Hanya Kamu Hidupku - Bab 258 Bukan Seperti Ini Caranya Merendahkan Seseorang

Ellen tidak lagi mencoba untuk membuka matanya dan tertidur lelap.

Dorvo keluar dari ruang makan dan melihat Ellen yang sedang tertidur di pelukan William dengan tenang.

Dorvo menyipitkan matanya dan berjalan perlahan ke ruang tamu, lalu berkata : “ Bawalah adikku kembali ke Kota Rong.

William menatap Dorvo.

Dorvo berdiri di ruang tamu dan meletakkan tangannya di saku celananya seperti biasa. Dia memandang Ellen yang sedang tidur di dalam pelukan William dan dengan suara berbisik berkata : “ Melihat sikap adikku terhadapmu sekarang, sudah terlihat jelas hubungan diantara kalian berdua. Aku tidak terlalu paham dengan karakter Presdir Dilsen , tetapi aku dapat melihat bahwa kamu tulus pada adikku. ”

Dorvo diam sejenak, lalu dia melanjutkan : “ Jika saat ini kamu membawa adikku pergi, maka sudah tidak diragukan lagi bahwa ini adalah pilihan terbaik dan perlindungan terbesar untuk adikku, Nino dan Tino.

Begitu Boromir kembali ke Kota Rong , dia tidak sabar untuk berdemonstrasi di rumah keluarga Nie.

Dia mengalami kerugian besar di rumah keluarga Nie, dan dia tidak mungkin membiarkannya begitu saja.

Selain itu, demonstasi Boromir di rumah keluarga Nie hari ini hanyalah langkah pertama baginya untuk menjatuhkan keluarga Nie.

Dan yang akan dilakukan Boromir selanjutnya adalah hal terpenting di dalam bagian rencananya.

Oleh karena itu, tidak diragukan lagi bahwa keputusan teraman dan paling bijaksana adalah membawa Ellen, Nino dan Tino bersama William ke Kota Rong.

Setidaknya untuk saat ini.

Adapu untuk masa depan...

Dorvo menurunkan pandangannya dan dengan bulu matanya yang tebal menutupi suasana hatinya yang terlihat di matanya.

William diam sejenak dan kemudian berkata : “ Dia tidak akan setuju. ”

Dorvo menggerakkan alisnya dan berkata : “Apakah Presdir Dilsen melakukan setiap tindakan atas persetujuan adikku? ”

William : “... ”

“ Tidak mungkin kan! ”

Dorvo menatap William.

Tatapan William menjadi sangat dalam dan berkata : “ Presdir Nie , kamu tidak berpikir bahwa kamu dapat berurusan dengan Boromir yang memiliki dasar kuat di Kota Rong dengan kekuatan Keluarga Nie sekarang kan? ”

“... ” Pandangan Dorvo menjadi suram dan dia berkata : “ Ini adalah bisnis Keluarga Nie , Presdir Dilsen tidak perlu khawatir. ”

William menundukkan kepalanya dan menatap Ellen dengan senyuman, lalu berkata : “ Sekarang, adikmu adalah istriku. Presdir Nie harus mencoba untuk memperlakukanku sebagai keluargamu sendiri. Bukankah mengkhawatirkan masalah keluarga sendiri adalah hal yang wajar? ”

“... ” Dorvo tertawa dan berkata : “ Apa yang dikatakan Presdir Dilsen adalah sesuatu hal yang masuk akal. Karena kita adalah satu keluarga, maka aku tidak perlu memanggilmu terlalu formal lagi dan aku seharusnya memanggilmu adik ipar, kan? ”

William tersenyum.

Karena dimatanya, Dorvo bisa diungkapkan dengan empat kata, yaitu rasa malu menjadi marah!

“ Karena aku telah memanggil Presdir Dilsen sebagai adik ipar, bukankah Presdir Dilsen juga seharusnya memanggilku kakak seperti panggilan adikku padaku. ”

Dorvo berkata : “ Jika Presdir Dilsen memanggilku kakak, maka mulai hari ini, aku akan menganggapmu sebagai keluarga sendiri. ”

William : “... ” Dia menyipitkan matanya.

Dorvo berusia dua puluh tujuh dan belum dua puluh delapan tahun, sedangkan dia sudah memasuki tiga puluh empat. Bagaimana caranya memanggil dengan panggilan kakak.

Haha, bukan begitu caranya merendahkannya!

“ Bagaimana Presdir Dilsen? ” Dorvo senyum menyeringai.

“ Sudahlah, hanya sebuah panggilan. ” William menghela nafas dan kemudian berkata : “ Bagaimana jika mulai saat ini, kita saling memanggil nama saja... ”

“ Tidak cocok! ”

Dorvo menggertakkan giginya dan berkata : “ Ini adalah aturan Keluarga Nie , tidak bisa diganti. ”

“ Ekhem.”

William menggendong Ellen, lalu memandang wajah Dorvo yang kaku dan bertanya : “ Di mana kamar Ellen? ”

Dorvo menatap William dengan kesal.

William adalah seorang yang bisa menahannya, dia sama sekali tidak merasakan kontroversi dari tatapan Dorvo.

Dorvo mengepalkan tangannya, lalu melepaskannya dan kemudian mengeluarkan tangan dari saku celananya dan menunjuk ke sebuah kamar di lantai dua.

William menggendong Ellen dan berjalan ke atas.

Dorvo memandang William dari belakang, tetapi dengan tatapan yang sangat kejam.

Dia harus mengakuinya.

Perkataan William tadi sangatlah terus terang.

Meskipun Boromir telah meninggalkan Kota Rong selama lima tahun, tetapi pengaruhnya di Kota Rong sama sekali tidak berkurang.

Salah satu alasannya adalah Boromir selalu waspada terhadap Keluarga Nie. Meskipun dia berada di Afrika, tetapi dia masih tahu situasi di Kota Rong.

Selain itu, dia sangat pandai dalam menarik orang, bawahan musuhnya sangat murah hati, dan bawahannya sangat setia padanya, bahkan sampai mati.

Oleh karena itu, dalam beberapa tahun terakhir ini, meskipun perkembangan pemasaran Perusahaan Nie sangat terhalang oleh orang-orang Boromir , tetapi dia juga tidak bisa pergi ke dunia gelap.

Jadi sekarang, dia ingin mengungguli Boromir adalah sesuatu hal yang sulit.

Boromir membunuh orang tuanya, menindas kakak kandungnya dan menindas Keluarga Nie. Itu semua membuat Dorvo sangat membenci Boromir.

Namun, dia tidak pernah cukup kuat untuk bertarung melawan Boromir dan membalas dendam untuk orang tuanya dan Eldora. Ini yang selalu menjadi titik rasa sakit Dorvo !

William mengatakan sesuatu yang menyinggung rasa sakitnya. Bagaimana mungkin dia tidak marah!

Dorvo mengepalkan tangannya dan meninju belakang sofa.

Ketika kepalan tangan Dorvo mendarat di belakang sofa, tiba-tiba telepon di ruang tamu berdering.

Dorvo mengerutkan keningnya, lalu pergi mengangkat telepon dan meletakkannya di telinga.

Tidak tahu apa yang dikatakan di telepon, tetapi Dorvo menarik nafas dalam-dalam dan menjatuhkan teleponnya. Lalu dia mengambil ponsel di meja teh dan berjalan menuju pintu villa.

Ketika Dorvo keluar dari villa, William baru saja keluar dari kamar Ellen, berdiri di depan koridor dan melihat ke arah pintu villa.

Ketika suara mobil sudah menjauh dari villa, William pun berbalik dan kembali ke kamar Ellen.

.....

Rumah sakit, di ruang VIP.

Dorvo berdiri di samping tempat tidur pasien, matanya yang merah menatap wajah Eldora yang pucat dan dengan suara serak bertanya : “ Apa yang terjadi? ”

“... ”

Samir bersandar di sofa, melihat ekspresi Frans yang buruk ketika ujung bajunya diraih Eldora dan tidak bisa bergerak. Melihatnya tidak ingin berbicara, dia pun berkata : “ Ini tidak ada hubungannya denganku dan Kakak Keempat. Aku sedang minum-minum di bar dengan Kakak Keempat, dan tiba-tiba kakakmu datang. Tentu saja dia bukan datang untuk mencari kami, dan sepertinya dia datang untuk bertemu dengan teman. Aku dan Kakak Keempat juga tidak terlalu memperhatikannya... ”

Ketika Samir berbicara, dia menyadari bahwa Dorvo tiba-tiba menatapnya dengan tatapan sedikit galak.

Samir tertegun dan berpikir, “ Apakah dia mengatakan sesuatu yang salah? ”

“ Bodoh! Intinya saja! ” Frans menatap Samir dengan kesal.

“ Oh.. oh.. ” Samir berkata : “ Tidak ada yang terjadi di bar. Kakakmu duduk untuk sebentar saja dan kemudian pergi dengan teman-temannya. Presdir Nie, bisakah kamu berhenti menatapku seperti ini? Aku menjadi bingung, dan tidak dapat menemukan intinya. ”

Dorvo mengerutkan keningnya dan menurunkan pandangannya.

Samir merasa lebih santai, dan kemudian dia melanjutkan : “ Intinya, adikmu mengalami kecelakan tepat setelah dia meninggalkan bar. Kamu pasti penasaran bagaimana aku dan Kakak Keempat bisa mengetahuinya kan? Sebenarnya... ”

“ Diamlah. Kamu seperti wanita yang sibuk berceloteh. ”

Frans tidak mau mendengarkannya lagi. Sebenarnya, biasanya dia juga tetap mendengarkan ocehan Samir , tetapi sekarang ujung bajunya sedang dipegang Eldora dan dadanya berlumuran darah. Frans benar-benar tidak bisa tenang.

Jadi dia melanjutkan dengan singkat : “ Ketika kami bergegas keluar, kakakmu sedang dipukul sekelompok pria. Dan berdasarkan yang dikatakan kakakmu, itu adalah orang-orang Boromir. ”

Dipukul...

Dorvo menatap Frans.

Frans melihat tatapan Dorvo yang penuh amarah, lalu mengerutkan kening dan berkata : “ Orang-orang itu sengaja pergi kesana untuk bertarung. ”

“ Hm. ”

Samir mengangguk, kemudian berdiri dan berjalan ke arah Frans dan Dorvo , lalu berkata : “ Aku merasa bahwa Boromir tidak menginginkan bayi di dalam perut kakakmu, jadi dia meminta orang untuk memukuli perutnya agar kakakmu keguguran. ”

Mendengar kata “ keguguran ”.

Frans langsung melihat noda merah di kemeja putihnya.

Meskipun memikirkan hal ini saat ini sedikit tidak manusiawi.

Tetapi dia benar-benar merasa jijik.

Frans pun mengerutkan keningnya.

Tiba-tiba terdengar suara dari ruang pasien.

Samir dan Frans memandang Dorvo.

Wajah Dorvo pucat, urat-urat di dahi, wajah dan lehernya tampak jelas.

Mereka berdua saling memandang dan tidak berbicara lagi.

Setelah waktu yang lama.

Dorvo bertanya dengan suara seraknya : “ Apakah anak itu sudah tidak ada? ”

Samir dan Frans saling memandang dan mengangguk.

“ Ah, baguslah! ”

Dorvo tidak berbicara, tetapi sikapnya sangat dingin.

Frans menyipitkan matanya.

Tiba-tiba Dorvo melepaskan kepalan tangannya dan menoleh ke Samir dan Frans.

Samir dan Frans terkejut melihat sikap Dorvo yang kembali normal dalam waktu singkat.

“ Terima kasih telah menyelamatkan kakakku. Aku berutang budi pada kalian berdua. Jika kalian memerlukan bantuanku di masa depan, aku pasti tidak akan menolaknya. ” Kata Dorvo.

“ Bagaimanapun Nona Nie juga merupakan kakak sepupu Ellen. Aku dan Kakak Keempat melihatnya, jadi kita pasti harus membantunya. ” Kata Samir.

“ Walau bagaimanapun, aku tetap harus berterima kasih atas bantuan kalian. ” Kata Dorvo.

“ Kalau begitu, aku dan Kakak Keempat akan pergi dulu. ” Samir berkata dan kemudian memandang Frans.

Frans menarik nafas, lalu mengguncangkan bajunya, sepertinya dia ingin melepaskan tangan Eldora dari bajunya.

Tetapi tidak peduli seberapa kuat dia menggoncangnya, tangan Eldora masih tidak bisa lepas dari bajunya.

Ekspresi wajah Frans sangat dingin, terlihat amarah di wajahnya seperti ingin memotong tangannya.

“... ” Ketika Samir melihat situasi ini, dia ingin tertawa, tetapi tidak sengaja memandang Dorvo dari sudut matanya, jadi dia pun menahannya.

Kakak perempuannya baru saja mengalami musibah dan keguguran. Jika dia tersenyum di depan Dorvo , itu benar-benar sangat tidak bermoral!

Dorvo juga melihat gerakan Frans , dia pun mengerutkan bibirnya dan berkata : “ Jika Tuan Frans tidak keberatan, kamu bisa melepas mantelnya. ”

Frans :...

Mengapa dia tidak kepikiran!

Frans menghela nafas, dia tidak mengatakan apa-apa dan langsung melepas mantelnya. Lalu dia memanggil Samir dan bergegas meninggalkan ruang pasien, seolah-olah takut terlibat sesuatu.

.....

Setelah Frans dan Samir meninggalkan ruang pasien, mereka tidak berminat untuk bersenang-senang lagi dan langsung pergi ke Villa Air Jernih.

Awalnya, mereka mengira bahwa William dan lainnya sudah tidur.

“ Aduh, aku akan pergi... ”

Samir terkejut dan ketakutan, dia menatap ruang tamu dengan perasaaan takut. Dan ketika dia melihat William berdiri di ruang tamu dan menatap mereka berdua dengan tatapan dingin, Samir merasa bahwa tatapannya lebih tajam daripada hantu dan dia gemetaran.

Novel Terkait

See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu