Hanya Kamu Hidupku - Bab 460 Pani, Kamu Imut Sekali

Hari disaat keluar dari rumah sakit, Ellen dan William pergi menjemput Pani, sekalian pergi ke Paviliun Ming Yue untuk merayakan dia keluar dari rumah sakit, tanpa diduga Ellen dan William karena ada hal yang lain, mengubah perjalanannya, kembali ke Coral Pavillion.

Ellen tidak pergi, Pani juga tidak begitu ingin pergi, tapi Sumi bersikeras membawa dia ke Paviliun Ming Yue .

Sebelum pergi, Pani mengira hanya dia dan Sumi berdua saja.

Tidak menyangka saat sampai, baru sadar ternyata ada Ethan, Frans dan juga Samir.

Pemahaman Pani dengan orang-orang ini, hanya mendengar dari mulut Ellen, terhadap mereka, tidak benar-benar kenal juga.

Jadi menghadapi mereka, Pani sedikit berhati-hati.

Tapi dia merasa, tidak salah untuk berhati-hati kepada mereka.

Karena mereka bertiga, dua orang berasal dari 4 keluarga besar, dan satu lagu adalah sutradara terkenal.

“Hai, Pani....” Samir yang pertama kali menyapa ramah, sambil memegang tangan Pani, tersenyum seperti bunga terompet.

Pani terkejut, melihat Samir dengan senyum aneh, “Hai.”

Samir menarik Pani sambil tersenyum tulus, duduk menghadap Frans dan Ethan, “Kemari kemari, aku perkenalkan dulu.”

Pani tidak bisa tahan melihat Sumi.

Sumi hanya meliriknya sekilas, lalu duduk di sebelah meja makan.

Pani melotot, tidak bisa berkata-kata.

Apa-apaan, dia membawa dirinya datang kemari, apakah tidak perlu bertanggung jawab?!

“Pani, lihat kemari lihat kemari.” Samir mengulurkan dua jarinya dan melambai didepan Pani.

Pani menarik nafas, melihat Samir.

Samir tersenyum lembut kepadanya, menunjuk Ethan dan berkata, “Ini adalah kakak sok bersih, disebelahnya, kakak yang tajam yang baru kembali dari Amerika...”

“Ingin mati?” Frans mengangkat mata panjangnya, melihat ke Samir.

Samir tersenyum tidak takut, melepaskan tangan Pani, memegang bahunya, berkata sambil melihat ke Frans, “Kamu jangan begitu galak, membuat Pani terkejut.”

Frans dengan wajah dingin, “Aku bisa memukulmu sampai menjadi kotoran!”

“Phuu...”

Dalam kepala Pani terbayang sebuah adegan Samir yang dipukul oleh Frans sampai menjadi kotoran, tidak tahan mengeluarkan tawa.

Suara tawa Pani, membuat 4 pria dalam ruang pribadi sedikit tertegun, pandangan mata mereka melihat ke Pani.

“....” Pani merasakannya, wajahnya membeku, berdeham dan berkata kepada Frans, “Aku ketakutan.”

Ke 4 pria dalam ruang pribadi menaikkan alis mereka.

Sumi menatap Pani berkata. “Duduk dulu.”

“Benar benar, duduk dulu.” Samir memegang bahu Pani, mendudukannya di samping Sumi, dan dia sendiri duduk di sisi lain.

Pani duduk sangat tegak, bibirnya tertutup rapat, saat melihat Frans dan Ethan, pandangan mata mereka sedang melihat Sumi dengan senang.

Mungkin benar.

Sumi tidak berbicara lagi sejak menyuruh dia duduk.

Samir mengatakan akan memperkenalkan untuknya, tapi tidak benar-benar memperkenalkan. Setelah duduk tidak berkata lagi.

Terasa sangat canggung!

Pani menggigit bibir bawahnya, setelah merenung sebentar, memutuskan untuk mengambil inisiatif.

Menarik nafas dalam, tersenyum ramah kepada Frans dan Ethan, “Halo, nama ku Pani, aku sering mendengar tentang kalian dari Ellen, aku sudah lama menunggu untuk bertemu dengan kalian, hehe, senang bertemu dengan kalian.”

Pani sendiri juga tidak begitu pandai berkomunikasi dengan orang. Sekarang disini, sudah termasuk luar biasa.

Jika dia mengambil inisiatif, tidak akan mendapatkan hasil yang dia inginkan, maka dia akan dengan yakin menarik diri kembali.

Mendengar kata “senang bertemu”, senyum tipis terlihat dari mata Sumi, tertutup dengan bulu matanya.

Mulut Samir terlihat tersenyum, mengangkat alis pada Frans dan Ethan.

Ethan dan Frans bertukar pandang.

Ethan menyipitkan mata, berkata, “Aku juga senang bertemu denganmu.”

Er...

Pani melengkungkan bibirnya dengan canggung, tapi dengan cepat melepaskannya, tidak peduli bagaimanapun, mereka tidak mengacuhkan dia.

“Kamu juga bisa melihat, kami adalah orang yang gampang di ajak berkomunikasi, jadi, jangan gugup.” Frans berkata sambil bersandar di kursi, wajah tampannya terlihat sedikit jahat.

Orang yang gampang di ajak komunikasi?

Pani menarik bibirnya, maaf, dia tidak bisa melihat itu!

“Di antara kami kakak beradik, Ethan adalah yang ketiga, Frans ke empat, Samir kelima. Lain kali ketika bertemu, harus memanggil orang, sudah tahu?” Sumi menoleh melihat Pani, mengatakan dengan penuh hormat seperti orang tua yang mengajar anaknya sendiri tata krama.

Pani dengan cepat melihat Samir dan yang lainnya, lalu memandang Sumi, mengatakan, “Memanggil apa? Paman ketiga, paman keempat, paman kelima?”

“Aiyoh, hahaha.... Pani, kamu imut sekali!”

Samir merasa terhibur dengan kata-kata “paman kelima” Pani ini, saat itu langsung mengeluarkan suara tawa.

Senyum tipis juga muncul di wajah Frans dan Ethan, menatap Sumi seperti sedang menonton film bagus.

Sumi mengernyit, menatap Pani.

Bocah ini mungkin tidak sengaja?

Pani mengedipkan mata padanya dengan polos, menunjukkan bahwa dia jelas bukan sengaja.

Sumi mendeham, dengan tenang berkata, “Abang ketiga, abang ke empat, abang kelima. Mengerti?”

Bagaimana Pani tidak bisa mengerti?

Baru selesai bertanya saja dia sudah mengerti.

Menatap Sumi dengan ringan, wajah Pani terasa panas, sedikit menganggukkan kepala.

Sumi menarik bibir, mengangkat tangan menyentuh kepalanya.

Samir dan ketiganya melihat ini, walaupun di wajah mereka terlihat senyum tipis, tapi di mata mereka, terlihat memiliki kegelapan.

……

Setelah makan malam dengan suasana harmonis, sekelompok orang keluar dari Paviliun Ming Yue .

Sumi mengandeng Pani berdiri didepan mobil, melihat Samir bertiga berkata, “Aku antar Pani pulang.”

Mendengar Sumi berkata, Pani juga melihat ketiga orang itu.

“Baik. Kita juga berpisah, pergi dengan kesibukan masing-masing.” Frans berkata sambil mengangkat tangan melihat jam.

Sumi mengangguk, matanya menatap Pani dengan lembut.

Pani tertegun, melihat ke arah Frans bertiga dan berkata, “Kakak ketiga, kakak ke empat, kakak kelima, sampai jumpa.”

Frans bertiga tersenyum melihat Pani.

Wajah Pani seperti sedang berada dalam panggangan api, menahan tidak menundukkan kepala.

Sumi tersenyum menatap Pani yang jelas-jelas sangat malu tapi masih berpura-pura tenang, apakah bisa dikatakan dia sangat puas?

……

Ethan, Frans, dan Samir melihat Sumi membawa Pani pergi, mereka bertiga bertukar pandang.

Samir berkata, “Apakah Sumi kali ini serius?”

“Sepertinya begitu.” Ethan berkata.

Frans menerima kunci mobil dari pelayan, menyipitkan mata memandang Samir dan Ethan, “Sumi hari ini sengaja mengundang kita keluar, lalu membawa wanita kecilnya untuk berkenalan dengan kita, jika dia tidak serius, kamu kira dia sangat tidak ada kerjaan?”

Samir berdecak dua kali, “Sumi benar-benar saja. Menurut kalian bagaimana dia bisa tertarik dengan teman baik Ellen ini?”

Samir berkata, menggeleng, masih mengejar lawan jenis dari orang sekitar. Dan bahkan lawan jenis itu masih sangat muda!”

“Aku masih ada hal besar yang perlu dilakukan, pergi dulu.” Frans mendengus berkata.

Samir dan Ethan melihat Frans naik ke mobil, dalam hati mereka tahu hal besar apa yang di maksud Frans.

Jika dikatakan, Ellen dan Pani mengalami masalah di Ginza, masih harus memberikan hadiah untuk anak emas kesayangan keluarga Domingo!

Karlos kali ini sudah membuat kesalahan kepada William dan Sumi.

William tidak perlu dikatakan lagi, dia selalu menyimpan dalam ujung hatinya terhadap tindakan Karlos ini. Jika dia bertindak, nyawa Karlos, terancam!

Sumi tidak mengatakan apapun kepada mereka saudara-saudara ini, menahan, memberi toleransi, tahu dengan jelas berterima kasih dan membenci. Di mata orang luar, dia sangat murah hati. Tapi jika sudah menyentuh garis batasnya, dia akan menjadi sangat berbeda.

Jadi, Frans ingin menjaga adiknya ini, hanya bisa bertindak terlebih dahulu!

Samir menarik nafas, meraba dagunya sendiri, melirik Ethan, tiba-tiba berkata, “Ethan, Sumi serius terhadap Pani, apakah ini artinya, dia sudah bisa melepaskan Linsan?”

Bibir Ethan tertutup rapat, berpikir beberapa detik, melihat Samir dan berkata, “Tidak tahu.”

Samir mendecak, masih mengira apa yang dipikirkannya.

“... Hahh, benar juga, aku bisa mengharapkan apa dari kamu seorang pria rumahan yang tidak pernah pacaran bahkan seorang maniak kebersihan? Aku juga pergi. “selesai Samir berkata, dia juga naik mobil dan pergi.

Wajah tampan Ethan, melihat kepergian mobil Samir, bersenandung pelan, lalu berjalan ke mobilnya sendiri.

……

Villa keluarga Rinoa.

Saat Pani sampai dirumah, Yumari menarik dia dan melihat dari atas bawah depan belakang, berkata serak, “Apakah benar-benar sudah sembuh? Hah?”

Pani menggenggam tangan gemetar Yumari, menatap matanya dengan serius, “Nek, aku benar-benar sudah sembuh. Maaf, sudah membuat kamu khawatir.”

“Membuat aku terkejut setengah mati.” Yumari memegang dadanya sendiri, melihat Pani, berkata dengan hati berdegup kencang.

Pani dengan hangat menatap Yumari, rumah ini, takutnya hanya dia, bisa peduli padanya, khawatir padanya.

“Kakak, berikan kamu apel.”

Suli yang tidak tahu kapan datang, tangannya yang kecil, memberikan sebuah apel bersih kepada Pani.

Pani menunduk melihat Suli, “Tidak perlu.”

“Aku membersihkannya khusus untukmu.” Suli berkata dengan suara imut.

Sepasang mata Pani melirik sebentar, melihat Reta yang duduk di sofa dengan tangan terlipat di dadanya dan melihat kesini dengan pandangan menjijikkan, mengerutkan bibir berkata, “Aku tidak ingin makan, kamu makan sendiri saja.”

Makanan yang paling di sukai Suli adalah apel, jadi dia selalu memberikan apel kepada Pani.

Karena dia merasa, dia memberikan hal yang paling dia sukai kepada Pani, maka Pani bisa menyukai dia.

Suli menundukkan kepalanya, melihat wajah dingin Pani, wajah kecil dan bulatnya sedikit berkerut, sedikit sedih.

Pani menarik kembali pandangannya dari Suli, memeluk Yumari, “Nek, kita jangan berdiri didepan pintu, ayo ke kamarku.”

Yumari tidak tega melihat Suli, tapi dia tidak mengatakan apapun, hanya menghela nafas, mengikuti Pani yang memapahnya pergi ke kamar dia.

“Kakak...”

Suli menatap punggung Pani dengan sedih, memanggil dengan suara kecil.

Pani tidak memperdulikan dia.

Suli melihat Pani dan Yumari masuk ke kamar, akhirnya tidak tahan lagi, air matanya mulai mengalir.

“Rasakan!”

Troy berdiri di lorong lantai dua, menatap Suli dan memarahinya.

Suli menatap Troy dengan air mata berlinang, memeluk apel di tangannya dan berjalan perlahan ke sofa, memanjat ke sofa dan menangis pelan.

Reta melihat putrinya yang sedih, berdiri dan berjalan ke sisi dia, menggendong dia ke atas pahanya, mengulurkan tangan menaikkan dagunya, menatap mata besarnya yang penuh dengan air mata, berkata lembut, “Kali ini abangmu memarahi dengan benar. Orang seperti Pani, berhati batu, berhati kejam. Jadi kamu, dengarkan kata-kata mama, jangan pergi untuk ramah lagi, tahu tidak?”

Tidak bisa dikatakan, Reta benar-benar bisa dikatakan ibu yang baik kepada putrinya.

Suli menangis tersedu-sedu dalam pelukan Reta, mata besarnya yang masih berlinangan air mata tidak bisa dikendalikan memandang ke arah kamar Pani.

Reta melihat ini, kedua matanya menyipit, diam-diam berkata : Bajingan, putriku mengambil inisiatif untuk berteman denganmu, kamu malah tidak menghargainya, membuat putriku merasa sangat sedih. Tunggu saja!

Novel Terkait

Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu