Hanya Kamu Hidupku - Bab 274 Menimbulkan Imajinasi

Melihat tubuh Suli ditabrak Troy, Ellen segera bergegas maju dan memegang Suli.

Suli berdiri tegak, memutar kepala mendengus pada sosok kepergian Troy.

Ellen melepaskan tangannya, dia tahu Suli memiliki nomor kontak Pani, jadi tidak sabar, “ Suli, apakah kamu tahu nomor kontak kakakmu?”

Suli menatap Ellen dan mengangguk, “ Setelah pergi kuliah ke luar negri, Kakak kembali pada liburan pertama dan kemudian tidak pernah kembali lagi.

Suli menghela nafas seperti orang dewasa, menatap Ellen, “ Kakak Ellen, kamu tunggu sebentar, aku pergi mengambilkan nomor kontak kakak untukmu.”

Ellen menyentuh kepala Suli.

Suli tersenyum padanya, berbalik dan bergegas masuk ke dalam rumah.

Ellen berdiri di luar pintu mendengar suara langkah kaki gadis kecil.

Tidak lama kemudian, Suli bergegas datang dengan membawa sebuah buku catatan kecil, membukanya dan menyerahkan kepada Ellen, “ Kakak Ellen, ini adalah nomor ponsel kakakku.”

Ellen memandang pada catatan kecil itu, kemudian tersenyum pada Suli, “ Oke Suli, terima kasih.”

“ .......” Suli menatap Ellen dengan bingung, “ Kakak Ellen, kamu tidak mencatatnya?”

“ Sudah catat.” Ellen tersenyum, menunjuk kepalanya sendiri.

“ ...... Oh oh.” Suli mengedipkan matanya, “ Kakak Ellen, aku sangat senang melihatmu.”

Ellen tahu, maksud Suli sebenarnya adalah sangat senang melihatnya masih hidup, “ Terima kasih Suli.”

“ Kakak hanya memiliki kamu seorang teman. Setelah kakak Ellen pergi, kakakku sangat kesepian.” Wajah Suli berkerut, matanya yang jernih penuh dengan perasaan tertekan dan tidak berdaya.

Hati Ellen tertekan, berjongkok di depan Suli, memegang tangannya, berkata, “ Suli, bisakah kamu memberitahu kakak Ellen, apa yang terjadi pada kakakmu dalam beberapa tahun ini?”

Suli menatap Ellen dan berkata dengan sedih, “ Maaf kakak Ellen.”

“ .......” Ellen tertegun, menatap wajah Suli yang lembut.

Dia menghela nafas dalam hati.

Saat ini Suli hanya berusia delapan atau sembilan tahun, tiga tahun yang lalu, dia baru berusia lima atau enam tahun, bagaimana dia bisa tahu masalah orang dewasa.

“ Tidak apa-apa Suli. Kakak tetap ingin berterima kasih padamu.” Ellen menyentuh wajah Suli.

Tidak ada yang tahu nomor kontak Pani, kecuali Suli.

Dapat dibayangkan, beberapa tahun ini mungkin hanya Suli yang akan memberikan kehangatan kepada Pani.

Kalau tidak, Pani juga tidak akan memberikan nomor kontaknya sendiri kepada Suli.

……

Setelah meninggalkan keluarga Wilman, Ellen langsung pergi ke toko ponsel untuk membeli ponsel, mengurus kartu ponsel, dan menyimpan nomor ponsel Pani.

Karena memiliki banyak pertanyaan dan kekhawatiran, Ellen tidak langsung menelepon Pani, dia rencana akan menghubunginya malam ini.

Ellen duduk ke dalam mobil, mengendarai mobil menuju ke arah Coral Pavilion.

Ellen baru saja mengendarai mobil beberapa menit kemudian, tiba-tiba berhenti di pinggir jalan.

Ellen memegang erat sterling mobil, matanya melihat melalui jendela kursi penumpang depan ke taman di seberang jalan.

Sekarang sudah jam dua atau tiga sore, dan ada banyak paman dan bibi yang berkumpul di alun-alun, mengobrol, bermain catur, dan menari, sangat ramai.

Tetapi di sebuah bangku di sekitar alun-alun, ada seorang pria tua yang duduk dengan tenang, ada banyak orang di sekitarnya, tetapi dia duduk di sana, tidak berbicara dengan siapa pun, seolah-olah dia sedang duduk di sebuah ruangan yang sepi, tidak ada yang bisa masuk.

Sudut mata Ellen terasa hangat, dan hatinya sepertinya ditekan oleh lapisan kabut, menjadi suram.

Sekitar lima belas menit kemudian, sebuah mobil berhenti di tepi alun-alun.

Dengan cepat, seorang pria berusia lima puluhan tahun keluar dari mobil dan berjalan menuju ke arah bangku itu.

Pria membungkukkan tubuhnya, tidak tahu apa yang dia katakan pada pria tua di bangku panjang.

Pria tua perlahan-lahan mengangkat kepalanya, dan menyerahkan satu tangannya pada pria.

Pria menggenggamnya, dan memapah pria tua berdiri.

Pria tua memegang tongkat jalan berlapis emas di tangannya yang satu lagi.

Ellen melihat pria memapah pria tua keluar dari lapangan, bibirnya tanpa sadar terbuka, menarik nafas dalam-dalam.

Pria memapah pria tua masuk ke dalam mobil.

Jendela mobil tertutup rapat, Ellen tidak dapat melihat wajah pria tua dari jendela mobil.

Dengan cepat, pria duduk ke dalam mobil, menyalakan mobil, dan melaju pergi dari depan mata Ellen.

Ellen memegang erat sterling mobil, memandang pada mobil yang telah pergi menjauh, matanya memerah.

Kakek buyut.......

……

Malam hari, William tetap tidak kembali makan malam.

Kamar anak-anak Nino dan Tino sudah siap direnovasi, kedua bocah kecil sangat puas dengan kamarnya sendiri.

Jadi begitu selesai makan malam langsung bergegas kembali ke kamar.

Karena terlalu capek bermain, baru jam sembilan, kedua bocah kecil sudah bersandar tertidur di ranjang.

Begitu Ellen masuk dan melihat, tatapannya menjadi lembut, dan sudut mulutnya terangkat.

Berjalan masuk ke dalam, Ellen melepaskan mantel kedua bocah kecil, hanya tersisa pakaian hangat, kemudian Ellen mengenakan baju tidur pada mereka berdua.

Kemudian, Ellen menggunakan kain hangat mengelap wajah Nino dan Tino, lalu leher dan tangan, kemudian menundukkan kepala mencium di wajah keduanya yang merah, merapikan selimut, memadamkan lampu dan pergi meninggalkan kamar anak.

Setelah keluar dari kamar anak, Ellen melihat waktu, baru jam sembilan.

Ellen melihat ke luar vila, dia menghela nafas dan kembali ke kamarnya.

Setelah kembali ke kamar, Ellen segera mengeluarkan ponsel, menelepon nomor ponsel Pani.

Panggilan telepon terhubung, membuat Ellen menghela nafas lega.

Tapi setelah terhubung, pihak sana tidak mengangkatnya.

Hati Ellen terasa tertekan.

Akhirnya ketika Ellen hampir menyangka tidak ada yang menjawab, panggilan telepon tiba-tiba diangkat, tapi terdengar suara......

“ Halo.”

Pria?

Ellen membuka lebar matanya, menurunkan ponsel dan melihat layar ponsel, kemudian meletakkan kembali ke telinganya, “ ...... Maaf. Aku ingin mencari Pani, apakah ini adalah...... ponselnya?”

“ Iya, ini adalah ponsel Pani, siapa kamu?” Suara pria lembut bagaikan aliran air dari atas gunung.

Ellen tertegun sejenak, dan berkata, “ Aku adalah temannya, apakah Pani ada di sana?”

Ellen sebenarnya ingin bertanya: Mengapa ponsel Pani ada di tanganmu, dan mengapa kamu mengangkatnya? Apakah hubungan kalian berdua sangat dekat?

Tentu saja, Ellen hanya berpikir dan tidak bertanya.

Karena tidak jelas dengan identitasnya, mengajukan pertanyaan seperti ini agak aneh dan tidak sopan.

“ Pani sedang mandi.” Nada suara pria sangat biasa.

Ellen, “ .......” !!!

Apa mungkin nasibnya begitu baik?

Hubungan mereka berdua benar-benar membuat orang....... menimbulkan imajinasi!

“ Teman Pani? Bolehkah aku bertanya, beberapa tahun ini, aku sama sekali tidak pernah mendengar Pani memiliki teman. Tidak tahu ini adalah temannya yang mana? Kapan kalian berteman? Dan apakah hubungan kalian berdua sangat baik?”

Pria bagaikan sedang mengecek anggota keluarga, berturut-turut mengajukan beberapa pertanyaan sekaligus.

Dan anehnya, Ellen tidak merasa kesal, mengapa bisa begini?”

Hanya karena suaranya sangat enak didengar?

Ellen menarik nafas, dan berkata, “ Aku......”

“ Darius Mu, kamu sembarang menjawab panggilan teleponku lagi?”

Ellen baru saja ingin berkata, langsung terdengar suara teriakan wanita.

Ellen tertegun, dan mengangkat bahunya dengan gugup.

“ Pergi menjauh!”

Seiring suara Pani yang kesal, Ellen mendengar suara angin dari dalam telepon, kemudian suara Pani terdengar dari dalam, “ Aku adalah Pani, siapa yang mencariku dan ada urusan apa?”

“ .......” Ellen...... menjadi bisu!

“ Halo?”

Beberapa detik kemudian, Pani berkata lagi dengan bingung.

Ellen memejamkan matanya, menarik nafas dalam-dalam dan berkata, suaranya penuh perasaan bersalah, “ Pa..... Pani.”

Ellen hanya memanggil namanya, Pani sudah kehilangan suara nafas.

“ .......” Tangan Ellen yang memegang ponsel keringatan, menelan ludah dan berkata, “ Ya, ini.... ini aku, Ellen... aku.... hehe... tidak mati.”

“ Pani.”

Begitu Ellen berkata, suara Darius Mu yang tegang terdengar dari dalam.

Hati Ellen menegang, “ Pani……”

“ ...... kamu, kamu.....”

Pani tidak dapat mengatakan apapun.

Wajah Ellen bergetar, mengulurkan tangan menyentuh dahinya yang berkeringatan dan tersenyum malu, “ Pani, aku.......”

“ Ellen!!”

Ellen, “ .......” Wajahnya menjadi pucat, setelah mendengar suara teriakan Pani, semua suara Ellen kembali menelan ke dalam tenggorokan.

“ Pani......”

“ Huhu......”

Ellen, “ .......” Memegang ponsel erat-erat, air matanya tidak berhenti menetes keluar.

“ Huhu......”

Suara tangisan Pani masuk ke telinga Ellen, Ellen menutup rapat bibirnya yang pucat, perasaan bersalah dalam hatinya mencapai puncak pada saat ini.

“ Ellen...... huhu.....”

“ ...... Maaf.” Ellen berkata.

“ Huhu.... kamu, kamu tunggu sebentar.”

Pani menekan suaranya berkata.

“ ...... Ya.”

Lalu, Ellen mendengar suara langkah kaki yang tergesa-gesa, kemudian suara memukul pintu yang kuat.

“ Ellen, sekarang kamu jelaskan padaku, apa yang terjadi? Sebenarnya apa yang telah terjadi?”

Pani tidak menangis lagi, namun suaranya masih terdengar serak yang tak tersembunyikan.

Ellen menyeka matanya dengan telapak tangan, “ Pani, kamu jangan pedulikan aku dulu, kamu cepat beritahuku. Mengapa mereka bilang kamu sudah beberapa tahun tidak kembali ke kota Tong, dan pesan WeChat yang kamu kirim padaku.....”

Hal pertama yang mereka pikirkan setelah berpisah adalah satu sama lain.

Pani terdiam sejenak, lalu berkata dengan suara serak, “ Apakah kamu mengalami amnesia? Begitu lama baru melihat pesan yang kukirim. Apakah kamu tahu betapa aku merindukanmu dalam beberapa tahun ini. Aku selalu berpikir, kalau kamu masih ada..... maka aku tidak akan begitu sedih. Ellen, kalau bukan amnesia, maka kamu sungguh keterlaluan sampai sekarang baru mengingatku dan berkontak denganku.”

“ ....... Maaf.” Ellen merasa sangat bersalah, “ Aku menyangka kamu akan, akan baik-baik saja.”

Beberapa tahun ini, Ellen menyangka dia selalu bersama Sumi, dan karena ada Sumi, hidupnya pasti tidak akan susah.

Tetapi Ellen masih belum tahu, orang yang benar-benar membuatnya susah adalah Sumi.

Novel Terkait

Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu