Hanya Kamu Hidupku - Bab 437 Kamu Akan Kehilanganku

Setelah meninggalkan penjara, Bintang merokok di luar gerbang penjara, lalu melajukan mobil ke arah Rumah Sakit Yihe.

Vania sudah bangun selama hampir setengah bulan, kondisi tubuhnya telah pulih seperti normal, tidak bermasalah lagi. Tetapi keadaan mentalnya sangat tegang dan sensitif, hanya sedikit suara sudah dapat merangsangnya dan membuatnya meledak.

Oleh karena itu, lantai tempat bangsal Vania berada harus dijaga agar tetap senyap, bahkan pasien yang semula tinggal di lantai ini pun dipindahkan oleh pihak rumah sakit ke lantai lain.

Ketika Bintang tiba di bangsal, Vania meringkuk di sudut ruangan dengan bantal di dalam pelukan, seluruh wajah menyusup ke belakang bantal, sehelai rambut pun tak terlihat.

Bintang berdiri di pintu bangsal untuk sesaat sebelum melangkah menuju Vania.

Meskipun dia telah meringankan entak kakinya, tetapi ruangan terlalu sunyi, sehingga langkah kakinya masih saja mengejutkan Vania.

Vania yang bersembunyi di balik bantal mulai bergetar, mulut mengeluarkan rengekan panik.

Bintang mengepal telapak tangan, mendekati Vania dan berjongkok, "Jangan takut, ini aku."

Ini mungkin adalah ucapan paling lembut yang pernah dikatakan Bintang semenjak kenal Vania.

Tubuh Vania merespons, ia membuang bantal yang ada di tangan dan menerpa ke dalam pelukan Bintang, memeluk pinggangnya dengan erat.

Punggung Bintang menjadi kaku, tangannya mengepal lebih erat, dia menunduk untuk melihat Vania yang bersandar di dadanya dengan wajah pucat dan menatap dirinya dengan panik.

Bibir Vania bergetar hebat, mata yang melihat Bintang penuh dengan rasa takut dan gelisah.

Secerca sinar melintasi mata Bintang, kepalannya melonggar, dia mengangkat tangan dan memegang lengan Vania, memapahnya untuk berdiri dari lantai dan duduk di tempat tidur.

Selama proses ini, Vania tidak melepaskan Bintang sekali pun, dia memeluknya dengan sangat erat, seolah-olah memperlakukan Bintang sebagai tali tambang yang dapat menariknya keluar dari jurang ketakutan.

Bintang juga memandang Vania, meskipun tidak terdapat kelembutan dalam tatapannya, tetapi rasa jijik dan keterasingan yang biasanya terkandung di dalamnya berkurang.

Mungkin bukan berkurang, hanya saja dia menyembunyikan rasa jijik dan keterasingan itu dengan sangat baik.

Vania, yang memeluk Bintang, tidak berbicara dari awal sampai akhir. Sedangkan Bintang juga diam, gambaran di bangsal sedemikian senyap seolah-olah dibekukan oleh waktu.

……

Keesokan harinya, terbawakan kemari berita bahwa Venus telah dieksekusi. Ellen tidak merasa senang ataupun iba dan kasihan, dia menerima berita itu dengan perasaan yang tenang.

Konon Venus terlalu takut hingga tidak bisa berbicara sebelum dieksekusi, wajahnya pucat dan tegang. Pada saat disuntik ramuan euthanasia, matanya perlahan menjadi putih, tubuhnya gemetaran dahsyat, seolah-olah dia akan tercekik mati oleh ketakutannya sendiri sebelum ramuan bekerja.

Bagaimanapun Venus adalah pianis terkenal, mustahil bahwa tiada orang yang mencari tahu tentangnya yang tiba-tiba "lenyap dari angkasa”.

Oleh karena itu, berbagai konten tentang "hilangnya" Venus mulai bersebaran di media sosial.

Setengah bulan setelah kematian Venus, Vania keluar dari rumah sakit, rumor mengatakan bahwa Bintang yang menjemputnya keluar dari rumah sakit.

Setelah itu, Ellen sering melihat Bintang dan Vania muncul berpasangan di berita.

Sehingga banyak suara netizen yang memuji hubungan percintaan Bintang dan Vania.

Terkadang suara-suara itu juga menyiratkan nama Ellen.

Karena belum lama ini Bintang pernah menyatakan kepada media bahwa dia menyukai Ellen.

Melihat Bintang dan Vania sering muncul berpasangan di depan media dan melihat beberapa komentar yang berhubungan dengan hal ini di media sosial, Ellen agak bingung dan heran.

Faktanya.

Setelah Venus dijatuhkan hukuman, Ellen pernah menghubungi Bintang melalui WeChat untuk mengucapkan terima kasih atas kerja samanya.

Tapi sampai pada hari ini, Bintang belum juga membalasnya.

Ellen tidak keberatan apakah Bintang membalas pesannya atau tidak.

Dia hanya merasa aneh.

Hari ini.

Begitu William pulang dari Perusahaan Dilsen, Ellen langsung menjeratinya dan enggan melepaskannya, hal ini benar langka terjadi.

William sekadar "berkomunikasi" dengan bayi di perut Ellen seperti biasanya, kemudian mencium Ellen dengan asal-asalan dan mencoba memindahkan Ellen dari pangkuannya.

Ellen merangkul lehernya dan tidak mau pindah, "Sayang, tidakkah marahanmu kali ini berlangsung terlalu lama? Sudah sebulan, kamu masih acuh tak acuh terhadapku. Jika kamu terus seperti ini, kamu akan kehilanganku."

Sebenarnya, tidak harus selama ini.

Tapi metode pembujukan Ellen tidak tepat.

Metode "musuh" tidak bergerak maka aku tidak beraksi bukan hanya tidak berguna, tetapi malah membuat William memutuskan untuk memberi pelajaran pada Ellen agar dia tidak terlalu congkak karena selalu dimanjakan.

Dalam hati Ellen masih merasa heran dan tidak mau mengalah. Dia sama sekali tidak merasa bahwa dirinya bersalah atas pemikiran seperti itu.

Dalam pandangannya, antara suami dan istri memang harus ada komunikasi setara dan jujur.

Jika dia tidak mengatakan itu, dia tidak akan pernah bisa mengambil keputusan di dalam keluarga ini, dia bahkan tidak punya hak untuk mengetahui masalah apa yang terjadi, tidak peduli apakah itu masalah besar atau kecil, lalu status apa yang dimilikinya dalam keluarga ini? Apa arti penting dirinya bagi keluarga ini? Benarkan?

Jadi Ellen merasa bahwa William yang marahan selama ini benar-benar keterlaluan.

William tidak memiliki ekspresi apa pun ketika mendengarkan kata-kata Ellen, mata hitamnya tampak dingin dan acuh tak acuh. "Apakah aku marah?"

Ellen memberinya tatapan putih, "Apakah kamu tidak marah?"

"Karena kamu bersikeras mengatakan aku marah, coba katakan apa yang membuatmu merasa bahwa aku marah. Apakah aku mengabaikanmu, tidak berbicara denganmu, atau berpisah tidur denganmu?" Kata William.

"..." Ellen berkedip, "Meskipun kamu tidak mengabaikanku, tapi kamu tidak berinisiatif untuk mencariku jika aku tidak mencarimu terlebih dulu. Jika aku tidak berbicara denganmu, kamu juga tidak akan mengambil inisiatif untuk mengatakan sepatah kata kepadaku. Selain itu, kita memang tidak tidur pisah, tapi biasanya kamu akan memelukku, sekarang kamu bahkan tidak mau dipelukku."

Tidak hanya itu.

Bahkan ciuman pun hanya William yang boleh menciumnya, Ellen yang berinisiatif untuk mencium William akan ditolak!

Ellen mengutarakan bahwa gangguan suasana hatinya dalam bulan ini luar biasa hebat.

"Aku tidak mengambil inisiatif untuk mencarimu dan tidak berbicara denganmu karena aku terlalu sibuk hingga tidak punya waktu untuk mencarimu dan berbicara denganmu. Aku tidak membiarkanmu untuk memelukku karena itu tidak nyaman bagimu." William menjawab dengan mengikuti arus.

Alasan!

Ellen berpikir di dalam hatinya.

"Sudahlah. Aku mau pergi ke ruang belajar untuk lanjut kerja." William berkata sambil mencoba menggeser Ellen dari pangkuannya lagi.

Mata Ellen berputar dengan cepat, segera memeluk erat leher William.

William mengangkat alis, menatapnya.

Ellen merapatkan bibir, "Ada yang ingin kubicarakan."

“Apa?” Tanya William dengan spontan, sikapnya acuh tak acuh.

Ellen mengempiskan mulut, mata hitam yang bersinar melihat William, berkata dengan suara kecil, "Sayang, apakah Bintang dan Vania akan menikah?"

Kontur mata William menyusut, tapi langsung kembali normal, dia memandang Ellen dengan senyuman dingin di alis, "Apakah kamu sangat peduli dengan pernikahan Bintang dan Vania?"

"Haha, mana ada. Aku hanya sembarang tanya." Ellen tertawa canggung.

William memicingkan mata, "Aku ingat bahwa orang yang disukai Bintang adalah kamu, dapat dikatakan bahwa cintanya padamu berakar dalam."

Ellen terus tertawa canggung, "Sayang, dulu Bintang menyukaiku hanya karena dia masih muda dan naif, aku mengerti itu."

Muda dan naif?

William sungguh ingin mengacungkan jempul untuk Ellen!

Entah apa reaksi Bintang ketika mengetahui cintanya pada Ellen dipandang sebagai ketidaktahuan dan kenaifan pemuda.

"Baik aku maupun kakek tidak akan campur tangan dalam persoalan Bintang dan Vania. Menikah atau tidak, itu semua tergantung pada keputusan Bintang sendiri." Ujar William.

Mendengar itu, mata Ellen berkedip, mengangguk.

Kalau pria ini dan kakek tidak akan memaksa Bintang untuk menikah dengan Vania.

Maka dari itu.

Alasan mengapa Bintang dan Vania terus muncul berpasangan akhir-akhir ini sepenuhnya adalah keinginannya sendiri.

Hanya saja berapa banyak keinginannya ini yang berasal dari ketulusan hati dan berapa banyak yang berasal dari niat lain, hal ini hanya diketahui dirinya sendiri.

Ellen menarik napas.

Tapi semua ini bukan hal yang harus diaturnya selama bukan pria ini dan kakek yang menjadi alasan dari tindakan itu.

William mengawasi setiap ekspresi Ellen, dia menebak agaknya Ellen mengira berita terbaru tentang Bintang dan Vania dilatarbelakangi oleh desakannya dan Hansen, sehingga Bintang sengaja muncul bersamaan dengan Vania di depan media guna membuka jalan bagi pernikahan mereka.

Alasan mengapa Ellen peduli tentang ini hanya karena rasa terima kasihnya atas bantuan Bintang.

Jika Bintang benar-benar dipaksa oleh William ataupun Hansen, Ellen mungkin ingin berbicara untuknya.

……

Dalam sekejap mata, Ellen telah hamil selama lebih dari delapan bulan. "Perang Dingin" antara dia dan William berakhir tanpa disadari. Tidak seperti sebelumnya yang selalu diperlukan ritual atau sesuatu sebelum benar-benar berbaikan.

Setelah lebih dari dua bulan, ketika Vima datang ke vila, Ellen sedang dalam suasana hati yang buruk karena terjadi sesuatu pada Pani, dia sedang mengkhawatirkannya.

Jadi, ketika melihat Vima muncul di depan dengan sepasang mata bengkak yang bercucuran air mata, Ellen dalam suasana hati yang sangat rendah, raut mukanya amat buruk.

Vima malah sama sekali tidak menyadari kejanggalan pada emosi Ellen, dia duduk di sofa dan mulai menitikkan air mata begitu tiba di vila.

Ellen bersandar di sofa, dia tampak malas dan cuek. Dia melihat Vima, suaranya tenang, "Sudah cukup?”

Vima terbengong, mendongak untuk memandang Ellen, ekspresinya penuh keluhan, tampak menyedihkan.

Ellen meletakkan satu tangan di pegangan sofa, tinju menempel pada pelipis, menilik Vima dengan dingin, "Jika sudah cukup, katakanlah apa yang terjadi?"

"..." Vima tersedak hebat, menutupi mulut dan tersedu-sedu, "Aku baru tahu kemarin, dia yang selalu ke luar kota ataupun ke luar negeri dalam beberapa bulan terakhir ini bukan karena kerja, tetapi karena dia punya simpanan di luar. . "

Punya simpanan?

Kedinginan dalam mata Ellen bertambah dalam, mengerutkan kening, "Apakah kamu yakin?"

"Yakin!"

Vima mengangguk kuat, mengumpat, "Wanita itu baru berumur 20-an tahun, masih sangat muda. Wanita itu bahkan bisa menjadi putrinya! Kenapa dia bisa melakukan hal seperti ini."

“Apakah perihal simpanan ini ditemukanmu sendiri atau dia yang berinisiatif memberitahumu?” Ellen berkata dengan suara berat.

Mendengar ini, air mata Vima mengalir deras, mengutuk, "Bukan dia yang memberitahuku. Wanita tak tahu malu itu yang menelepon ke vila dan memprovokasiku, dia juga menertawakanku tua dan berwajah keriput. Dia melemparkan kata-kata kejam agar aku berinisiatif mundur dan cerai. Dia juga bilang ... "

"Apa lagi yang dibilangnya?"

“Dia bilang dia sudah menghamili anaknya selama sembilan bulan, dia akan segera melahirkan.” Vima menangis lepas ketika mengatakan ini.

Novel Terkait

King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu