Hanya Kamu Hidupku - Bab 472 Paman Nulu, Jangan Mengusik Aku

Mereka duduk bersama di atas sofa.

Yuki melirik beberapa lembar soal latihan yang berada di atas meja, tatapannya sedikit penasaran, lalu dia membungkuk badan dan mengambil selembar kertas latihan, setelah itu dia memperhatikannya dan berkata, “Pani, beberapa hari ini kamu sibuk terus, jangan-jangan demi beberapa soal latihan ini ya ?”

Pani merebut kertas yang berada di tangan Yuki dan meletakkan di samping, dia tidak menyambung pembicaraan Yuki dan hanya berkata, “ Bibi Wu, Bibi datang mencariku, ada perlu apa ya ?”

Yuki melirik sekilas pada kertas barusan, lalu tersenyum pada Pani dan berkata, “Mana mungkin ada keperluan lainnya lagi, tentu saja mau ajak kamu berjalan-jalan. Beberapa hari ini aku terus mengajakmu, tetapi kamu malah terus menolak aku. Pani, kalau hari ini kamu menolak aku lagi, aku bahkan curiga apakah diriku yang terlalu menyebalkan.”

Pani tidak tahu bagaimana pemikiran orang lain, namun bagi dirinya, Yuki memang sangat menyebalkan !

Pani berbisik di dalam hati sendiri.

“ Bibi Wu, paman Nulu sudah pesan, aku tidak boleh keluar selagi dia belum pulang. Atau begini saja, bibi coba telepon dan tanya langsung sama paman Nulu, seandainya dia setuju, aku akan keluar bersamamu.” Pani berkata.

Yuki menatap sejenak pada wajah Pani, lalu berkata, “Kalau kamu sudah berkata demikian, aku mana berani telepon abang Nulu lagi ?”

Pani memperlihatkan reaksi tidak berdaya terhadap Yuki.

Yuki menangkap tangan Pani, tatapannya terus berkeliaran pada wajah Pani, lalu dia berkata, “Melihat wajahmu dari segi ini, rupanya kamu mirip sekali dengan seorang temanku.”

“Salah wajahku sendiri yang terlalu pasaran.” Pani berkata.

“Jangan bilang begitu !” Yuki menatap Pani, lalu perlahan-lahan berkata, “Kamu begitu muda dan cantik, kalian begitu mirip lagi…”

Pani mengerut alis dan menatap Yuki, lalu berkata, “Kalian ?”

“Iya. Temanku barusan yang mirip denganmu itu.” Yuki berkata demikian, lalu tiba-tiba mengeluh nafas dan bersambung lagi, “Pani tidak tidak tahu ya, banyak sekali lelaki yang suka sama temanku itu. Jangankan yang lain, bahkan abang Nulu…”

Yuki menghentikan pembicaraannya, lalu menatap Pani dan mengalihkan pembicaraan, “intinya, dia sangat terkenal.”

Sementara tindakan Yuki yang tiba-tiba menghentikan pembicaraannya, malahan mudah memancing rasa penasaran dari orang lain.

Pani hanya mengedipkan matanya dan tidak menyambung apapun.

Yuki sedikit memejamkan matanya, lalu tersenyum dan berkata, “Melihat keadaan saat ini, sepertinya kedatanganku sia-sia lagi.”

Pani mengangkat mata dan menatapnya, “ Bibi Wu berkata demikian, aku malahan jadi segan.”

“Keluar saja bersamaku kalau memang merasa segan.” Yuki sambil berdiri sambil berkata, “Baiklah, kalau memang tidak mau keluar, aku hanya bisa pulang saja.”

Pani juga ikut berdiri.

“Tidak perlu antar lagi.” Yuki memegang pada lengan Pani dan berkata.

Pani mengangkat alis, dia tidak bermaksud untuk mengantarnya.

Setelah itu, Yuki meninggalkan kamar.

Pada saat pintu kamar tertutup, senyuman pada wajah Pani hilang seketika.

……

Sumi dan Pani menetap tujuh hari di Provinsi Huai, pada hari ke delapan, mereka kembali ke kota Tong.

Dikarenakan Sumi yang turun tangan secara langsung, perkara kali ini langsung diselesaikan secara pribadi tanpa menggugat lagi di pengadilan, Yuki juga berhasil mendapatkan harta warisan yang lumayan menakjubkan.

Pada hari kembali ke kota Tong, Yuki yang mengantar Sumi dan Pani ke bandara.

Sebelum naik pesawat.

Yuki tiba-tiba menarik Pani dari sisi Sumi dengan gaya misterius, dia mengeluarkan sebuah kado yang telah dibungkus rapi, lalu menyumbat kado tersebut ke dalam tangan Pani.

Pani sedikit terbengong, dengan refleksnya ingin mengembalikan barang kepada Yuki.

Yuki langsung menangkap tangan Pani, lalu tersenyum lembut dan berkata, “Ini kado dari Bibi Wu, kamu harus terima.”

“Mana bisa…”

“Pani, ini bukan barang berharga juga, hanya sekedar niat baik dari aku saja. Kamu sudah lama di Provinsi Huai, aku bahkan tidak pernah membawa kamu jalan-jalan, tetapi kalau sekarang kamu masih nekat menolak kado dariku, aku akan sedih sampai mati.” Yuki menatap Pani dengan gaya menyanjung, sepertinya sedang memohon Pani untuk menerima kadonya.

“Maaf sekali, aku benaran tidak bisa terima.” Pani menggelengkan kepala, kesannya sangat nekat.

Yuki melihat demikian, langsung menyelipkan kado ke dalam tangan Pani, lalu berkata pada Sumi, “Abang Nulu, terima kasih atas bantuanmu pada kali ini, setelah menyelesaikan semua urusan di Provinsi Huai, aku akan kembali ke kota Tong untuk mengutarakan terima kasih.”

Sumi masih belum sempat menjawab apapun lagi, Pani langsung melepaskan tangan Pani dan berlarian pergi.

“ Bibi Wu, barangmu…”

Pani tidak kepikiran bahwa Yuki akan begitu nekat untuk memberikan kado ini kepadanya, sehingga dia juga terbengong pada saat Yuki berlari pergi.

Setelah Pani menyadari kembali, Yuki telah sampai di pintu keluar, jelasnya sudah telat apabila dia mengejar lagi.

Jujur saja, Pani tidak berdaya sekali !

“Kalau dia nekat mau kasih, kamu terima saja !” Sumi berjalan menghampiri Pani, lalu memegang pundaknya sambil berkata.

Pani menatap kado yang berada di tangannya, hatinya sangat tidak nyaman.

……

Sumi dan Pani berangkat dengan pesawat jam sebelas pagi dan mendarat di kota Tong pada jam sebelas lewat empat puluh menit, Sumi mengantar Pani pulang ke villa keluarga Wilman.

Pani tidak sabar lagi untuk bertemu dengan Yumari, setelah mobilnya berhenti, dia langsung melepaskan sabuk pengaman dan beranjak turun dari mobil.

Sumi mengerutkan alis, tampangnya sedikit tidak senang.

Dalam hati Sumi berpikir, gadis ini bahkan begitu antusias untuk berpisah dengan dirinya ?

“Paman Nulu, tolong buka bagasi mobil.” Suara Pani yang nyaring langsung masuk ke dalam mobil.

Sumi mengeluh sinis, pada saat membuka bagasi mobil, dia juga langsung turun dari mobil.

Sumi turun dari mobil dan berjalan ke hadapan Pani.

Pani telah mengeluarkan kopernya dari bagasi mobil, lalu berkata, “Paman Nulu, sampai jumpa.”

“Ke mana ?”

Pada saat Pani akan berlari ke arah pintu villa, Sumi mengerutkan alis dan menangkap lengannya, lalu membentak ringan pada Pani.

Pani sedikit kaget dengan bentakan Sumi, dia menghentikan langkahnya dan menatap Sumi dengan tampang penasaran.

Ekspresi wajah Sumi sangat seram, “Saat berangkat bersamaku, tidak kelihatan juga kamu begitu semangat !”

Apa ?

Pani mengerutkan alis, lalu menatap Sumi dengan tampang aneh dan berkata, “Paman Nulu, kenapa marah padaku dengan tanpa alasan ?”

Tanpa alasan ?

Sumi sedikit mengerut alis, tiba-tiba berkata, “Cium aku dulu, aku baru mau lepas !”

“Kamu bilang apa ?” Pani membuka lebar kedua matanya.

Sumi membungkuk badan, lalu mendekatkan wajahnya ke hadapan Pani dan berkata, “Cium aku !”

“Kamu, kamu gila ya !” Pani langsung membentak dan menolaknya.

“Tidak mau cium ya ? Jangan pergi lagi kalau tidak mau cium !” Sumi berkata dengan serius.

“……” Pani menatap Sumi dengan tampang terkejut, umur paman Nulu tiga puluh, bukan tiga belas kan ? Masih begitu kekanakan ya ?

Sumi terus menatap Pani dan tidak berkata apapun, kesannya sangat nekat.

Di dalam hati Pani muncul rasa tidak berdaya, dia mengerutkan bibir dan menatap Sumi, “Paman Nulu, jangan mengusik aku lagi.”

“Cium !” Sumi berkata dengan nekat.

Pani, “…..”

Pani tiba-tiba menyadari bahwa Sumi sangat keras kepala.

Pani menarik sudut bibir dan mengerut alis sendiri, lalu berkata dengan nada terpaksa “Kalau aku cium, kamu akan melepaskanku ?”

Tatapan Sumi menjadi sedikit suram dan berkata, “Iya.”

“Baiklah.”

Pani menarik nafas dan menjinjit ujung kaki sendiri, lalu mengecup ringan pada pipi Sumi.

Pani ingin beranjak pergi setelah selesai mencium.

Namun tiba-tiba Sumi langsung menarik pinggangnya dan mendekati tubuhnya.

Pada saat Pani masih merasa kaget, Sumi langsung mendekati bibirnya dengan gaya ganas.

Pani menjerit di dalam hatinya, lalu menoleh lehernya sendiri dengan gerakan tercepat dalam seumur hidupnya.

Pada kali ini, Pani hampir mematahkan leher sendiri !

Dikarenakan Pani yang menghindari secara tiba-tiba, bibir Sumi malah terjatuh pada telinga Pani.

Meskipun demikian, Pani tetap saja merasa terkejut.

Pani menahan kesakitan pada lehernya dan terus memundurkan kepala sendiri.

Sumi memeluk pinggangnya dengan erat, lalu mencium telinga dan leher Pani dengan nafas terengah-engah.

Pani sangat ketakutan, tangan yang gemetar sedang menangkap pada lengan Sumi.

Namun ketika Pani baru menyentuh lengan Sumi, dia langsung menyimpan kembali tangannya yang gemetaran, dikarenakan dia tersentuh otot lengannya yang kuat bagaikan batu.

“Paman Nulu, paman Nulu, Sumi …” Pani sangat ketakutan, Sumi tetap saja tidak mempedulikan kata-kata dirinya, reaksi Sumi membuat Pani sangat emosi, sehingga akhirnya dia langsung menjerit nama lengkap Sumi.

“ Sumi, kamu, kamu lelaki tua tidak senonoh, lelaki mesum, lepaskan aku, Sumi, dasar bajingan cepat lepaskan aku !”

Kepala Sumi menjadi sakit setelah mendengar makian dari Pani, lalu dia langsung memeluk tubuh Pani yang sedang memberontak dan beranjak ke dalam mobil.

“Aaa…aaa, tolong…”

Pani melihat demikian, langsung menjerit sekuat tenaganya.

Sementara jeritan Pani pada kali ini, berhasil menarik perhatian Yumari yang berada di dalam villa.

“Pani…”

Setelah terdengar suara Yumari yang berasal dari arah villa, Sumi yang sedang memeluk Pani akhirnya menghentikan langkahnya juga.

Pani mengambil kesempatan ini untuk memberontak dari pelukan Sumi, setelah itu dia mengulur tangan dan mendorong tubuh Sumi, akhirnya Pani mengambil koper dan berlari ke arah villa dengan mata yang kemerahan.

Sumi bahkan memundurkan langkahnya karena dorongan Pani, kelihatannya kali ini Pani telah menggunakan semua tenaganya.

Pani memejamkan mata dan meredakan emosional dirinya, setelah itu dia merapikan baju sendiri dan melirik sekilas ke arah villa, akhirnya dia mengerut bibir sendiri dan pergi dengan membawa mobilnya.

…..

“Pani, Pani, apa yang terjadi antara kamu dan tuan Nulu ? Dia, dia…”

Yumari menatap Pani yang sedang berjalan masuk ke kamar sendiri dengan reaksi panik, lalu buru-buru mengikuti di belakangnya.

Kedua mata Pani sangat merah, setelah masuk ke dalam kamar, dia mengelus mata sendiri dan meletakkan koper ke lantai, lalu berbalik badan dan memeluk Yumari yang sedang khawatir, “Nenek, aku benci padanya !”

“Pani…” Yumari semakin panik setelah mendengar demikian, “Jangan, jangan-jangan tuan Nulu melakukan sesuatu padamu ya ?”

Pani menggigit bibir sendiri, lalu melotot pintu kamar dengan mata kemerahan, akhirnya berkata dengan suara serak, “Iya, sangat keterlaluan !”

“Pani….” Yumari menjadi panik sekali, “Dia, dia melakukan apa padamu ?”

“….. Dia galak padaku.” Pani menjawab dengan nada tersedu.

Yumari, “……”

“Berdasarkan apa ? Aku masih belum setuju untuk pacaran dengannya ? Berdasarkan apa dia….galak padaku ? Dia mengira dirinya Tuhan ya ? Bisa melakukan apa dengan sesuka hatinya ya ?” Pani berkata dengan emosi meledak.

Setelah mendengar kata-kata Pani, Yumari mencerna kembali semua kata-katanya, akhirnya baru menghela nafas lega.

Untung saja dirinya yang salah menebak !

Yumari menunduk kepala dan menatap Pani dengan penuh kasih sayang, tangannya mengelus ringan pada punggung Pani dan berkata, “Kamu ya, memang terlalu keras, tidak ada yang bisa menegur kamu ya.”

Pani mengisap hidung sendiri, hatinya menjadi semakin sedih dan emosi, dia menyesal sekali karena membantu bajingan tua itu mengelabui nenek sendiri !

Novel Terkait

My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu