Hanya Kamu Hidupku - Bab 454 Mengapa Dia Begitu Menuruti Kata-katanya

"Pani..."

"Tadi aku baru makan 2 roti besar, sekarang aku sudah kenyang. Bagaimana?" Pani berkata.

Ellen menghela nafas di dalam hatinya, dia menutupi kotak tersebut dan berkata, "Kotak makan ini memiliki pengawetan panas yang lumayan bagus, sekarang kenyang, nanti lapar baru makan saja"

Pani mengangguk dan mulai mengerjakan kertas ujian.

Meskipun ingin tahu apa yang terjadi, Ellen tetap tidak bertanya banyak. Karena Ellen mengerti sifat Pani, kalau dia sekarang mengganti topik, berarti dia benar-benar tidak ingin membahas masalahnya.

...........

Sore hari, Ellen dan Pani berjalan keluar dari gerbang sekolah saling bergandengan tangan.

Dari jarak jauh, Ellen sudah melihat Pak supir Sono yang datang menjemput dia, kemudia Ellen pun berkata kepada Pani, "Pani, ikut aku pulang saja. Aku minta Pak Sono mengantar kamu pulang dulu"

"Tidak apa-apa untuk hari ini" Pani menjawab.

Ellen mengerutkan alisnya, "Bukannya kamu sudah memutuskan tidak bekerja untuk sementara?"

"Iya" Pani menarik nafas, "Tunggu siap kerja, liburan musim dingin baru lanjut kerja"

"Jadi kamu mau kemana?"

"Teman yang dulu memperkenalkan pekerjaan kepada aku mengajak aku ketemuan untuk membahas masalah pekerjaaan musim dingin. Aku bertemu dengan dia dulu sebelum pulang" Pani berkata.

"Baik"

Ellen pun merasa agak tenang setelah mengetahui Pani mau kenapa, akhirnya dia pun melambaikan tangannya kepada Pani dan berpisah dengannya di gerbang sekolah.

Melihat Ellen naik ke dalam mobil, Pani baru berputar balik badannya dan berjalan ke arah bus stop.

Karena sekarang adalah jam pulang sekolah, suasana di gerbang sekolah lumayan ramai.

Karena itu Pani tidak menyadari pemilik mobil Beltney yang berhenti di jalan raya samping sekolah, sejak Pani muncul, tatapan pemilik itu sudah tertuju kepadanya tanpa mengalih kepada arah lain.

...........

Street Shop, bagian luar sebuah toko milk tea.

"Pani, 1 minggu setelah kamu ujian, ada sebuah hotel bintang lima dibuka dan mereka membutuhkan karyawan wanita sebagai penyambut. Gajinya dihitung secara harian, sehari 800 dollar. Hanya saja kamu harus berdiri dari pagi jam 10 sampai sore jam 6, bagaimana menurut kamu?" Gerda bertanya kepada Pani.

"Aku bisa" Pani menjawab dengan tatapan mata bercahaya, "Terima kasih"

Gerda menatap kepada Pani dengan senyuman, "Tidak perlu berterima kasih. Syarat permintaan terhadap wanita penyambut hotel itu sangat tinggi, kalau bukan karena kamu benar-benar luar biasa, aku mau membantu kamu pun tidak bisa"

Gerda adalah mahasiswa tahun kedua di kampus 潼市政法.

Gerda dan Pani berada di group bekerja yang sama, Gerda adalah pemilik grup, sementara Pani juga merupakan seorang 'fanatik' pekerja. Asal di grup ada informasi, kecuali waktu tidak memungkinkan, Pani selalu menjadi orang pertama yang mendaftar.

Setelah itu, mereka berdua 'kebetulan' bekerja pekerjaan yang sama dan akhirnya pun menjadi akrab.

Setelah menjadi akrab, Gerda pun sering membantu Pani mencari pekerjaan yang bagus, karena hal itu juga Pani memiliki kesan yang bagus kepada Gerda.

Tentu saja, kesan bagus Pani hanya merasa Gerda adalah lumayan yang bagus.

"Banyak orang yang memiliki syarat yang lebih bagus dari aku, hanya kamu tidak memberi kesempatan kepada mereka dan malah memberikannya kepada aku. Jadi tentu saja aku harus mengucap terima kash" Pani berkata dengan serius.

Gerda menatap ke Pani dengan tatapan yang bercahaya, "Pani, percaya saja kepada aku. Orang yang memiliki syarat lebih bagus dari kamu benar-benar tidak banyak"

"Iyakan?" Pani tersenyum dengan wajah tidak begitu peduli.

"Bentar lagi sudah mau ujian, apakah kamu merasa percaya diri?"

Sebenarnya, sejak mereka bertemu, tatapan Gerda tidak pernah memindah dari wajah Pani.

Sementara Pani tidak tahu benar-benar tidak peduli atau tidak menyadari. Dia terlihat sangat santai..... Baik, sepertinya dia sama sekali tidak menyadari.

Dari sudut pandang Pani, dia datang bertemu dengan Gerda hanya demi pekerjaan. Jadi titik fokus dia pun hanya terletak di masalah pekerjaan.

Selain masalah belajar, Pani hanya fokus kepada bagaimana menjalani hidup dengan harga dirinya, dia sama sekali tidak memiliki waktu yang lebih untuk memikirkan hal lain. Atau bisa dibilang Gerda tidak memiliki pesona yang mampu membuat Pani fokus kepadanya.

"Tidak kalau ini" Pani menjilat bibirnya.

"Kenapa? Di bagian mana yang kurang percaya diri?" Gerda bertanya.

Pani tertawa dan tidak berbicara.

Pani tidak begitu terbiasa membahas masalah seperti ini dengan orang lain, atau bisa dibilang Pani tidak tahu bagaimana bersama orang lain. Percakapan seperti ini membuat dia merasa sedikit tidak nyaman.

Cahaya di tatapan Gerda bergerak, "Nilai UN aku lumayan bagus, terutama inggris dan matematika. Kalau kamu butuh, aku bisa membantu kamu latihan"

"........." Pani melamun sejenak dan melihat ke Gerda.

Gerda menatap ke Pani dengan tatapan bercahaya yang terang, "Tenang saja, tidak perlu bayar. Bagaimana?"

Pani menjilat bibirnya dan bulu matanya bergetar sesaat, pada saat dia baru mau berbicara.

Tiba-tiba ada sesuatu menabrak betisnya.

Setelah itu sebuah suara yang jernih berderin di tengah udara.

Pani melamun sejenak sebelum menundukkan kepalanya.

Sebuah koin sedang berputar di sisi kakinya.

Mata Pani membesar, dia membungkukkan badannya untuk mengambil koin itu dan melihat ke sekeliling.

Bagian kanan Pani adalah sebaris meja bulat yang kosong, bagian kiri adalah orang yang melewati jalan, depannya adalah Gerda dan belakangnya...

Pani berputar balik badan dan melihat pundak pria yang lebar yang membelakangi dia dengan tatapan meragu, "Apakah koin ini adalah milik anda?"

Pundak pria tersebut bergetar sejenak, tetapi dia tidak bereaksi.

Pani menatap ke bayangan belakang orang itu sejenak sebelum berputar balik badan, sepertinya koin itu bukan milik dia.

Atau pejalan kaki yang lewat tapi menjatuhkannya secara tidak sengaja?

"Pani...."

"Terima kasih untuk milk tea kamu. Tunggu nanti bekerja lagi, biarkan aku yang mentraktir kamu"

Pani memegang koin itu di telapak tangan dan berdiri dari kursi, tanpa menunggu Gerda bersuara, Pani pun berkata, "Aku mau pulang dulu, tugas sekolahku lumayan banyak"

Wajah Gerda terlihat agak sayang setelah mendengar kata-kata Pani, dia ikut berdiri juga dengan senyuman pahit, "Baik, kamu duduk bus atau mrt? Aku antar kamu ke sana"

"Tidak perlu merepotkan, sampai jumpa"

Pani juga tersenyum kepada Gerda, kemudian dia mengambil tasnya dan berputar balik badan, berjalan ke arah luar.

Melihat bayangan belakang Pani, Gerda tidak bisa menahan dan menghela nafas panjang, "Jalannya masih panjang Gerda "

Pada saat Gerda sedang mengomel sendiri, sebuah bayangan tubuh berdiri dari kursi dan meninggalkan tempat.

Gerda menatap ke bayangan belakang itu sejenak, tanpa berpikir banyak, dia pun meninggalkan tempat juga sambil menghela nafas panjang.

....

Di bus stop, Pani sedang menatap ke koin itu dan sebuah tangan yang besar tiba-tiba mengulur ke hadapannya.

Pani terkejut dan mengangkat kepalanya.

Pada saat melihat pria di depanya, mata Pani pun membesar dengan kaget.

"Kembalikan kepadaku" Sumi berkata.

"?" Pani menatap kepadanya dengan bingung.

Sumi menyipitkan matanya dan berseru sebelum mengambil koin itu dari tangan Pani.

Jari Pani tiba-tiba mati rasa.

Tidak tahu sengaja atau tidak sengaja, waktu mengambil koin dari tangan Pani, Sumi memegang jari Pani dan kehangatan di tangan Sumi pun beredar ke jari Pani sampai ke dalam kulit dan menyentrumnya seperti listrik.

Bagaimana Pani bisa merasa seperti ini?

Pani: Hanya hantu yang tahu!

Pani menelan air lirnya dan melihat ke Sumi dengan mata bulat yang bercahaya, "Aku yang menemukan ini"

"Ini punyaku!" Setelah berkata, Sumi pun berputar balik badan.

Pani, "..." Aku yang menemukannya di lantai!

"Buat apa masih berdiri di sana? Cepat mengikuti aku!" Sumi terus berjalan.

Pani mengigit bibirnya dan berlari menghampiri Sumi, kemudian dia melihat ke koin di tangan Sumi dengan wajah tidak puas, "Apakah kamu ada bukti?"

Sumi meliriknya, "Kalau aku berkata itu milikku, berarti dia milikku. Tidak butuh bukti apa pun!"

"Kalau begitu, aku berkata ini milikku, jadi ini tetap milikku" Pani mengomel dengan alis mengerut.

2 ribu sudah bisa membeli 1 roti.

Sumi memegang koin itu di tangannya tanpa peduli kepada Pani.

Setelah berjalan beberapa saat, Pani baru tiba-tiba berpikir.

Mengapa dia harus mengikuti Sumi? Kenapa harus menuruti kata-kata Sumi?

Sudut bibir Pani bergetar sejenak, kemudian dia pun berhenti sejenak.

Melihat adegan ini, Sumi menyipitkan matanya dan berkata, "Naik bus ke rumah kamu butuh berapa banyak uang?"

"....4 ribu" Pani menatap kepadanya dengan penasaran.

"Aku traktir kamu makan, kemudian mengantar kamu pulang secara gratis. Oke?" Sumi berkata.

Pani menjilat bibirnya dan menatap ke Sumi dengan wajah agak bingung.

Sumi berhenti berjalan dan berputar balik badannya dengan mempesona seperti peran utama drama, dia menatap kepada Pani dengan senyuman yang jernih, "Bicara, oke atau tidak?"

Di antara mereka ada jarak yang lumayan jauh.

Di bawah langit telah gelap dan keramaian yang bergerak sana sini, ditambah lampu cahaya yang redup pada malam hari.

Menatap ke Sumi, jantung Pani tiba-tiba berdetak dengan kencang, sampai dia tidak bisa menahan diri dan menarik nafas.

Karena tidak mendengar jawaban Pani, Sumi menghampirinya dan tinggi tubuhnya yang gagah tiba-tiba menutupi sudut pandang Pani secara total.

Pernapasan Pani menjadi semakin sesak, dia mundur ke belakang 2 langkah dan menghindari tatapan Sumi dengan wajah memerah.

Sumi mengangkat alisnya dan sengaja bermain dengan koin di tangannya, "Aku traktir kamu makan, mengantar kamu pulang secara gratis kemudian memberikan koin ini kepada kamu. Bagaimana?"

"....."

.....

Paviliun Ming Yue

Pelayan membawa Sumi dan Pani ke dalam ruangan.

Pani mengikuti di belakang Sumi dengan kepala tertunduk sambil mengigit ibu jarinya.

Hati dia terasa aneh,

Kenapa Pani merasa dia datang menemani Sumi makan demi uang 1 dollar?

Bang---

"Baik...."

Kepala Pani tertabrak ke 'dinding' yang keras, Pani tiba-tiba terasa pusing, dia memegang bagian dahinya dengan kesakitan dan malu.

"Sangat sakit ya?"

Sumi melepaskan tangan Pani yang berada di dahinya.

Selanjutnya, dahi Pani terasa hangat. Tangan Sumi menggantikan tangan Pani, mengelus dahinya dengan lembut.

Wajah Pani tiba-tiba memerah, dia menjadi panik dan sibuk mau menghindar Sumi.

Sumi memegang tangannya dengan erat dan menarik seluruh tubuh Pani ke depan, kemudian membungkukkan tubuhnya yang tinggi dan menghembus nafas hangat ke bulu mata Pani, "Kenapa begitu ceroboh?"

Jantung Pani terasa tegang, yang berada di hadapan dia sekarang adalah tenggorokan Sumi yang seksi.

Pani mengedipkan matanya, dia tidak pernah begitu dekat dengan pria apa pun, dia tidak tahu apakah wangi tubuh pria lain juga sama seperti wangi tubuh Sumi yang.... tercium enak dan membuat orang terasa aneh.

Pani tiba-tiba terasa agak panik.

Novel Terkait

CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu