Hanya Kamu Hidupku - Bab 26 Hangat Sampai Mengebulkan Asap

Bola mata Vania membelalak bulat, alisnya mengkerut, matanya memelototi Samir, “Kamu, kamu menertawakan apa?”

“Tidak sengaja, tidak sengaja.”

Samir mengambil tisu di atas meja dan segera mengelap mulutnya sambil tertawa, wajah tampannya tertawa sampai bergetar.

Ellen mengangkat alis, tanpa sadar menatap kearah William .

Namun siapa sangka William sudah memandanginya sejak lama, bahkan tatapannya terlihat begitu panas dan tidak bisa ia mengerti.

Wajah Ellen kembali merona merah, ia menggigit pelan bibir bawahnya, bulu matanya yang panjang menunduk.

“Tidak sengaja apanya? Apa yang kamu tertawakan? Apanya yang lucu?” insting Vania mengatakan kalau Samir sedang mentertawakannya, membuat matanya memelototi Samir dengan wajah menakutkan.

“Maksudku, umurnya hanya lebih tua beberapa tahun dari Ellen, kenapa harus mengangkat dirimu menjadi setua itu? Bukankah kalian para /wanita paling mementingkan masalah usia?” meskipun Samir dipelototi oleh Vania sampai sepert itu, namun ia tetap tertawa, sama sekali tidak takut.

“Tidak peduli berapa selisih umur kami, meskipun hanya satu hari pun, orang tua tetap orang tua, aku sedang bicara maka dia harus mendnegarkan dengan diam, apa yang kutanyakan dia harus jawab, bukan mengacuhkanku seperti tadi!” Vania berkata dengan serius.

Samir hanya melambaikan tangan, tidak ingin berdebat denagnnya.

Mengambil sumpit lalu mengambil seekor lobster kesukaan Ellen untuknya, berkata padanya sambil memiringkan kepala dan tersenyum, “Ellen, makanlah.”

Hati Ellen terasa hangat, alisnya mengangkat.

Samir mengangkat sebuah alisnya kearah Ellen.

Ellen langsung merasa geli.

Vania melihat Samir dan Ellen yang seperti itu, hatinya merasa semakin kesal, amarah di dalam hatinya saja belum sempat terlampiaskan, sekarang ditambah sikap Samir yang seperti ini, membuat amarahnya semakin memuncak.

Vania menggembungkan pipinya, melihat kearah William dengan wajah meminta pembelaan, “Kakak ketiga, kamu lihat Ellen …..”

“Kamu dan Ellen seangkatan, lain kali bicara lebih sopan sedikit!” William mengkerutkan alis dan berkata dengan dingin.

Seangkatan?

Vania tidak mengerti, bagaimana bisa Ellen menjadi seangkatan dengannya?

Ellen memanggilnya paman ketiga, kalau mereka satu angkatan, bukankah dia juga harus ikut memanggil William dengan panggilan paman ketiga?

Ketika Ellen mendengar ucapan William , ia juga terkejut, ia mengkerutkan alisnya dan menatap William dengan wajah bingung.

Namun William tidak melihatnya, jarinya yang panjang mengangkat gelas anggur merah dan meminum anggur merahnya.

Rosa juga tidak menyangka William akan berkata demikian, dirinya sungguh merasa kacau, ia menatap Ellen yang sedang menatap William dengan tatapan bingung.

Samir hanya menganggap William sedang membela Ellen, sehingga ia tidak berpikir kearah yang lain.

Dan yang berada di meja ini, mungkin hanya Ethan dan Sumi yang paham maksud dari ucapan William yang dalam ini.

……

Setelah makan malam, Sumi, Ethan juga Samir pergi bersusulan meninggalkan villa.

Setelah William menerima telpon, ia melirik Ellen, lalu naik ke ruang kerjanya.

Rosa dan Vania sepertinya tidak berencana pergi secepat ini.

Vania membuka televisi, lalu menarik Rosa untuk duduk di sofa menonton televisi.

Ellen membawa segelas air keluar dari dapur, melihat Vania dan Rosa yang sedang duduk di sofa, ia langsung naik ke lantai atas.

“Ellen .” Rosa memanggilnya.

Ellen menghentikan langkahnya, lalu menengok melihat kearahnya.

Rosa tersenyum lembut, “Kamu tidak nonton tv?”

“Aku masih harus mengerjakan PR. Kalian saja yang nonton.” Ellen berkata lalu berencana naik ke atas.

“PR itu tidak harus dikerjakan sekarang, kemarilah untuk nonton bersama kami.” Rosa berkata.

Ellen terdiam sesaat, lalu menatap mereka, “Kalian nonton saja.”

“Ellen ……”

“Aduh Kak Rosa, untuk apa kamu memanggilnya? Dia mau apa terserah dia, kita nonton saja.” Bicara sampai sini, Vania mengecilkan suaranya dan berbisik, “Ada dia disini aku malah merasa tidak nyaman.”

Mata Rosa mengecil, lalu menatap Ellen dengan tatapan tidak berdaya, “Vania memang orang yang bicara apa adanya, jangan marah ya.”

Ellen hanya menatap mereka dengan tenang, lalu tersenyum, “Aku tidak masalah.”

“Huh!” Vania membalikkan bola matanya, “Suka mempermasalahkan malah pura-pura tidak masalah.”

“Vania, jangan seperti itu.” Alis Rosa agak mengkerut, ia agak pusing melihat sikap Vania .

Vania hanya mengkerutkan bibirnya tanpa banyak bicara lagi.

Rosa melihat kearah Ellen lagi, berkata sambil tersenyum lambut, “Ellen, nonton bareng ya?”

Seluruh sel di tubuh Ellen sudah menuliskan kata tidak.

Tapi Rosa terus mengajaknya, kalau dia tetap bersikeras menolak, rasanya agak keterlaluan.

Ellen sungguh dibuat pusing olehnya.

“Ellen.”

Tepat disaat ini, suara William yang serak dan berat terdengar dari lantai atas.

“Naik.” William berkata dengan tegas.

“…… ow, ia segera naik.” Ellen tercengang sesaat, lalu segera menjawab sambil berlari naik ke atas.

William melihat Ellen naik, tanpa melihat kearah Rosa dan Vania yang berada di lantai bawah, ia berbalik dan langsung masuk ke ruang baca.

Ellen langsung berlari masuk ke ruang kerja William , ia menatap William dengan matanya yang bulat dan jernih, ia berkata dengan agak terengah, “Paman ketiga, ada apa memanggilku?”

William berjalan ke kursi besar di balik meja kerjanya lalu duduk disana, mendengar ucapan Ellen dia langsung mengangkat kepala lalu menatapnya sambil berkata dengan hangat, “Bukannya mau mengerjakan PR? Ambil PR mu, kerjakanlah disini.”

Ellen tercengang sekitar 2 detik baru bereaksi, tadi William memanggilnya kemari sama sekali bukan karena ada urusan, melainkan karena dia tahu dirinya tidak suka bersama dengan Rosa dan Vania, sehingga membantunya.

Mata Ellen yang jernih menatap William dengan tatapan penuh rasa haru, hatinya terasa hangat sampai mengebulkan asap.

Novel Terkait

Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu