Hanya Kamu Hidupku - Bab 440 Sayang, Aku Cinta Padamu The End

Ellen melihat dengan jelas keraguan yang terlukis di wajah Pluto, karena itu, ia tidak melanjutkan perkataannya lagi, ia mengerti ia harus berhati-hati agar tidak melangkah terlalu jauh.

Pluto memandang Ellen, raut wajahnya menjadi tegang, ia kemudian memandang William yang dari awal hingga akhir tidak mengatakan sepatah kata pun, lalu berkata pada Ellen, "Venus Rinoa sudah tidak ada lagi, aku dan Vima Wen juga sudah cukup tua, kami butuh ditemani oleh anak ini. Aku bisa menyatakan kepada publik bahwa ia adalah anak yang diadopsi olehku dan Vima Wen."

Ellen tersenyum dingin, ekspresinya tidak berubah, "Aku sangat mengerti perasaanmu. Namun menurutku, jika kamu tetap bersikeras untuk merawat anak itu, hal tersebut seperti memberikan harapan palsu untuk ibu dari anak itu, dan pada saat yang sama, hal tersebut akan membahayakan masa depanmu. Maka dari itu, aku sarankan kamu untuk tetap berhati-hati."

"Bagaimanapun juga, ia adalah darah dagingku sendiri." Pluto mengerutkan dahinya.

Ellen menaikkan alisnya, "Aku ulangi Tuan Rinoa, aku benar-benar hanya memberimu saran, keputusan terakhir ada di tanganmu. Tenang saja, aku menjamin 100%, hal ini tidak akan tersebar ke publik."

Ellen tersenyum dan berkata pada Pluto, "Begini saja Tuan Rinoa, silahkan dipertimbangkan dengan baik. Jika menurutmu saranku layak untuk dilaksanakan, silahkan telepon aku kapan saja, aku akan dengan senang hati membantumu mengurus hal ini, serta aku tidak akan membiarkannya menyulitkanmu."

"........"

........

Setelah menjelaskan tujuannya kepada Pluto dan makan bersama bertiga, kemudian mereka bersama-sama meninggalkan paviliun Ming Yue.

Bahkan, Ellen mengantarkan Pluto kembali ke mobilnya, setelah melihat mobil tersebut melaju menjauh darinya, senyuman yang ada terpampang di wajah Ellen langsung sirna, raut wajahnya menjadi dingin.

"Ayo pulang."

William merangkul Ellen dan memeluknya ke dalam mantel yang sedang ia kenakan, kemudian ia menundukkan kepala dan mengecup kepalanya.

Ellen memandang ke arah mobil Pluto melaju, tiba-tiba ia berkata, "Ini adalah yang terakhir kali, tidak akan ada lain kali."

William diam sebentar, kemudian ia menunduk dan memandang Ellen.

Ellen menghela napas pelan, menatap William dan berkata, "Mulai hari ini, masalahnya tidak ada hubungannya denganku lagi."

William menggunakan tangannya yang lain mencubit dagu Ellen, merangkul sambil memeluk Ellen dan berjalan menuju ke mobil.

"Sayang, aku sudah lama sekali tidak memakan mi yang kamu masak. Aku tadi tidak makan dengan kenyang, boleh tidak masakkan untukku saat sampai di rumah?"

"Tidak."

".....Si gemuk masih ingin makan."

"Hmm."

"Apakah aku tidak disayang lagi?"

"Menurutmu?"

".....Tiba-tiba aku agak sedih."

"........."

.........

Kurang dari dua hari setelah William bertemu dengan Pluto, Pluto menelepon, memberitahunya bahwa ia menerima penawarannya.

Ellen sudah menduga bahwa Pluto akan menerima tawarannya, maka dari itu, saat ia mendengar Pluto berkata seperti itu, reaksinya sangat tenang, hal itu membuat kekhawatiran Pluto hilang, segalanya akan dia urus dengan baik.

Saat berjumpa dengan Pluto waktu itu, ia hanya membicarakan tentang gadis selingkuhan Pluto, serta kehamilan gadis tersebut, ia tidak membicarakan tentang Pluto yang mengoperasi wajah Vima Wen menjadi mirip dengan mantan istrinya.

Ia tidak membicarakan hal ini bukan karena tidak ingin membicarakannya, namun ia tahu, jika ia bicarakan, hal ini akan membuat Vima Wen semakin tragis.

Dari awal hingga akhir, Ellen hanya menyarankan agar Pluto memutuskan hubungan dengan gadis tersebut, serta tidak mengusulkannya untuk bercerai dengan Vima Wen.

Jika hal yang sama terjadi padanya, ia pasti akan memilih bercerai tanpa ragu-ragu.

Namun, Vima Wen tidak sama dengan dirinya.

Ia sangat mengerti sifat lemah lembut dan keibuan dari Vima Wen.

Jika ia mengetahui bahwa Pluto peduli dan cinta dengannya hanya karena ia menganggapnya sebagai mantan istrinya, hal ini akan memberikan pukulan yang sangat keras pada Vima Wen, bahkan ia kemungkinan akan memilih untuk menghilangkan kesakitan ini dengan bunuh diri.

Pada situasi seperti ini, Vima Wen tidak akan bercerai dengan Pluto, tidak akan ada orang yang bisa memaksa Vima Wen untuk meninggalkan Pluto.

Maka dari itu, Ellen tidak ingin menyuruh Pluto bercerai dengan Vima Wen.

Namun, ia memikirkan cara bagaimana agar Pluto memutuskan hubungan dengan gadis muda serta anak tersebut, ia berharap Vima Wen tidak hidup dengan sengsara dan susah.

Saat melakukan ini, Ellen sebenarnya tidak yakin apakah hal ini akan mengubah situasi tersebut, namun, ini adalah cara yang paling baik yang dapat ia pikirkan.

Jika hubungan Vima Wen dan Pluto tidak berlangsung sesuai dengan yang ia bayangkan, maka Vima Wen memang ditakdirkan tersakiti oleh Pluto, jadi ia juga tidak perlu merasa bersalah!

.......

Ellen hamil sembilan bulan, perutnya sangat besar hingga ia kesulitan berjalan, dengan perut yang begitu besar, ia tidak tidur dengan nyenyak setiap malam.

Seiring dengan hari kelahiran bayi tersebut semakin dekat, Nurima menjadi khawatir, ia memaksa Dorvo Nie untuk mengantarkannya ke Kota Tong.

Louis Birming dan Hansen Dilsen juga sangat gugup, mereka juga ikut pindah dan tinggal di vila sementara.

Ellen menjadi orang yang sangat berharga dan harus dilindungi setiap saat di rumah tersebut.

Bahkan Keyhan Ersen dan Tino Nino beberapa anak kecil ini, setelah mereka pulang dari sekolah, mereka tidak ingin bermain sama sekali, mereka terus menjaga dan menatap perut Ellen.

Karena Ellen dan William tidak memberitahu siapapun anak yang dikandung adalah laki-laki atau perempuan, maka dari itu, sejak mereka semua tinggal bersama, hal mengenai jenis kelamin anak yang dikandung mereka menjadi topik yang didiskusikan setiap harinya.

Di antaranya, ketiga anak kecil tersebut yakin bahwa anak yang dikandung Ellen adalah seorang gadis kecil lucu, sedangkan, Hansen Dilsen, Louis Birming, serta Nurima berpendapat bahwa anak yang dikandung Ellen adalah anak laki-laki.

Alasan dari pendapat mereka ini? Setiap hari berganti-ganti!

......

Segala permasalahan Vima Wen berakhir sesuai dengan harapannya, sudah lebih dari sebulan sejak Vima Wen datang ke vila untuk mengeluh kepada Ellen, ia tidak pernah bertemu dengan Vima Wen lagi sejak saat itu.

Ellen sudah menduga Vima Wen akan melakukan hal seperti ini, kadang kala saat ia teringat pada Vima Wen, ia hanya menyeringai, hatinya tidak terpengaruh sama sekali.

William awalnya berencana untuk merawat Ellen di rumah sakit setengah bulan sebelum hari kelahiran, namun, karena Ellen merasa setengah bulan terlalu berlebihan, ia menyuruh William untuk mengubahnya menjadi 10 hari sebelum.

13 hari sebelum hari kelahiran.

Ellen makan banyak saat makan malam, setelah makan ia bahkan berjalan di kebun selama setengah jam bersama Hansen Dilsen, Louis Birming, serta Nurima , ia merasa sangat nyaman.

Setelah jam 9 malam, beberapa orang tua dan ketiga anak kecil tertidur.

Ellen mandi dengan bantuan William, saat William sedang mandi, Ellen duduk bersandar pada ranjang sambil membelai perutnya dan berbicara dengan Si Gemuk , ia berencana untuk beristirahat setelah William selesai mandi.

" Si Gemuk , kedua kakak laki-lakimu tidak sebesarmu saat berada di perut ibu. Maka, saat kakak-kakakmu keluar dari perut ibu, mereka sangat kurus dan kecil, terlihat sangat menyedihkan. Apakah kamu merasa kedua kakakmu itu sangat menyedihkan, jadi saat berada di perut ibu, kamu mencoba untuk makan sepuasnya agar bisa tumbuh sebesar mungkin?"

" Si Gemuk , kamu tidak boleh begini. Ibu beritahu kamu, gendut itu mudah, tapi jika ingin kurus itu susah."

"Ha, apakah ibu terlalu khawatir?"

"Kamu pasti pikir bahwa ibumu ini hobi mengomel, hahaha~~"

William keluar dari kamar mandi setelah selesai mandi, kemudian melihat Ellen yang duduk di atas ranjang sambil tertawa bodoh.

Setelah menaikkan alisnya, William berjalan ke sana, membungkuk dan mengecup bibir Ellen, kemudian ia ke bawah, dan mengecup perut Ellen dan berkata, "Jangan berdebat dengan ibumu, ibumu masih muda, jadi ia agak kekanak-kanakan, kita tidak perlu membencinya ya?"

Ellen, "......" Sungguh menyebalkan!

.........

Waktu menunjukkan pukul 10 saat Ellen dan William memutuskan untuk tidur.

Sekitar pukul 10 lewat 30 menit, William tiba-tiba mendengar suara tangisan kecil dari sebelahnya.

William langsung membuka matanya, duduk di kasur dan membuka lampu kasur, kemudian melihat Ellen.

Saat melihatnya, William kaget hingga hatinya hampir berhenti berdetak.

Dahi Ellen dipenuhi dengan keringan, bibirnya memucat, bibirnya bergumam sesuatu.

William selama 35 tahun tidak pernah mengalami hal seperti ini, karena itu, otaknya langsung kosong, tubuhnya beralih ke Ellen dengan sangat kaku.

Ellen sangat kesakitan, kesakitan hingga ia tidak bisa mengatakan apa-apa, bahkan ia kesakitan hingga tidak bisa membuka matanya.

Saat gigi Ellen mulai gemetaran, gigi atas bawahnya bertabrakan hingga membuat suara yang keras, William baru menghela napas dalam-dalam dan sadar kembali.

William langsung mengangkat selimut dari tempat tidur, tanpa mengenakan sepatu maupun sendal, ia langsung mengangkat Ellen menggunakan selimut itu dengan hati-hati, ia berlari ke pintu secepat kilat.

Saat itu, William bahkan tidak sempat bernapas, wajahnya tegang dan cekung seperti akan pergi menyayat orang.

"Bibi Darmi, Bibi Darmi....."

William bergegas keluar dari pintu dan memanggil Darmi.

Saat Darmi mendengar William memanggil dengan suara mendesak, ia langsung bangun dari tempat tidurnya dan berlari keluar sambil merapikan bajunya.

Saat Darmi keluar, ia hanya melihat bayangan hitam yang melewatinya.

Setelah itu, suara tegang William terdengar dari luar, "Telepon Ethan Hunt, beritahu dia untuk menyuruh dokter di rumah sakit untuk menungguku!"

"Apakah Ellen sebentar lagi akan melahirkan?"

Louis Birming dan Nurima keluar dari kamar mereka pada saat yang bersamaan.

Hansen Dilsen pun keluar.

Lalu, Keyhan Ersen dan Tino Nino juga keluar dari kamar anak-anak.

Darmi tiba-tiba tersadar saat mendengar kata Louis Birming, dengan cepat dan tangkas menuju ke telepon rumah, mengambil telepon rumah dan menekan nomor Ethan Hunt.

.......

Ellen sampai di rumah sakit pada pukul 11, ia masuk ke ruang bersalin pada pukul 11 lewat lima menit, dokter memutuskan untuk menjalankan operasi caesar saat melihat kondisi Ellen.

Dari penyuntikan obat anestesi hingga operasi caesar, William selalu menemani Ellen di sampingnya, ia menyaksikan operasi caesar itu dengan mata kepalanya sendiri.

Jika bertanya apa perasaan William saat itu, hanya terdapat satu kata: Mengejutkan!

Pada pukul 0, menit 0, dan detik 0, tangisan bayi memenuhi ruangan tersebut.

Bayi kecil gemuk itu terlihat segemuk buddha maitreya kecil dengan kedua tangan yang mengepal erat sambil menangis.

Suster dan dokter melihat dengan bahagia.

Suster membersihkan bayi kecil tersebut dan membungkusnya dengan kain bersih, awalnya suster tersebut ingin membawanya untuk diperlihatkan kepada William, namun William sedang memandang Ellen yang sedang terbaring di meja operasi setengah tertidur dengan khawatir.

Suster memutuskan untuk membawa bayi kecil tersebut ke luar ruang bersalin.

Di luar ruang bersalin, suara Nurima , Hansen Dilsen, Louis Birming, serta Samir Moral, Frans Domingo dan yang lain samar-samar terdengar, semua orang terdengar sangat senang dan bahagia.

Mata William berkaca-kaca, salah satu tangannya memegang erat tangan Ellen, tangan yang lainnya membelai lembut wajah Ellen yang pucat itu, kemudian perlahan-lahan membungkuk dan mengecup pelipisnya dan pipinya, kemudian bibir tipisnya yang gemetaran berbisik ke telinga Ellen, "Ini yang terakhir kali. Sayang, kamu sudah bekerja keras, aku cinta kamu."

Obat anestesi di tubuh Ellen belum sepenuhnya hilang, wajahnya tidak bisa bergerak, kedua matanya juga hanya bisa terbuka sedikit, namun ia mendengar setiap kata yang disampaikan oleh William dengan jelas.

Ia berkata pada William di dalam hati, "Ini semua karena kamu, maka, sebanyak apapun anak, aku rela melahirkannya untukmu, aku tidak takut kesakitan."

"Paman ketiga, aku juga cinta padamu!"

Novel Terkait

Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu