Hanya Kamu Hidupku - Bab 327 Dia Takut Tidak Sanggup Mengendalikan Dirinya

Setelah kejadian 《 kata 》, Hansen juga Tino dan Nino mulai menurut, yang seharusnya mengantar sekolah pergi mengantar sekolah, yang seharusnya bersekolah berangkat sekolah.

Ellen melihatnya ini dengan senang, diam-diam dia merasa salut pada juruh ampu seseorang dalam memberantas kebinalan mereka.

Pekerjaannya di Yuk Gosip juga perlahan-lahan mulai terbaisa, meskipun sejauh ini hubungannya dengan para rekan kerja lainnya terlihat cukup membaur, dan Zaenab belakangan ini juga tidak lagi sengaja mencari masalah dengannya, sengaja mempersulitnya, seolah benar-benar sedang mengawasinya apakah memiliki kemampuan untuk menjalankan pekerjaannya dengan baik atau tidak.

Semuanya berkembang kearah yang lebih baik.

Hari ini, ketika hampir jam makan siang Yuhan memanggil Ellen keruangannya.

“Agnes, duduklah.”

Begitu Ellen masuk ke dalam ruang kantor, Yuhan tersenyum sambil bangkit berdiri, lalu mengambil gelas den menuangkan air sambil berkata.

Ellen duduk di kursi didepan meja kerja, melihat kearah Yuhan.

Yuhan meletakkan gelas berisi air didepan Ellen, “Minum dulu baru bicara.”

Ellen mengangkat air dan meminum satu teguk, meletakkannya, memandang Yuhan.

Yuhan tersenyum tidak berdaya, “Kita kenal sudah cukup lama, kenapa masih begitu sungkan padaku, menahan diri?”

“Dalam urusan kerja, kamu adalah atasanku.” Ellen berkata.

Yuhan mengangkat alis, “Aku mengerti. Jadi maksudmu adalah, dalam urusan pekerjaan aku adalah atasanmu, batasan atasan dan bawahan harus jelas, tidak boleh melampaui batas ya kan?”

Ellen menggigit pelan bibirnya.

Yuhan mengangguk, “Tidak apa, tidak lama lagi aku tidak akan menjadi atasanmu lagi.”

“?” Ellen menatapnya dengan wajah bingung.

Yuhan merapatkan kedua tangannya diatas meja, wajahnya lembut, “Aku sudah mengajukan pada presdir untuk mengundurkan diri, dan presdir juga sudah menyetujuinya. Sehingga tidak lama lagi aku akan meninggalkan perusahaan ini.”

Ellen terkejut, namun tidak tahu harus mengatakan apa.

Meskipun dia merasa Yuhan orang yang baik, tidak angkuh, namun hubungan mereka belum baik sampai tahan bisa membicarakan masalah pribadi.

Sehingga ada hal yang tidak enak untuk ditanyakan.

Yuhan bisa merasakannya, lalu berkata, “Beberapa tahun ini terjadi banyak hal, dan selama itu aku sudah berulang kali berniat untuk mengundurkan diri, namun setiap kali, aku tetap bertahan demi putraku.”

Tanpa sadar Ellen melihat kearah anak laki-laki yang berada dalam bingkai foto yang diletakkan di meja kerja Yuhan.

Meskipun usia anak laki-laki ini masih begitu muda, namun wajahnya terlihat tidak seperti anak biasanya, hanya melihat ekspresi wajahnya yang begitu dingin, malah tidak merasa dia itu anak yang berusia 8 tahunan, tatapannya yang tajam dan dalam, malah membuatnya terlihat begitu dewasa.

Ellen mengerjapkan mata pelan sambil menatap Yuhan.

Yuhan baru mengalihkan pandangannya dari foto, airmata sudah membasahi matanya, ia menatap Ellen, “Namun akhir-akhir ini aku menyadari kalau putraku tidak bahagia hidup disini, aku melihat senyuman diwajahnya semakin lama semakin berkurang. Sehingga aku berpikir, apakah disini ada terlalu banyak kenangan yang tidak menyenangkan baru bisa membuatnya semakin lama semakin diam seperti itu. Atau, aku yang sebagai mama ini terlalu sibuk, waktu untuknya semakin lama semakin sedikit, karena merasa kesepian sehingga menutup dirinya. Agnes, kamu masih muda, tidak mengerti seberapa pentingnya anak bagi seorang mama. Dalam hatiku, tidak ada yang lebih penting dari Keyhan.”

Yuhan yang saat ini terlihat begitu bersinar dimata Ellen, begitu cantik.

Membuat Ellen tersenyum tanpa sadar, “Aku mengerti.”

Yuhan terdiam, lalu menggeleng pelan, mungkin karena dia merasa Ellen tidak terlalu paham sentuhan rasa semacam ini.

Bagaimanapun Yuhan sama sekali tidak tahu kalau Ellen sudah menjadi mama dari dua orang anak.

“Aku berencana membawa Keyhan untuk memulai hidup di kota yang baru.” Yuhan mengangkat tangannya, ada rasa tidak enak hati diwajahnya, “sebenarnya keputusan untuk berhenti ini juga baru kuputuskan kemarin. Kamu tidak akan merasa aku ini terlalu gegabah dan terlalu egois bukan?”

Ellen menggeleng.

Yuhan mngulurkan tangan untuk menggenggam tangan Ellen, mengedipkan mata padanya, “Agnes, sejak pertama kali aku melihatmu aku sudah menyukaimu, aku menganggap akhir ceritanya sebagai jodoh kita berdua.”

Wajah Ellen memerah, “Ini adalah kehormatan bagiku.”

Yuhan memiringkan kepala melihatnya, “Ketika aku mengundurkan diri, presdir bertanya padaku apakah aku memiliki calon pengganti posisi yang qualified bagiku, aku mengatakan pada presdir ada. Kamu tebak siapa yang aku tunjuk?”

“Wakil kepala redaksi?” Ellen menjawab tanpa berpikir panjang.

Karena dia merasa begitu kepala direksi mengundurkan diri, tentu saja wakilnya yang akan naik ke posisinya bukan?

namun Yuhan malah menggeleng, berkata dengan serius, “Aku mengatakan itu adalah kamu.”

“…… aku?”

Ellen membelalakkan matanya, ia merasa sangat terkejut.

“Aku merasa kamu adalah permata yang yang tersembunyi.” Yuhan memuji.

“Aku tidak bisa!” Ellen segera melambaikan tangan, “Kepala direksi, aku baru masuk perusahaan ini tidak sampai satu bulan, masih banyak hal yang belum aku pahami, bagaimana aku bisa naik ke pangkat kepala direksi yang penting ini?”

“Agnes, kamu jangan memandang rendah dirimu sendiri. Kalau aku mempromosikanmu didepan presdir, itu artinya aku merasa kamu memiliki bakat yang terpendam. Meskipun sekarang kamu belum bisa melakukan semua yang bisa dilakukan oleh kepala direksi, namun aku percaya, berdasarkan kecerdasanmu, kamu akan bisa mengerti semuanya dengan cepat!” Yuhan berkata.

“Kepala direksi, aku sangat berterima kasih karena kamu mempromosikanku. Namun tidak perduli dalam hal pengalaman ataupun lamanya berada di penerbitan majalah, wakil kepala direksi jauh lebih cocok berada diposisi kepala direksi ini.” Ellen berkata dengan alis yang sedikit menekuk.

Yuhan hanya menatap Ellen dengan tenang, ada senyum tipis yang menyungging di bibirnya, “Agnes, meskipun aku menyukaimu, namun aku juga sudah bekerja cukup lama di penerbitan majalah, aku sudah mulai menyukai penerbit majalah ini. Sehingga aku tidak akan sembarangan mempromosikan posisi kepala direksi pada sembarang orang dihadapan presdir hanya karena masalah pribadi. Aku mempromosikanmu, itu karena aku benar-benar tahu kamu memiliki kemampuan yang terpendam.”

“Kepala direksi……….”

“Sudah.” Yuhan tersenyum, “Sekarang aku hanya mempromosikanmu. Mengenai bagaimana hasilnya, tetap harus menunggu keputusan dari presdir. Sekarang aku memberitahumu, hanya ingin membiarkanmu mempersiapkan siri, jangan sampai presdir benar-benar mengangkatmu menjadi kepala direksi, malah membuatmu shock!”

berkata sampai disini, Yuhan berhenti sejenak, lalu melanjutkan, “Awalnya aku khawatir setelah memberitahumu, jika kamu tidak terpilih, kamu akan kecewa. Namun kelihatannya apa yang kukhawatirkan itu sia-sia. Kamu sama sekali tidak memperdulikan hal ini.”

Ellen menatap Yuhan, setelah sesaat, ia mengangkat perlahan bahunya, “Kepala direksi, kamu memperlakukanku seperti ini, aku juga tidak ingin menutupinya darimu. Sebenarnya aku tidak berencana bekerja di bidang penerbit majalah terlalu lama.”

“Oh?” Yuhan merasa heran.

Ellen mengetatkan bibirnya, wajahnya merona, “Aku ada rencana lain. Pekerjaan di penerbitan majalah ini hanya untuk sementara. Aku hanya bisa mengatakannya padamu, selama aku masih bekerja di penerbitan ini, maka aku akan bekerja dengan serius, tidak akan membuat semuanya kecewa.”

Yuhan menatap Ellen yang seperti ini, setelah sesaat menghela, “Sayang sekali.”

Ellen tersenyum pada Yuhan, “Aku tetap harus berterima kasih karena sudah dipandang penting olehmu.”

Yuhan menatap Ellen dengan perasaan begitu disayangkan, lalu menggeleng sambil menghela nafas.

Bulu mata Ellen bergerak, perlahan menundukkan wajahnya.

……

Ellen berjalan keluar dari kantor Yuhan, teman kantor lainnya sudah keluar untuk makan siang, sekarang di kantor selain dirinya dan Yuhan, sudah tidak ada orang lain lagi.

Ketika Yuhan berjalan keluar melihat hanya ada Ellen seorang, berkata, “Agnes, kamu masih belum makan siang, ayo kita makan bersama.”

Ellen melihat kearahnya, “Tidak perlu kepala direksi……..”

“aku tidak mengajakmu untuk makan satu piring berdua denganku. Siang ini aku tidak membawa makan, maksudku, temani aku makan siang diluar.” Yuhan berkata dengan tidak berdaya.

“…….” Ellen hanya tertawa sambil mengangguk.

Lalu Ellen dan Yuhan berjalan keluar kantor bersama.

Dan ketika mereka berdua melangkahkan kaki keluar dari kantor, pintu ruangan wakil kepala direksi terbuka perlahan.

……

Sore hari setelah pulang kerja, Ellen dan para rekan kerja keluar dari gedung penulis, ia melihat Bintang yang mengenakan setelah kemeja abu-abu tua yang sedang bersandar di mobilnya, matanya menatap kearahnya.

Tahun ini Bintang baru berusia 23 tahun, ditambah jas yang membuatnya terlihat begitu berwibawa, membuat aura ketampanannya semakin sulit untuk ditutupi.

Semua yang keluar dari gedung penulis, pria maupun wanita, semua pasti akan melihat sekejap kearahnya.

Dalam hati Ellen menghela, karena memang tidak berniat meladeninya, sehingga kakinya langsung melangkah ke tempat mobilnya parker.

Namun baru berjalan beberapa langkah, Ellen menghentikan langkahnya, lalu menoleh kearah Bintang.

Wajah tampan Bintang begitu tegas, tidak ada lagi rasa hangat yang dulu ketika bertemu dengan Ellen, dirinya yang sekarang, mungkin karena hatinya yang tidak berubah, sehingga ditekan olehnya.

Sehingga dihadapannya sekarang, merupakan Bintang yang membungkus dirinya dengan lembaran yang begitu dingin dan rapat, seorang Bintang yang benar-benar asing.

Melihat Ellen menghentikan langkahnya, Bintang baru menegakkan tubuhnya, matanya yang begitu indah bagai bintang menatap Ellen, melangkahkan kakinya selangkah demi selangkah dengan tegas.

Berjalan sampai dihadapan Ellen, ketika aroma nafas Ellen masuk ke dalam hidungnya, ada rasa sakit yang mencengkram dadanya.

“Mencariku?”

Hati Bintang begitu sakit, namun sikap Ellen malah begitu dingin pada dirinya.

Bintang membuka mulutnya menarik nafas, tenggorokannya bagaikan tercekat, sampai terdengar serak, “Ada yang ingin kubicarakan padamu.”

“Membicarakan apa?” Ellen tetap terlihat tenang.

“… apa saja.” Bintang berkata sambil mengepalkan tangannya.

Ellen langsung mengalihkan pandangan darinya, mengangkat tangan untuk melihat waktu yang ditunjukkan oleh jam tangan.

Namun belum melihat dengan jelas, Bintang sudah menggenggam tangan Ellen yang mengenakan jam tangan.

Pandangannya terhalangi, Ellen mengangkat kepalanya menatap Bintang, mengetatkan bibirnya yang merona, wajahnya terlihat tidak senang.

Ellen sekarang sungguh sangat tidak sabar dan dingin pada kemunculan Bintang, bahkan rasa tidak senangnya sekarang, bagaikan cambuk yang menghantam hatinya dengan begitu keji, membuatnya sakit setengah mati, namun Ellen malah sama sekali tidak merasakan apapun.

Mata Bintang menjadi merah, suaranya menjadi begitu berat, “Aku tidak meminta yang lain, aku hanya berharap kita bisa tetap berteman saja. Ellen, aku tidak pantas menjadi kekasihmu, namun apakah untuk menjadi temanmu pun aku tidak pantas?”

Ellen mengangkat alisnya perlahan, menarik tangan dari genggamannya, bulu matanya yang panjang merunduk, “Sebaiknya tidak usah.”

Jadi teman apa?

Tidak lama lagi dia akan menikah dengan Vania.

Dan Vania tahu kalau perasaan Bintang terhadap Ellen…………..

Kalau sampai Vania tahu mereka berdua masih berteman, berdasarkan sifatnya, pasti akan terus mencari masalah dengannya.

Dna Ellen takut dia tidak bisa menahan diri untuk…. Tidak perduli apapun!

Wajah tampan Bintang langsung menjadi pucat, matanya semakin memerah, menatap Ellen dengan tatapan begitu terpukul dan terluka, suaranya begitu parau, “Apakah kamu begitu bencinya padaku? Membenciku sampai kesempatan untuk menjadi temanmu pun tidak kau berikan?”

Ellen melihat Bintang yang seperti ini, kalau mengatakan hatinya tidak merasakan apapun pasti bohong, karena bagaimana pun BIntang sama sekali tidak pernah melakukan hal yang menyakitinya sedikit pun, namun wajahnya tetap berekspresi begitu datar dengan sempurna, “Aku hanya merasa tidak perlu.”

“Kenapa tidak perlu?” Bintang malah langsung melangkah maju dengan emosional, berteriak bagaikan binatang buas yang terluka.

Novel Terkait

Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu