Hanya Kamu Hidupku - Bab 243 Perlukah Aku Pergi Sekarang?

Ellen tahu bahwa William sudah mau pergi, dia dengan patuh menarik kembali kepalanya dan melangkah mundur.

William menyalakan mobil dan memutar setir, dari kaca spion melihat Ellen selangkah demi selangkah melangkah mundur, hatinya tiba-tiba muncul pikiran ingin keluar dari mobil dan membawanya pergi.

Tetapi pada akhirnya, William tidak melakukannya.

William menyipitkan matanya, dan melaju keluar dari villa.

Ellen berdiri di tempat, menatap ke arah William pergi dengan linglung, hatinya sepertinya juga dibawa pergi olehnya, dan hatinya kosong sekarang.

Sebenarnya.

Bagaimana mungkin Ellen ingin berpisah dengannya.

Setelah berpisah selama empat tahun, sekarang mereka telah membuka simpul di dalam hati, dan juga mengetahui bahwa mereka masih saling mencintai, bagaimana mungkin dia tidak ingin tinggal bersamanya setiap menit dan setiap detik.

Ellen menghela napas di dalam hatinya, mengangkat tangannya dan menggosok wajahnya, lalu berbalik, dan berjalan sambil bergumam, "Ellen, Waktu kalian di masa depan masih panjang, tidak perlu khawatir, waktu kalian di masa depan masih panjang.

...

Tidak sama dengan kecepatan stabil ketika Ellen, Tino dan Nino ada di dalam mobil, William mengebut sepanjang jalan dan menikmati sensasi yang dibawa oleh kecepatan tersebut, kurang dari 20 menit, mobil Audi tersebut sudah berhenti di depan Hotel Junli.

William keluar dari mobil, menatap pelayan hotel dengan dingin, dan berjalan menuju hotel.

Pelayan hotel tersebut melihatnya masuk, kemudian dia melangkah maju untuk masuk ke dalam mobil dan membawa mobil ke tempat parkir khusus.

William naik lift ke lantai atas dan tiba di depan pintu kamar suite Presdirtial, dia memasukkan tangannya ke dalam saku celana dan baru saja mau mengambil kartu kamar, tiba-tiba dia melihat bahwa pintu kamarnya sedikit terbuka.

William melepaskan kartu kamar yang ada di dalam saku, mengeluarkan tangannya dari saku untuk mendorong pintu.

"Dang dang dang dang... Surprise ~~~"

Sebelum tangan William menyentuh pintu, pintu terbuka dari dalam, Samir memegang sebuah kembang api kertas dan mau menyemprot pada William.

Pelipis William berdenyut dua kali.

William dengan cepat mengambil kembang api kertas tersebut dari tangan Samir, lalu menyemprot pada Samir.

Pong ——

Pita warna-warni tersebut disemprot di wajah Samir.

Samir, "..."

William melihat wajah Samir sedikit berkedut, matanya yang hitam menunjukkan sedikit senyuman, dia meletakkan kembang api kertas ke telapak tangan Samir, kemudian dengan tenang memasukkan tangannya ke dalam saku celana, melewati Samir, dan berjalan ke dalam.

Begitu tiba di ruang tamu, William melihat orang-orang yang duduk di sofa, kemudian berkata dengan datar, "Kapan kalian datang?"

Frans mengangkat bahu dan tersenyum, sepasang matanya yang panjang dan sempit terangkat tinggi, dia mengangkat dagunya yang cantik melihat Samir yang berdiri di depan pintu dengan linglung, lalu berkata, "Samir, dengan IQ-mu ini, bagaimana kamu bisa membuat film dan acara televisi yang populer itu? "

Samir memelototinya, lalu membuang pita-pita yang ada di kepala dan bahu ke lantai, mengangkat kakinya dan menendang pintu, kemudian berjalan ke ruang tamu dan duduk di sofa, serta menginterprestasikan dengan jelas apa yang dimaksud "aku dibully orang, tapi aku tidak mengatakannya "!

Sumi tersenyum ringan, dia melirik ke arah Samir, kemudian menatap William dan menjawab pertanyaan William, "Kami tiba di sini jam delapan malam."

William mengangguk, lalu melihat ke berbagai jenis anggur yang ada di atas meja kopi.

"Aku kira Ellen akan bersamamu."

Ethan mencondongkan tubuh ke depan, mengulurkan tangannya yang putih tidak normal untuk mengambil segelas anggur merah yang ada di atas meja kopi, jari-jarinya yang putih memegang di gelas kaca, sehingga membentuk kontras visual yang kuat dengan cairan merah tua di dalam gelas.

"Ya, mengapa Ellen tidak kembali bersamamu? Kami secara khusus datang ke sini bukan untuk melihatmu, tetapi untuk melihat Ellen dan..."

Frans tersenyum dengan nakal, "Keponakan kecil."

William mendengar perkataan Ethan dan Frans, dia tidak menjawab, dan mengeluarkan ponselnya dari saku celananya.

Frans menyipitkan matanya, lalu tersenyum dan berkata, "Apakah kamu mau telepon Ellen? Cepat telepon dia, aku kebetulan bisa berbicara dengannya."

Ethan mengangguk dengan setuju.

Sumi masih tersenyum.

Samir sekarang tidak bisa mendengar nama Ellen, ketika dia mendengarnya, dia akan mengingat masalah "celana dalam" itu, dia meraih bantal sofa dan memeluknya, lalu menutup matanya dan berpura-pura mati.

Benar-benar hanya karena sekali kecerobohannya, reputasinya langsung hancur semua.

William melirik beberapa orang, perlahan-lahan membuka telepon, dan menelepon Ellen.

"Speaker!"

Frans berdiri, dia langsung berjalan ke samping William dan duduk, kemudian mengulurkan tangannya dan menekan layar ponsel William.

William menjilat bibirnya yang tipis, lalu melirik Frans, dan suaranya sangat dingin, "Kamu ini sangat tidak sopan."

"Kita adalah sahabat, jika dianggap serius maka itu benar-benar tidak ada artinya." Frans mengulurkan tangan dan meraih bahu William, lalu menatap William dengan tersenyum.

"Paman Ketiga."

Suara wanita yang manis dan lembut terdengar dari ponsel.

Alis William sedikit bergerak, dia tidak peduli dengan Frans, dan menepuk tangan Fransyang ada di bahunya, matanya yang hitam menatap ponsel, ”Ya.”

"Kamu sudah tiba di hotel? Waktu masih kurang dari setengah jam." Ellen berkata, "Bukankah aku telah memberitahumu untuk jangan membawa mobil terlalu cepat, dan lebih berhati-hati?"

"Uh ~~"

Frans tersenyum dan berkata ke ponsel, "Ellen, hebat ya kamu, kamu bahkan berani memarahi Paman Ketigamu?"

"..." Suara Ellen segera menghilang.

William mengerutkan kening, dan menatap Frans dengan dingin.

Frans dengan cepat mengangkat tangannya, tersenyum dan menyerah.

William memelototinya.

"Ellen, Frans selalu tidak serius, kita abaikan dia saja."

Sumi berkata dengan lembut, dan juga tersenyum.

Ethan juga diam-diam mengangguk.

Frans merentangkan tangannya.

"... Paman Sumi, PamanFrans, kalian, apakah kalian datang ke Kota Rong?"

Tidak lama setelah Sumi berbicara, baru terdengar suara terkejut Ellen.

Sumi memandang ponsel yang dipegang William dengan lembut, suaranya juga sangat lembut, "Bukan hanya kami yang datang, Ethan juga ada di sini."

"Ah? Kalian semua ada di sini." Ellen tidak tahu apakah ini adalah kejutan yang menyenangkan atau menakutkan, dan suaranya sangat cerah.

Beberapa pria tersenyum setelah mendengarnya, mereka saling memandang, Ethan berkata, "Kami semua menunggu untuk melihatmu."

"Kalau begitu... perlukah aku pergi sekarang?"

"Tidak boleh!"

Ethan mereka masih belum sempat berbicara, dan William telah menjawabnya.

Semuanya, "..."

"..." Ellen juga berhenti berbicara.

Semua orang diam-diam menatap ke William.

William menyipitkan matanya, tetapi nadanya secara tidak sadar menjadi lembut, dia berkata, "Waktu sudah malam, kamu besok baru datang juga tidak apa-apa."

Frans memutar bola matanya.

Sumi tersenyum dan diam saja.

Ethan bersandar di belakang sofa, dan menatap William dengan tersenyum.

William hanya menganggap mereka tidak ada di sini.

"... Baiklah, kalau begitu aku besok pergi cari kalian setelah aku pulang kerja." Ellen berkompromi.

"Aku pernah mendengar suami yang dikontrol ketat oleh istri, ini adalah pertama kalinya aku melihat istri yang dikontrol ketat oleh suami." Frans sengaja meningkatkan volume bicaranya dan mengejek Ellen.

Ellen, "..."

William tersenyum, dan berkata kepada Ellen, "Apakah kamu ingat apa yang baru saja dikatakan Paman Sumi-mu?"

"Ingat! Paman Sumi berkata bahwa Paman Frans selalu tidak serius!" Ellen menjawab dengan ceria.

"Ya." Mata gelap William menjadi sangat lembut.

Frans, "..."

“Paman Sumi.” Ellen tiba-tiba memanggil Sumi.

Beberapa pria yang lain mengerutkan kening, dan tatapan mereka yang tertuju pada Sumi menunjukkan sedikit iri hati.

Sumi juga terkejut, dia mengangkat alisnya dan memberi beberapa orang ekspresi "apa boleh buat, Ellen memiliki hubungan yang lebih baik dengannya", lalu berkata, "Ya? Paman Sumi ada di sini"

Samir diam-diam memelototinya.

"Di mana Pani? Apakah Pani baik-baik saja?" Suara Ellen dipenuhi dengan harapan dan kegembiraan.

Tapi begitu perkataan ini terdengar dari ponsel, semua orang yang hadir melihat bahwa mata Sumi mengalami sedikit perubahan.

Sumi perlahan mengerutkan keningnya, dan suaranya menjawab pertanyaan Ellen masih lembut, "Dia? Siapa yang tahu?"

Setelah Sumi menjawab, beberapa orang mendengar bahwa napas Ellen menjadi ringan, dan suara Ellen tidak terdengar lagi.

William melihat mata Sumi yang secara bertahap menjadi suram, dia menyipitkan matanya, dan baru saja mau mengatakan sesuatu kepada Ellen yang tiba-tiba terdiam.

Pada saat ini, bel pintu kamar berbunyi.

Bel pintu yang tiba-tiba berbunyi memecahkan keheningan ruang tamu yang canggung ini.

Samir membuang bantal yang ada di dalam pelukannya, berdiri dan berjalan menuju pintu kamar.

Samir terbiasa ceroboh, dia bahkan tidak menanyakan siapa yang berada di luar kamar, dan langsung membuka pintu.

Begitu pintu dibuka, Samir melihat orang yang berdiri di depan pintu, dan mustahil baginya untuk menutup pintu lagi.

Samir melihat wanita yang kurus dan berpakaian tipis di depan pintu, wajahnya yang tampan sedikit berkedut, bibirnya bergerak dan dia berkata, "Angin apa yang membawa Nona Rosa yang merupakan wanita terkenal di Petapa datang ke sini?"

Samir awalnya ingin mengatakan "angin jahat", tetapi mulutnya tidak sejahat mulut Frans, selain itu, dia tidak memiliki konflik dengan Rosa, ditambah lagi Rosa merupakan seorang wanita, jadi tidak masuk akal jika dia begitu melihatnya dan langsung menyindirnya.

Rosa tidak menyangka bahwa begitu dia menekan bel pintu dan pintu langsung terbuka.

Yang kedua, dia tidak menyangka bahwa orang yang membukakan pintu untuknya adalah... Samir.

Untuk bertemu dengan William, Rosa sangat jelas telah berdandan dengan cermat.

Meskipun Kota Rong hangat di musim dingin dan sejuk di musim panas, tetapi bagaimanapun juga sekarang adalah musim dingin.

Rosa hanya mengenakan baju tidur berwarna merah... dengan rok pendek.

Ditambah lagi kain baju tidurnya sangat tipis dan menempel dengan tubuh, sehingga dapat dilihat bahwa Rosa bahkan... tidak memakai pakaian dalam.

Samir secara tidak sengaja melihat dua tonjolan di dadanya, dia tidak bisa tahan dan memutar bola matanya ke atas.

Jangan salah paham... dia hanya merasa sedikit merusak pemandangan.

Rosa menarik napas ringan, dan wajahnya juga merah, dia berpura-pura secara alami mengangkat tangannya untuk menutupi dadanya, lalu melihat ke belakang Samir, dan menggerakkan bibirnya,”Kakak Kelima.”

"Oh, jangan begitu, aku tidak pantas untuk Nona Rosa memanggilku ‘Kakak’."

Samir sambil berkata sambil menggaruk kepalanya dengan malu, lalu dia menatap Rosa dan berkata, "Aku ingat aku sepertinya lebih muda darimu."

Lebih muda darinya...

Sudut mata Rosa sedikit berkedut, apakah Samir sedang samar-samar mengatakan bahwa dia sudah tua?!!

Samir juga tidak mengundangnya untuk masuk, dia bersandar ke panel pintu, menatap Rosa sambil tersenyum, "Apakah Nona Rosa datang mencariku?"

Rosa, "..." Hahaha.

“... Aku datang mencari Kak William, apakah Kak William ada di dalam?” Rosa sambil berkata dan matanya melihat ke belakang Samir lagi.

Kali ini, Samir belum sempat berbicara, dan suara Frans terdengar dari ruang tamu, "Aku kira Nona Rosa tengah malam datang ke sini karena mengetahui bahwa aku ada di sini, sehingga kamu datang untuk berkencan denganku."

Tengah malam... sudah mau jam dua belas malam, bukankah sekarang adalah tengah malam?!

Dan berkencan...

Rosa mendengar perkataan ini, dia malu sampai mengepalkan tangannya dan menggertakkan giginya, diperkirakannya mungkin ingin pergi merobek mulut Frans!

Novel Terkait

Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu