Hanya Kamu Hidupku - Bab 545 Apa Yang Kita Lakukan Di Hotel

Riki berjalan sampai ke pintu dan membuka pintu tanpa mengetahui siapa yang ada di luar.

Meskipun dia sudah menebak siapa yang berdiri di luar, Ketika melihat orang, mata Riki masih sedikit menegang.

Hanya karena wajah orang ini tenang dan penuh arti, menarik perhatian dengan beberapa goresan!

Sumi mengakui bahwa sulit untuk mempertahankan sikapnya yang biasa dalam menghadapi Riki, Ketika dia melihat Riki, Sumi dengan dingin hanya meliriknya saja.

Alasan mengapa Sumi muncul di sini, Riki hatinya tahu benar.

Juga karena dia tahu, Riki baru merasa hatinya dingin dan sangat marah. Memandang Sumi dengan dingin dan berkata "Tuan Nulu mungkin tidak tahu betapa tidak disukai orang dirimu disini? Jika aku adalah tuan Nulu, saat ini aku tidak akan muncul disini untuk merepotkan!”

Mendengar perkataan Riki.

Pani yang di dalam kamar menurunkan tatapannya, membuka bibirnya dan membuang nafas. Dia berdiri dari kursinya dan berjalan kesana.

Sekali Pani datang.

Tatapan mata Riki dan Sumi tanpa di rencanakan bersama-sama melihat kearahnya, cahaya bawah matanya sesaat merasuk kedalam.

Pani berdiri di samping Riki dan menatap Sumi.

Seperti Riki, ketika Pani melihat goresan di wajah Sumi, juga sedikit menunjukkan ekspresi terkejut.

Apakah dia tidak mengurus goresan yang ada di wajahnya? Mengapa sudah lewat satu malam, tampaknya goresannya lebih dalam dan lebih mencolok.

Sedangkan Sumi membeku ketika melihat mata Pani yang bengkak dan lembab, dengan cepat berlari melewati cahaya dingin dan dengan lembut mengerutkan bibir tipisnya, baru berkata "apakah sudah boleh pergi?"

Hati Riki tenggelam dengan kejam, menatap Pani dengan kedua mata yang erat.

Bulu mata Pani bergetar, berbalik melihat Riki.

"Pani." Riki mengulurkan tangan untuk menggengam tangan Pani, dengan suaranya yang berat.

Sumi mengerutkan kening dan menatap tangan Riki yang dia menggengam tangan Pani. Sudut mulutnya bergerak dan berkata "Aku sudah bilang tidak perlu membersihkan apa pun. Aku akan membelikanmu satu per satu ketika pindah ke rumah baru. Karena kamu sudah menggunakan pakaian yang rapi, aku lihat sudah tidak perlu buang-buang waktu. Ayo pergi. "

Sumi selesai berbicara, dia menyentak tangannya dan memegang lengan Pani, membawa Pani keluar.

Pani mengerutkan kening, menatap Sumi, juga melihat Riki, dengan lembut mengambil nafas "Kalian berdua lepaskan!"

Secara alami.

Tak satu pun dari mereka yang melepaskan!

Mereka saling menatap tajam.

Pani melihat itu, menutup matanya dan menekankan nada bicaranya "Aku berkata sekali lagi,lepaskan!"

Ujung alis Riki dan Sumi mengencang, saling menatap, seperti sedang menunggu siapa yang akan pertama kali melepaskan, baru kemudian mereka akan melepaskan.

"Cepat, sekarang!"

Pani sudah tidak tahan.

Riki dan Sumi dengan cepat melepaskan tangan.

Pani mengambil napas dalam-dalam. Dia tidak melihat mereka berdua. Berbalik badan berjalan ke kamarnya sendiri.

Riki dan Sumi berdiri di pintu, menatap Pani sedikit curiga.

Sekitar satu menit.

Pani mendorong koper keluar dari kamar.

Wajah Riki dan Sumi tidak enak dilihat. Ketika mereka melihat kondisi seperti ini, ekspresi wajah mereka langsung seperti kutub utara-selatan.

Wajah Sumi melayang dan tersenyum lembut, sedangkan wajah Riki, hitam sehitam tinta.

Pani mendorong koper ke pintu, menatap Sumi dengan tekad di matanya "Ayo pergi!"

"Baik." Bibir Sumi melengkung ke atas, tangannya meraih koper dan tangan Pani. Matanya yang jernih dan lembut menatap Pani.

Pani menyipitkan mata, menarik tangannya dari tangan Sumi.

Alis Sumi sedikit bergetar, matanya sedikit menyusut dan menatap Pani dalam-dalam.

Pani menurunkan matanya, tidak melihat Riki. "Kamu jaga dirimu baik-baik… aku pergi."

Setelah berbicara.

Pani kemudian dengan cepat melangkah keluar.

Riki mengulurkan tangan ingin meraih lengannya tetapi tidak teraih, malah dia hanya merasakan angin dingin yang melewati jari-jarinya.

Begitu Pani pergi, Sumi bahkan tidak melihat suasana hati Riki, menyeret koper pergi bersamanya.

Sumi dan Pani dengan cepat menunggu lift dan berjalan masuk.

Tak satu pun dari mereka yang ragu-ragu sama sekali, dan langsung berjalan.

Ting—

Pintu lift berbunyi saat tertutup.

Riki hanya merasakan hati yang kosong, benar-benar kosong!

semua yang didalam pikirannya adalah.

Baru kemarin, dia secara pribadi membawanya pergi bekerja di PT. Sukajaya, baru kemarin…

Tapi hari ini, dia sudah pindah!

Riki agak bingung.

Sebenarnya pada saat ini, kepergian Pani adalah palsu. Empat tahun Riki dan Pani hidup rukun satu sama lain adalah mimpi, tidak ada sama seklai, palsu!

Atau, kepergian Pani itu benar, hanya ada empat tahun mereka, yang palsu!

Jika itu benar.

Kenapa dia bisa bilang pergi ya pergi, tidak ada nostalgia.

Riki bersandar di kusen pintu, hanya merasakan gelombang demi gelombang yang membakar dengan kejam, mendobrak ke matanya.

……

Sebenarnya, Pani tidak semudah seperti yang dipikirkan Mu Zhixi.

Saat pintu lift tertutup, air mata mulai turun!

Pergi dari sini.

Pani juga memiliki rasa kesepian dan kepahitan ketika dia terpaksa meninggalkan rumah.

Meskipun dia telah berencana untuk pindah dari sini, dia tidak berpikir bisa secepat ini, begitu tiba-tiba.

Jadi.

Terlebih lagi Riki sulit menerima, Pani sendiri tidak menyalahkan.

Alasan mengapa dia pergi dengan Sumi begitu cepat.

Itu karena adegan pertarungan mereka yang sebelumnya masih jelas.

Pani takut jika masih tidak pergi, mereka berdua akan bertarung lagi.

Sumi menundukkan kepala melihat Pani menangis, hatinya sulit dikatakan.

Pani sangat sedih, jika berkata tidak peduli dengan Riki, tidak ada yang akan percaya.

Mau dia melihat, dia jelas sangat peduli!

Sumi meraih tiang koper yang ada di tangannya, membutuhkan hampir semua kendali dirinya untuk menekan kecemburuan dan kemarahan yang ada di hatinya. Dia tidak berdebat dengan Pani.

Dia peduli tentang Riki lagi!

Bagaimanapun.

Jika dia ingin bersama dengan Riki, kecuali dia Sumi mati!

……

Di dalam mobil.

Sumi menarik panjang wajahnya, menatap matanya Pani yang masih mengisap hidungnya di kursi pengemudi, mengencangkan bibirnya yang tipis dan berkata dengan dingin "Sangat jelek!"

Setelah mendengar perkataan Sumi, Pani dengan mata merah dan bengkak melihat kearahnya.

"Tidak bisa dilihat!" Sumi mengerutkan kening dan bersenandung.

Pani menatapnya, menangis untuk waktu yang lama, suarapun sudah serak "Bisa berbicara Bahasa manusia?"

"Lihat sendiri!" Sumi mengeluarkan ponselnya dan memberikannya ke tangan Pani. "Wajah bengkak seperti wajah babi!"

Pani "..."

Mengambil ponsel, menahan!

Mengangkat ponsel, Pani membuka kamera, lihat.

Ya.

kecuali kedua matanya bengkak, hidung serta mulutnya sedikit merah, dia tidak merasa seperti wajah babi…

Pani meletakkan ponselnya dan memicingkan mata ke wajah Sumi.

Wajahnya seperti wajah babi. Bukankah dia melihat wajahnya sendiri?

Pani menggerakan mulutnya dan berkata "jika wajah seseorang tidak dibersihkan dan menggunakan obat, itu bisa hancur hingga tidak beda dengan muka babi."

Sumi menatap wajahnya di cermin, tetapi ekspresinya tidak menunjukkan kekhawatiran.

Lagipula, dia tidak bergantung dengan wajahnya untuk makan!

Selain itu, ia menghabiskan sepanjang malam di garasi bawah tanah di bawah gedung apartemen. Bagaimana dia bisa punya waktu dan mood untuk peduli apakah wajahnya bisa hancur?

Semua pikiran digunakan, takut bahwa gadis kecil itu tiba-tiba melanggar kontrak karena masalah ini!

Sejujurnya.

Dia menunggu sampai pagi ini baru naik mengetuk pintu, sudah sangat tidak mudah!

……

Karena apartemen yang baru dibeli baru bisa ditinggali pada sore hari.

Jadi Sumi membawa Pani ke hotel bintang lima di kota Yu.

Pani melihat bahwa dia memarkir mobil di depan pintu hotel, sedikit terkejut "Apa yang kita lakukan di hotel?"

"Pagi ini kita di hotel dulu, sore nanti baru pindah ke apartemen." Sumi membuka ikatan sabuk pengaman, mata yang jernih menatap Pani dan berkata.

Pani mengangkat alisnya.

Sumi menatap Pani selama beberapa detik dan tiba-tiba mencondongkan badannya.

Kelopak mata Pani melompat, punggungnya menghantam bagian belakang kursi, tangannya melindungi perutnya, menatap matanya dan berteriak "Apa yang kamu lakukan?"

Pani sangat defensif terhadapnya, memanggil Sumi dengan sangat tidak senang.

Sumi mengerutkan kening dengan dingin, tidak mengatakan apa-apa. Dia langsung membuka sabuk pengaman di depan Pani.

Setelah itu, tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepada Pani, dia membuka pintu dan keluar dari mobil. Dia melemparkan kunci mobil ke petugas parkir. berkeliling ke bagian depan mobil dan pergi ke kursi pengemudi, membuka pintu dan tangannya mengambil tangan Pani yang ada di perutnya.

Jempolnya secara tidak sengaja menyentuh perut Pani, mata Sumi membeku, menatap Pani "aku membimbingmu keluar dari mobil, atau langsung menggendongmu untuk keluar dari mobil?"

Pani menggerakkan mulutnya dengan canggung.

Juga merasa bahwa Ketika berhadapan dengannya, terlalu gugup dan waspada, jadi menunjukkan keterkejutan yang seperti itu.

Pani mengambil nafas, mengerutkan bibir dan berkata "Aku turun sendiri."

Sumi bergumam, berdiri sedikit ke samping.

Pani menatapnya dan melangkah keluar dari mobil.

……

Di depan pintu kamar suite Presdir.

Ketika Sumi membuka pintu dengan kartu kamarnya, Samir, ayah Ethan dan anaknya secara kebetulan berdiri di belakang pintu, seolah bersiap untuk keluar.

Pintu tiba-tiba terbuka.

Samir dan Bobo saling menatap satu sama lain pada saat yang bersamaan. Selain Bobo, Samir dan Ethan terkejut pada saat yang bersamaan. Mereka melihat Sumi dan Pani tanpa mengatakan apa-apa.

Pani tertegun ketika melihat Samir, Ethan dan juga Bobo. Tanpa diduga, mereka juga datang ke kota Yu.

Dari Lima orang.

Sumi yang paling tenang, membawa koper masuk kedalam pintu, menatap Bobo dengan lembut "Belum pernah melihat bibimu bukan, sini, Paman Sumi akan memperkenalkannya kepadamu."

"Tidak perlu dikenalkan!"

Bobo berkata, berjalan ke Pani, tangannya memeluk ke dua paha Pani, mengangkat wajah kecilnya untuk menatapnya, dengan renyah berkata "Halo bibi, namaku Bobo, kamu bisa memanggilku Bobo, juga bisa memanggilku Baby Bobo."

Setelah jeda, Bobo melihat Pani dengan serius dan berkata, “Kamu sangat cantik!"

"......" Pani tertegun membuat anak kecil itu menyombongkan pipinya yang panas. Maaf, mata aprikotnya tidak bisa menyembunyikan cintanya. Dengan bersinar menatap Bobo "Aku mendengar bibi Ellen membicarakanmu, dia berkata kamu adalah anak lelaki yang tampan. Sekarang ketika aku melihatnya, ternyata itu benar."

"Apakah bibi ketiga mengatakan siapa yang lebih tampan dari Aku, Tino, Nino dan kakak Keyhan?" Bobo patuh, sepasang mata hitam yang besar melintas, mengerutkan mulut kecil merah muda yang lembut, memiringkan kepala kecilnya, dan bertanya dengan lembut.

Pani "..."

Si kecil ini,pertemuan pertama, jangan menanyakan pertanyaan yang sulit baginya?

Novel Terkait

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu