Hanya Kamu Hidupku - Bab 515 Bermimpi, Menanggapi Semua Permintaan

Pani dengan datar menatap Sumi, lalu mengalihkan pandangannya.

Saat mobil berjalan melewati Linsan, tubuh Linsan terlihat kaku sebentar, lalu dengan biasa berjalan ke arah taksi.

……

Siang hari jam 1, Pesawat Sumi dan Pani mendarat di Kota Tong.

Saat berjalan keluar dari bandara, Sumi berkata, “Aku antar kamu ke tempatku dulu, lalu aku akan pergi ke law firm.”

“Aku pulang ke rumah.” Pani berkata.

Sumi menutup rapat bibirnya, melihat Pani, beberapa detik kemudian, dia mengalihkan pandangan, tidak mengatakan apapun.

Mengantar Pani ke villa keluarga Wilman.

Sumi melihat Pani dan berkata, “Aku akan datang menjemputmu sore nanti.”

Pani tidak langsung menjawab Sumi, setelah diam beberapa saat, berkata, “Em.”

Hati Sumi cukup tertekan, mengulurkan tangan menggenggam tangan Pani.

Pani juga tidak melepaskan, perlahan menatap dia.

Sumi menghela nafas, membungkukkan badan, memeluk kepala Pani, mencium dahinya, berkata lembut, “Beberapa hari ini kamu sangat kelelahan, istirahat dengan baik, tunggu aku datang menjemputmu.”

Pani menatap dia, lalu, baru menganggukkan kepala.

Pani turun dari mobil.

Berdiri di tepi jalan melihat pria yang duduk dalam mobil, matanya terlihat tenang.

Tangan Sumi yang berada di stir mobil melambai, “Masuklah, aku ingin melihatmu masuk.”

Mata Pani bergerak cepat, berkata “Hati-hati mengemudi”, lalu berbalik dan berjalan masuk ke dalam villa.

Melihat punggung Pani yang tenggelam ke dalam villa, Sumi menatap pintu villa, duduk dalam mobil sebentar, lalu mengemudikan pergi.

……

Pani berjalan masuk ke villa, tidak melihat Reta dan yang lainnya di ruang tamu, juga tidak bertemu dengan Yumari.

Dia juga tidak buru-buru menemui Yumari, tapi pergi ke kamarnya sendiri.

Saat kembali ke kamar, Pani duduk di kursi didepan meja, pandangan matanya secara alami jatuh melihat sebuah kotak hitam di atas meja.

Ini adalah “hadiah” yang diberikan Yuki secara paksa kepadanya saat terakhir kali dia pergi ke Provinsi Huai.

Dia membawa pulang, lalu dengan sembarang meletakkan di atas meja, tidak mempedulikan lagi.

Pani menyipitkan mata, mengulurkan tangan mengambil kotak hitam, membukanya.

Sebuah kalung perak muncul didepan mata Pani.

Pani meletakkan kotak diatas meja, dan dari dalam mengeluarkan kalung itu.

Sebenarnya kalung ini jika hanya dilihat dari luar, tidak ada yang spesial, hanya cantik saja.

Setidaknya saat membawa pulang, Pani membuka kotak, saat pertama kali melihat kalung itu, akan merasa seperti itu.

Tapi sekarang.

Pani baru merasakan “keistimewaan” dari kalung ini.

Karena liontinnya, adalah sebuah kunci!

Dan di tangan Linsan, juga ada satu kunci yang sama persis.

Bahkan kalung dia itu, diberikan oleh seseorang!

Pani melihat kalung di tangannya, ada rasa dingin yang muncul di sudut matanya.

Yuki dan Linsan adalah teman baik.

Jadi Yuki tidak mungkin tidak tahu jika Linsan memiliki kalung yang sama persis.

Bisa dilihat.

Yuki sengaja.

Apa yang sebenarnya dia ingin lakukan?

Apakah ingin dia merasa tidak nyaman melihat Linsan juga memiliki kalung yang sama? Atau untuk mengingatkan dia, Linsan pada akhirnya adalah wanita yang paling dipedulikan oleh Sumi, wanita yang paling tidak bisa dia lepaskan?

Jika Yuki saat itu memang bersiap untuk membuat dia merasa tidak nyaman.

Kalau begitu dia juga mengerti Linsan, pasti akan di saat tertentu, mengeluarkan kalung, sengaja membuat dia melihat.

Jika memang begitu.

Maka tujuan Yuki tidak akan sesederhana itu.

Seharusnya dia masih ingin memberitahu dirinya, Linsan jelas tidak egois dan jujur seperti yang diperlihatkan.

Jika Linsan benar-benar mengeluarkan kalung itu, maka menjelaskan, sikap Linsan terhadap Sumi, sama sekali bukan seperti yang dia tunjukkan, hanya menganggap Sumi sebagai teman.

Mungkin Linsan, benar-benar terus terus mengikuti Sumi, membuat dia menjadi “cadangan” yang paling kuat dibelakangnya!

Sebelumnya mungkin Pani belum merasa pasti, tapi sekarang, pemikiran dia terhadap Linsan, bisa dibilang sudah sangat yakin!

Walaupun dia sudah menikah , tapi masih tidak rela melepaskan cinta Sumi terhadapnya, maka dia ingin memegang Sumi dengan kuat di telapak tangannya, membuat Sumi selamanya memimpikannya, menanggapi semua permintaan!

Pani dengan geram menggenggam kalung ditangannya, kemarahan muncul dalam dadanya, tidak bisa ditahan, menggertakkan gigi berkata, “Sumi, kamu pria tua ini, kenapa sangat bodoh!”

Pani sedikit menyesal, sudah memberikan ketulusan hatinya kepada pria “bodoh” ini!

Tok tok...

Pani melepaskan kalung ditangannya, melihat ke arah pintu.

“Pani, apakah kamu sudah pulang?” Suara Yumari terdengar dari luar.

Pani menyimpan kembali kalung itu kedalam kotak, mendorong ke sisi lain, bangkit berdiri dan berjalan cepat membukakan pintu, “Nek.”

“Benar-benar sudah kembali.”

Yumari dengan senang melihat Pani.

Menghadapi Yumari, Pani juga tersenyum, “Nek, ayo masuk.”

Yumari mengulurkan tangan menggenggam tangan dia, berjalan masuk.

Pani menutup pintu, lalu bersandar di tubuh Yumari, “Nek, aku pergi begitu lama, meninggalkanmu sendirian disini, apakah kamu akan menyalahkanku?”

“Menyalahkanmu?” Yumari menggelengkan kepala sambil tertawa, “Kamu pergi bermain keluar, nenek tidak sempat untuk merasa senang, mana bisa menyalahkanmu? Bagaimana, apakah kamu bermain dengan gembira?”

Pani memikirkan lagi hari-hari di Kota Tua Yunyu , tanpa bisa dihindari mengingat apa yang terjadi selama 3 hari berada di Kota Tua Yunyu , wajahnya memerah.

Takut Yumari melihat, Pani dengan sengaja bermanja di lengan Yumari, berkata, “Ya seperti itu, lumayan.”

Yumari menepuk lengannya, “Kamu, seharusnya banyak keluar bermain, ini baru kehidupan anak muda.”

Pani dan Yumari bersama-sama bersandar di sofa, bersandar dengan dekat.

Yumari memandang Pani dengan penuh kasih, “Kamu masih muda, maka lewati kehidupan masa mudamu, jangan pedulikan nenek. Seumur hidup nenek ini, sudah mengalami yang harus di lewati, tidak ada penyesalan.”

Pani memeluk lengan Yumari, mengedipkan mata kepadanya, “Nek, kamu tidak pernah memberitahuku, cerita saat kamu muda, ayo ceritakan kepadaku.”

Yumari dengan berusaha memikirkan, pada akhirnya menggeleng dengan tidak bertenaga, “Nenek tidak ada yang harus diceritakan. Sejak umur 10 tahun nenek sudah sampai di keluarga 赵, melayani nenekmu, melayani ibumu, lalu merawatmu. Nenek tidak ada yang bisa diceritakan.”

Dalam satu kalimat Yumari terdapat dua kata “tidak ada yang bisa diceritakan”.

Hati Pani terasa tertusuk, memeluk lengan Yumari dengan erat, “Nek, apakah kamu ada menyukai orang saat muda?”

“Tidak ada.” Yumari menggenggam tangan Pani, berkata sambil melihat kedepan.

Hidung Pani terasa sakit, tidak mengatakan apapun lagi.

Yumari merakan perubahan suasana hati Pani, buru-buru menunduk melihat dia.

Melihat kedua matanya memerah seperti kelinci, buru-buru berkata, “Kamu ini baik-baik saja, kenapa tiba-tiba matamu memerah?”

“Nek, kamu sudah berkorban terlalu banyak untuk kamu.” Pani tersedak, membungkuk kesana, memeluk tubuh lemah Yumari.

Yumari tertegun, mulai mengerti.

Tersenyum menepuk punggung Pani, “Aku kira kenapa? Nenek, tidak merasa berkorban, nenek menikmatinya, ibumu, adalah orang baik, mereka juga sudah melakukan banyak untukku, berpikir untukku, lebih mirip keluargaku sendiri dibanding keluarga asliku. Dan kamu, nenek tidak pernah melihat anak yang lebih pengertian dan baik dari pada kamu. Nenek benar-benar menganggapmu sebagai cucu, asalkan kamu bahagia, asalkan kamu bisa hidup dengan baik, nenek sudah puas.”

Pani hampir menangis, “Nek.”

“Aiyo, sudahlah.”Yumari tersenyum tidak berdaya, meraba punggung dia, “Nenek baik-baik saja, kamu ini, jangan tambahkan drama pahit pada nenek!”

“Puh....”

Pani tertawa, bermanja dalam pelukan Yumari, “Nek, kelak jika aku sudah sukses, membelikan rumah besar untukmu, kita berdua tinggal bersama, aku akan menjagamu sampai tua.”

Mata Yumari berkedup, “Baik, Nenek tunggu.”

……

Sore hari hampir jam 6, Pani pergi ke dapur untuk minum, melewati ruang tamu, Reta dan Suli sedang menonton tv di ruang tamu.

Pandangan mata Pani melewati Reta dan Suli, lalu berjalan ke dapur.

Reta dari kemunculan Pani, pandangan matanya terus mengikuti dia.

Melihat dia masuk ke dapur, Reta menaikkan alis, melirik ke lantai dua sebentar, lalu berkata kepada Suli sambil tersenyum, “Suli, mama tadi melihat kakakmu pergi ke dapur.”

“Kakak?” Mata Suli menjadi cerah, melihat ke arah dapur.

“Bukankah kamu menggambarkan sesuatu untuk kakakmu? Karena sekarang kakakmu berada dirumah, cepat ambil dan berikan ke kakakmu.” Reta berkata

“Baik.”

Suli dengan gembira mencari dalam tas kecilnya, mengeluarkan satu gambar dari dalam tas dengan buru-buru, dan berlari ke dalam dapur.

Reta melihat itu, tersenyum sampai punggungnya perlahan bersandar ke sofa.

……

“... Ini?” Pani satu tangan memegang satu gelas air, tangan lain memegang gambar yang diberikan Suli kepadanya, menatap Suli dengan bingung.

Suli menjinjitkan kaki, mengulurkan tangan kecilnya, berusaha menjelaskan gambar dengan menunjuk, “Ini adalah kakak, kaka memakai baju dewi berwarna putih, tangan memegang tongkat dewi, disamping kaki kakak adalah hewan kecil, semua di ubah oleh tongkat dewi kakak, mereka menyukai kakak, selalu mengelilingi kakak, seperti Suli yang menyukai kakak.”

Bulu mata Pani bergetar, tanpa bersuara tangannya menurunkan kertas.

Kedua kaki Suli menginjak lantai, menghela nafas kelelahan, mulut kecilnya yang tertutup itu menatap Pani, lalu melihat gambar itu lagi, ekspresinya sedikit gugup.

“Aku adalah dewi?”

Pani mengangkat alis, melihat Suli.

“Benar. Kakak adalah dewi, kakak sangat cantik, lebih cantik dari guru TK kami.”

Suli berhenti, menatap Pani dengan mata besar, melanjutkan berkata, “Mata kakak sangat cantik, saat tersenyum kepada Suli, mata kakak melengkung, seperti bintang yang berkedip. Jadi kakak harus banyak tersenyum kepada Suli.”

Selesai berbicara, Suli sedikit menundukkan kepala, menggerakkan dua jari kecilnya.

Pani menarik nafas, kedua matanya beralih dari gambar, melihat Suli, “Terima kasih.”

“....” Suli mendongakkan kepala, terkejut melihat Pani, “Terima kasih?”

Pani tersenyum, mengulurkan tangan memegang kepalanya, “Terima kasih gambarmu, aku akan menyimpan dengan baik.”

“Apakah kakak sangat menyukainya?” Suli menyembunyikan kegembiraannya, bertanya dengan hati-hati.

Pani menatap Suli, “Tidak ada orang yang tidak suka dianggap sebagai dewi.”

“Hehe.” Mulut kecil Suli tersenyum, wajahnya memerah.

Pani melihat Suli, senyum dibawah matanya, juga sedikit rumit.

……

Pani membawa gambar, bersama dengan Suli keluar dari dapur, suara bersemangat Sandy terdengar dari lantai 2, “Sumi, kamu hari ini dengan sengaja datang kemari untuk memberitahukan berita ini kepadaku, aku benar-benar sangat terkejut.”

Sumi?

Dia sudah datang?

Pani mengernyit, melihat ke lantai 2.

Novel Terkait

A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu