Hanya Kamu Hidupku - Bab 577 Pani, Kita Tidak Akan Berpisah Lagi!

“Siera,aku tahu kamu cemas. Hanya saja anak kita memiliki temperamen yang buruk, kalau kamu memaksanya, bisa jadi malah tidak berhasil. Kita pelan-pelan saja.”ucap Samoa memegang tangan Siera.

“Pelan-pelan? kamu lihat dirinya tidak berencana menoleh ke belakang! Semakin mengikuti niatnya, semakin dia berlari ke sana!”

Siera berkata dengan getir, “Kalau terus seperti ini, bagaimana dengan Sumi kita?”

Melihat mata Siera memerah, Lira tidak tahan untuk keluar dari dekapan Sumail, perlahan-lahan merangkul lengan Siera dan berkata, “Bu, kami semua peduli dengan Sumi seperti halnya dirimu dan kami semua berharap dia bisa bahagia. Tapi apa yang kita pikirkan tentang kebahagiaan tidak seperti yang Sumi inginkan. Ada beberapa hal harus dialami, dirasakan dan dinilai sendiri. Tidak peduli betapa cemasnya kita, itu tidak akan membantu.”

Siera menggelengkan kepalanya, melepaskan tangannya dari tangan Lira dan berkata, “Untuk masalah lain aku bisa mengalah padanya, tapi hal ini tidak bisa.”

“Bu…”

“Sudah jangan katakan lagi.” ucap Siera menatap Lira dan Sumail, “Aku baik-baik saja, kalian urus masalah kalian.”

“Lalu ibu dan ayah?” tanya Lira khawatir.

“Aku dan ayahmu akan berjalan santai di luar.” ucap Siera.

Lira mengerutkan bibirnya, memandang Sumail .

Sumail memegang tangannya dan berkata kepada Samoa, “Ayah, ibu kami serahkan kepadamu, kalau ada masalah, segera hubungi kami.”

“Iya.” ucap Samoa melambaikan tangan.

Sumail dan Lira pergi.

Melihat Sumail dan Lira pergi, Siera perlahan-lahan menghela nafas, “Alangkah baiknya kalau Sumail dan Lira memiliki anak, dengan begitu Sumi tidak akan begitu sulit.”

Samoa menghela nafas, merangkul tangan Siera, “Apakah Sumail dan Lira tidak ingin melahirkan anak?”

Hati Siera semakin sedih.

……

Setelah naik mobil, Sumail melirik Lira dari kaca spion, melihat dia melamun menatap keluar jendela mobil, sepasang matanya berkedip dan berkata, “Antar kamu ke kelas seni keramik?”

Lira tidak mengucapkan sepatah kata pun.

Sumail mengalihkan pandangannya dan menatap Lira dalam-dalam, lalu berkata, “Jangan berpikir sembarangan yang membuat diri sendiri tidak senang.”

Mata Lira berair, alisnya mengerut dan berkata, “Aku sedang berpikir, kalau aku bisa memberikan keturunan kepada keluarga Nulu, apakah mungkin ibu tidak akan begitu menentang Sumi mengejar Pani kembali? Terlebih dia sangat berpikiran terbuka.”

Sumi mengerutkan kening, “Ibu menentang Sumi bersama dengan Pani tidak ada hubungannya dengan apakah kita memiliki anak atau tidak. Jangan pikirkan itu lagi!”

Lira mengerutkan bibirnya, suara menelan ludah terdengar keras.

Hati Sumail cemas, setelah tenang, dia mengulurkan tangan memegang tangan Lira dan menaruhnya di atas paha, lalu berkata, “Aku sangat bahagia bersama denganmu setiap hari. Bagiku, ini sudah cukup.”

Lira juga memegang tangan Sumail, mengalihkan pandangannya dan berkata, “ Sumail, bertemu denganmu adalah keberuntungan dan kebahagiaan terbesar dalam hidupku!”

Sumail mengerutkan bibir dan melirik Lira dengan lembut, “Selama kita merasa bahagia satu sama lain, apakah itu penting ada atau tidaknya memiliki anak? Kita bersama untuk menghabiskan sisa hidup kita bukan untuk beranak!”

Lira menghela nafas,“Aku merasa kalau kita berdua memiliki anak, ibu tidak akan terlalu mengkhawatirkan masalah Sumi.”

“Masalah Sumi benar-benar rumit!”

Sumail mengatakannya sambil mengerutkan kening.

“Aissh.” Lira menghela nafas lagi.

……

Sumi membawa Pani kembali ke kediamannya.

Pani sedikit menghela nafas ketika kembali ke sini lagi, tapi dari segi perasaan ini sangat familiar.

Karena pola di sini hampir tidak berubah.

Sumi memeluk Pani duduk di sofa, membiarkan Pani duduk di atas kakinya, lalu menyentuh perut Pani dengan tangannya dan menggosok wajahnya ke rongga lehernya, bahkan lebih lengket dari seorang bayi.

Pani tidak terbiasa, tapi hatinya merasa ini sangat romantis.

“Pani, memelukmu seperti ini membuatku merasa sangat tidak nyata.” ucap Sumi menutup kedua matanya dan menggosokkan hidungnya ke wajah Pani.

Pani memeluk punggungnya dengan satu tangan dan menundukkan kepala menatapnya.

“Selama empat tahun kamu meninggalkanku, aku merasa kamu berada di sisiku dan tidak pernah pergi ketika aku mabuk. Dan ketika sadar, kenyataan selalu mengingatkanku dengan kejam kamu benar-benar pergi. Pani, hanya kamu yang membuatku merasa sangat lemah dan tidak kompeten seperti seorang pria!” ucap Sumi pelan sambil memeluk Pani dengan erat.

Pani merasa sedih, lalu membelai rambut pendeknya dari belakang, “Aku pikir hanya aku sendiri yang menderita, kamu begitu kuat pasti tidak akan seperti diriku. Atau mungkin, bukan karena aku, melainkan ada hal lain. Meskipun aku pergi, kehidupanmu tidak akan berubah banyak, kamu adalah kamu, pengacara yang dapat mengubah korupsi menjadi keajaiban di mata semua orang.”

“Pani, kita tidak akan berpisah lagi!” ucap Sumi dengan tegas.

Pani tersenyum menyeringai, “Kalau begitu mari kita berusaha bersama.”

“Ehn!”

Sumi mengangkat kepalanya mencium Pani.

Pani tertegun sambil mengerutkan kening, lalu menjambak rambut pendeknya dari belakang dan berpura-pura marah, “Kamu ini, selalu bisa mencari kesempatan untuk berbuat nakal!”

Sumi tersenyum seksi dan segera mencium bibirnya, “Nakal ya nakal, terserah!”

Kedua tangan Pani melingkari lehernya, matanya yang jernih saling bertatapan.

Sumi yang melihat tatapan matanya yang jernih, pikiran……jahatnya muncul!

Sumi menggerakkan jakunnya dan tangan besar di punggung Pani perlahan turun, “Pani, aku ingin……”

Dia belum sempat mengatakan apa yang dia inginkan.

Telepon Pani berdering.

Pani menarik diri dari bibirnya dan menyentuh wajahnya dengan lembut, “Tunggu, aku jawab telepon dulu.”

Sumi,“……”apalagi yang bisa dilakukan selain menunggu?

Sumi diam-diam menghela nafas, mengambil telepon Pani, ketika menyerahkannya ke Pani, tanpa sengaja dia melirik ke layar telepon.

Sumi mengerutkan alisnya menatap Pani.

Pani juga melihat siapa yang menelepon dan dengan lembut menggerakkan bibir bawahnya, setelah mengambil telepon dari tangan Sumi, dia ingin turun dari pangkuannya.

Sumi menekan tubuhnya, tidak membiarkannya bergerak, “Jawab!”

Mata Pani bergerak menatap Sumi, lalu meletakkan telepon di telinganya, “Riki.”

“Pani, ini aku, Bibi Wijaya .” Suara ceria Britania Wijaya terdengar dari telepon.

“ Bibi Wijaya ?”ucap Pani terkejut.

Britania tersenyum, “Tidak menyangka ya! Bibi Wijaya akan memberitahumu kabar tidak terduga lainnya. Bibi Wijaya dan Riki sekarang berada di bandara Kota Yu !”

Pani,“……” ini benar sangat mengejutkan! Mengejutkan sampai Pani tidak tahu harus berkata apa!

“Pani, Riki berkata begitu turun dari pesawat dia ingin mencarimu, dia sudah tidak sabar……”

“Bu……”

“Apakah aku salah? Apakah kamu tidak cemas? Hmph. Pani, apakah kamu memiliki waktu sekarang? Bibi Wijaya dan Riki akan pergi menjemputmu, kita makan siang bersama, ok?” ucap Britania .

Tapi Pani sekarang berada di Kota Tong!

Wajah Pani kaku dan ada kegelisahan dalam hatinya, dia menjadi gagap, “……Bibi, Bibi Wijaya,aku……”

“Pani, jarang-jarang Bibi Wijaya pulang, kamu tidak mungkin rela menolak Bibi Wijaya, kan?” ucap Britania .

“……” Pani menelan ludah, melirik Sumi dan berdiri dari pangkuannya.

Kali ini, Sumi tidak menghentikannya, melainkan menatapnya dengan mata setengah menyipit.

“Bibi, Bibi Wijaya,bisakah membiarkan Riki menjawab telepon?”

Pani merasa bersalah sampai telinganya merah dan dia berbisik.

“Tentu saja bisa! Riki, Pani memintamu menjawab telepon!” Britania tidak ragu dan segera menyerahkan telepon itu kepada Riki.

“Kalau kamu malu, lupakan saja, tidak apa-apa.” ucap Riki.

Tidak mendengar suara Riki masih mendingan.

Begitu mendengar suaranya, rasa bersalah Pani bagai banjir bandang menghempas hatinya.

Pani menggenggam telepon dengan erat dan gugup, “Ri-riki, ada hal yang ingin aku katakan padamu!”

Sumi melihat penampilan hati-hati Pani, tenggorokannya sedikit tersumbat!

Riki tertegun, “Hm, katakanlah.”

“……Ta-tapi kamu harus berjanji kepadaku, tidak boleh marah.” ucap Pani terbata-bata.

Sumi mengerutkan alisnya.

Riki tertegun untuk waktu yang lama sebelum berkata dengan pelan, “Aku akan berusaha.”

Pani memejamkan matanya,“……aku kembali ke kota Tong! Maaf tidak membicarakannya denganmu sebelumnya dan tidak memberitahumu. Ini benar-benar terlalu mendadak, aku tidak siap sama sekali!”

Selanjutnya Pani berbicara dengan sangat lancar!

Selesai Pani berbicara, dia menahan napas dan menunggu Riki berbicara

Pani menunggu cukup lama, bahkan sampai tidak bisa mendengar nafas Riki!

Pani panik, “Riki, maaf.”

“Simpan kata-kata ini, tunggu sampai kita bertemu!” Tidak ada emosi dalam suara Riki.

Pani yang mendengarnya berkata, “Riki……”

“Apakah kamu tahu selama sebulan ini tidak bertemu denganmu berapa banyak penderitaan yang harus aku tahan?” ucap Riki pelan.

Rasa bersalah dalam hati Pani semakin bertambah, “Ma……”

Pani baru mengucapkan kata “Ma”dari “Maaf”, Riki sudah menutup telepon.

Punggung Pani menegang!

Dalam benaknya, ini sepertinya pertama kalinya Riki menutup teleponnya tanpa menunggunya selesai berbicara.

Hati Pani memancarkan rasa sakit yang tidak terkatakan.

Dia tidak bisa menahan diri untuk berpikir, Riki mungkin kecewa padanya!

Riki begitu baik padanya, tapi dia meninggalkan Kota Yu dan kembali ke Kota Tong dan …… bertekad memulai hubungan lagi dengan Sumi, tanpa memberitahunya …… betapa sedihnya Riki!

Pani dipeluk dari belakang.

Pani gemetar, lalu menoleh ke belakang, tatapan matanya memancarkan rasa bersalah yang mendalam dan menyalahkan diri sendiri.

Sumi meletakkan dagu di atas rambutnya dan berkata dengan lembut, “Aku yang bertanggung jawab atas masalah ini, bukan kamu.”

Sumi menggelengkan kepala, “Ini tidak ada hubungannya denganmu, ini kelalaianku dan aku terlalu egois.”

Sumi memegang pundak Pani, membalikkannya menghadap ke arahnya dan menatapnya dengan mendalam dan berkata, “Karena kita sudah memutuskan untuk memulai lagi, maka sejak kita memutuskan untuk bersama, semuanya tidak lagi menjadi masalah seorang diri. Melainkan masalah kita bersama! Pani, tidak peduli hal apa pun itu, kita hadapi bersama.”

Pani menatap Sumi beberapa saat, tidak berkata apa-apa, mengerutkan kening karena depresi dan menyandarkan kepalanya di lengannya.

Tentu saja Pani tahu mereka harus menghadapinya bersama, tapi Riki bukan orang lain, dia sangat berarti baginya.

Novel Terkait

Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu