.

Selain Linsan.

Dia tidak pernah merasa sangat sedih hanya karena satu orang.

Seolah-olah keputusasaan dan kesedihannya bisa dirasakan juga olehnya.

"Hahaha …."

Pani terus menerus tertawa.

Sumail dan beberapa orang lainnya menatap Pani dengan bingung, dengan penuh rasa khawatir yang terlintas di dalam mata mereka.

"Hahaha …."

Pani memandang Tanjing, Lira, Sumail dan dua orang perawat satu persatu, "Kalian bersama-sama memainkan akting untuk membohongiku, kalian semua membohongiku …."

Pani berkata sambil berbalik, lalu melangkah dengan tidak stabil mengarah ke arah yang membelakangi gerobak itu.

"Pembohong. Semuanya pembohong!"

"Kalian anggap aku sebagai orang yang idiot, bodoh!"

"Aku tidak akan tertipu lagi, tidak akan, tidak akan …."

"…."

"Pani!!!"

Pani jatuh ke lantai.

Pendaratan yang begitu keras membuat hati Sumail dan beberapa orang lainnya hancur!

Sumail bergegas maju dan memapah Pani untuk bangkit dari atas lantai.

Pada saat Pani berbalik, Lira dan Tanjing sama-sama tersentak.

Dahi Pani berdarah, setengah dari matanya kabur oleh darah dan dia sekarang telah jatuh pingsan.

….

"Pani, sini, cepat ke sini … mumpung Nyonya sedang tidak berada di rumah, Nenek diam-diam mengambil kompor kecil untukmu dan biskuit yang Nenek buat, lihat, bentuknya beruang, apakah kamu suka?"

"Haduh, kesayangan kecilku, siapa yang menyuruhmu mencuci pakaian? Letakkan, tangan seorang gadis itu harus dijaga dengan baik. Lihat tangan kecilmu sudah memerah karena kedinginan. Membuat Nenek sangat sedih, sini Nenek hangatkan. Ah …."

"Pani, kamu harus tumbuh dengan cepat, jika kamu sudah dewasa, Nenek akan tenang. Nenek takut, tubuh Nenek ini tidak dapat bertahan sampai saat itu. Jika kamu tumbuh belum cukup dewasa dan Nenek telah pergi, bagaimana kamu bisa membuat Nenek tenang, ai."

"Nenek sudah berapa kali katakan padamu, jangan bertentangan dengan Nyonya hanya karena Nenek. Sedih? Nenek tidak sedih, selama kamu baik-baik saja, Nenek merasa senang untuk melakukan apa saja dan tidak merasa sedih sama sekali. Pani, janji pada Nenek, jangan bertentangan dengan Nyonya, saat ini kita masih belum bisa meninggalkan rumah ini, ya?"

"Paniku adalah anak yang paling hebat, karena Pani membuat Nenek sangat bangga, haha."

"…."

Pani membuka matanya, air mata yang berkumpul di sudut matanya mengalir ke pelipisnya.

Melihat semua cahaya gelap.

Dia sekarang sedang berada di dalam mimpi atau kenyataan ….

Tiba-tiba sebuah tangan memegangnya dengan kuat.

Bulu mata Pani yang basah pun terangkat, lalu memutar leher untuk melihatnya.

"Sudah sadar."

Suara laki-laki yang berat itu masuk ke dalam koklea, Pani menatap wajah pria yang tidak jelas di dalam kegelapan, "Siapa kamu?"

Tangan besar pria itu yang sedang menggenggam tangannya langsung terdiam, sinar matanya menatap Pani dalam-dalam melalui sinar bayangan.

Pani tampaknya juga tidak mengharapkan jawabannya, dengan perlahan mengalihkan pandangannya dan terus menatap langit-langit dinding.

"Sampai hari ini, kamu sudah tertidur selama lima hari." Kata pria itu.

Pani menggerakkan bibirnya yang pucat, tetapi tidak mengeluarkan suara.

"Lapar tidak?" pria itu menggenggam tangan Pani dengan kedua tangannya dan bertanya dengan suara pelan.

"Tidak terasa." Bisik Pani.

Tenggorokan pria itu menegang.

Pani mengambil nafas panjang dan dalam, lalu berkata, "Apakah aku buta. Gelap sekali."

"… lampu belum dinyalakan. Sekarang sudah malam." Suara pria itu serak.

"Gelap sekali."

"Kamu tutup matamu, aku bukakan lampu."

Pani menutup matanya.

Pria itu mencondongkan tubuh ke depan dan menyalakan lampu kamar pasien.

Tiba-tiba kamar itu menjadi putih terang.

Meskipun Pani menutup matanya, dia tetap bisa merasakan terik cahaya di matanya.

Mengadaptasi selama beberapa detik.

Pani mencoba perlahan-lahan membuka matanya.

Cahaya yang menyilaukan itu masuk ke pupil matanya, membuat bola matanya terasa sakit sampai ingin meledak selama beberapa detik.

Dia menyipitkan matanya, satu tangan yang menopang di atas tempat tidur dan ingin bangkit untuk duduk.

Sumi melihat ini dan langsung buru-buru memegang pundaknya dan memeluknya dari atas tempat tidur, membiarkannya duduk di samping tempat tidur, sementara dia duduk di sisi tempat tidur.

Setelah Pani duduk, Sumi tepat di depannya, tetapi matanya hanya melompatinya dan melihat ke jendela, "Sekarang pukul berapa?"

Sumi melirik arlojinya sekilas, menatapnya dan berkata, "Pukul satu."

"Pukul satu …."

Pani bergumam dan terus mengulanginya, beberapa detik kemudian, dia berbisik, "Aku ingin keluar jalan-jalan."

"Sekarang?" Sumi mengerutkan bibirnya.

"Ya."

"… Baik."

….

Pani tertidur selama lima hari, pertama karena masalah di hatinya, sedih berlebihan, kedua karena ada kaitannya dengan luka di dahinya.

Menurut penilaian dokter, Pani mengalami sedikit gegar otak karena jatuhan itu.

Baru saja sadarkan diri.

Tubuh Pani lemah, kakinya selembut mie yang mengembang, sama sekali tidak bisa mengandalkan dirinya sendiri untuk keluar dari kamar.

Oleh karena itu, Sumi pun menggendong Pani untuk keluar dan baru menurunkan Pani ketika mereka tiba di taman bunga halaman belakang rumah sakit, memeluknya dengan erat dan dengan pelan membawanya berjalan.

Pani bergerak dengan langkah kecil, nafasnya lemah di dalam pelukan Sumi.

Hati Sumi seperti dihayat pisau, hanya bisa memeluknya lebih erat lagi.

Setelah berjalan hampir setengah jam, kaki Pani telah beradaptasi dan baru perlahan mempunyai tenaga.

Sumi terus memegang satu lengan Pani dan keduanya berjalan di sekitar rumah sakit.

"Kamu bilang, apakah arwah itu benar-benar ada?" Pani tiba-tiba berbisik, seolah-olah sedang bertanya pada Sumi.

Sumi kaget dan menatap Pani.

Ketika dia melihat sisi wajah Pani yang terkejut, dia baru mengerti bahwa dia tidak sedang bertanya padanya, tetapi sedang berbicara sendiri.

"Ada orang yang pernah berkata padaku, orang yang mencintaiku, tidak peduli di mana pun aku berada, hatinya tetap bersama denganku."

Pani menatap langit, "Kata-kata ini sangat konyol. Yang aku inginkan bukanlah hatinya yang bersama denganku, tetapi orangnya yang berada di sisiku."

Arwah selalu muncul di malam yang larut.

Jika itu benar-benar ada.

Saat ini.

Mama, Nenek dan Ellen, akankah mereka berada di sisinya untuk menemani dan melihatnya?

Pani memandang ke sisi di sampingnya, matanya berbinar, "Kalian, ada di sini kah?"

Suara Pani sangat pelan, sangat pelan.

Tetapi itu terdengar oleh telinga Sumi dan membuat dia langsung terkejut mendengar hal ini.

Novel Terkait

Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu