Hanya Kamu Hidupku - Bab 203 Paman Ketiga Paling Sayang Aku

Lina mengabaikannya, berjalan menuju pintu depan ruang bekerja, tanpa mengetuk pintu, langsung membuka pintu masuk ke dalam.

tubuh Vania terasa tergoyang, terdiam di tempat.

Lina masuk tidak sampai 3 menit, Hansen langsung keluar dari ruangan.

Vania melihat Hansen bermuka hitam, nafas langsung terasa tiada.

Ketika Hansen menuruni tangga, satu langkah ingin menempuh tiga tangga.

Melihat tatapan Hansen yang kejam bersamaan gelisah berjalan ke arahnya, Vania secara sponton mundur kebelakang.

Hansen mendekati, nafas terasa berat, pandangan kejam melihat Vania.

Dia tidak berkata, Namun pandangan yang melihatnya, membuat hati Vania sangat takut.

Lina memasang kabel telpon, melihat Hansen dengan mata yang merah, " Bapak."

Hansen tanpa berkata, menuju kesitu, mengangkat telpon lalu menelpon no tadi, menelpon balik.

Tetapi, ketika menelepon balik, pihak lain menyatakan bahwa hpnya telah dimatikan.

Hansen melototinya, menggigit bibir, mengulang menelpon beberapa kali.

Tetapi setiap kali hasilnya, tetap dinyatakan hpnya telah dimatikan.

Hansen memejamkan mata, jantung terasa ditimpa sesuatu yang berat.

Beberapa detik kemudian, Hansen membuka kedua mata, menelpon William.

William dengan cepat mengangkat telpon," Kakek."

"Selamatkan Ellen."

Hansen memegang erat kulit sofa, mata yang melotot dipenuh dengan urat mata yang merah, mengeluarkan 2 kata tersebut dari lubang gigi.

"Kakek, Apa yang dimaksud ?"

William dengan suara yang kejam.

"Ellen, diculik. sekarang, sekarang pihat tersebut hp nya tidak dapat dihubungi. Kamu cepat pergi menyelamatkan Ellen, Cepat."

William terdiam sejenak.

Hansen terdengar sangat cemas, "William, Kamu harus membawa Ellen pulang, pulang dengan selamat !"

"No hp nya kasih aku !" William sekali lagi bersuara, dengan suara yang dingin.

Hansen menahan nafas, dengan cepat mencari no hp tadi, lalu membacanya kepada William.

Barusan selesai membaca no hp, William langsung menutup telpon.

"William, William..."

Dududu....

Hansen mengangkat telpon sambil gemetar, Seluruh tubuh secara bersamaan gemetar.

Vania ketakutan berdiri di samping, gemetaran melihat Hansen, "Kakek.. "

Kalimat Vania belum selesai berkata, pandangan tajam langsung berarah ke dia.

"... " Vania ketakutan hampir jatuh.

Hansen langsung berangkat dari sofa, berjalan kedepan, mengangkat tangan lalu menampar Vania.

"Aa... "

Hansen dengan sekuat tenaga.

Vania dari lahir hingga sekarang, Hansen pertama kali memukulnya.

Hansen ditampar hingga dirinya jatuh ke sebelah, menutup wajah, mata peuh dengan ketakutan menangis melihat Hansen.

"Kamu, Kamu beneran sama kejamnya dengan ibumu ! Aku seharusnya tidak berharap lebih kepadamu ! Vania, aku beritahukanmu, Ellen jika kali ini tidak dapat pulang, kamu juga tidak perlu berpikir untuk hidup !"

Mata Hansen memerah, dipenuhi dengan kemarahan membuat urat di kepala dan leher ternampak, dengan kejam meneriak.

"Uuu..."

Vania tidak memperhatikan apa yang dikatakan oleh Hansen, dia sekarang dipenuhi oleh ketakutan, matanya juga penuh dengan ketakutan.

Jika, jika kakak ketiga mengetahui...

Dia harus bagaimana ?

Vania gemetar, Lalu berlutut didepan Hansen, kedua tangan dengan memegang erat celana Hansen.

...

Di waktu yang sama, sebuah gudang di supermarket pengisian bensin.

"Aku mengira kamu adalah harta di keluarga Dilsen, tidak tersangka kamu hanyalah orang yang tidak penting, membuang waktuku saja."

Raut wajah pria yang kejam, setelah berkata langsung melempari hp nya ke lantai.

Plak.

Hp langsung hancur.

Dan secara bersamaan, Leher Ellen dicekek oleh pria yang kejam.

"Ehm.,,,"

Nafas Ellen tersesak, wajahnya memerah, dan kesakitan, air mata memenuhi mata.

"Aku sekarang langsung membunuhmu !"

Pria dengan erat mencekeknya.

"Ehm,,," Ellen membuka mulut, dengan kuat bernafas, mencubit kedua tangan yang diikat di belakang, dengan susah berkata, "Yang kalian inginkan hanya uang, Sekarang tidak mendapatkan uang, Kalian mau begitu ?"

"Aku memang ingin mendapatkan uang, tetapi kamu hanyalah sampah, aku bersusah payah menculikmu, satu sen pun tidak dapat, aku sekarang sangat emois apakah kamu tahu?"

".... Tadi, kamu, kamu lepaskan tanganmu dulu, tadi, tadi bukan paman ketigaku bukan ? Paman ketigaku tidak mungkin membiarkanku... " Ellen dengan serak berkata.

"Kenyataan adalah begitu ! Paman ketiga yang kamu panggil, sama sekali tidak menganggapmu sebagai anak angkatnya, yang biasa digosip, baik terhadapmu seorang anak angkat hanyalah gosip betul kan ? Kamu di keluarga Dilsen hanyalah sesuatu alat untuk menjaga nama baik mereka, selain itu, kamu apapun bukan ! Dan juga, apakah aku ada alasan membohongimu ? Yang aku mau hanya uang !"

Pria sambil berkata sambil mengeratkan tangan.

"Uh,,, Tidak, tidak akan, paman ketiga tidak akan...."

Ellen menggigit bibir berkata.

Dia tidak akan percaya paman ketiga akan berkata seperti itu, sama sekali tidak percaya.

Tetapi penculik menculiknya, hanya ingin memeras uang.

Tetapi jika bukan Paman ketiga yang mengangkat telpon, mengapa dia perlu membohonginya ?

Ellen menggenggam erat tangan nya, kedalam genggaman.

Ketika berumur 5 tahun, perasaan kesepian bagaikan seluruh dunia meninggalkan dia, seperti air terjun mengalir dengan kuat.

"Tidak, tidak akan.... paman ketiga, tidak... Uh,,,"

Pria melihat raut wajah Ellen yang penuh kesakitan, Sudut mulut mengeluarkan tawaan dan berkata, "Pergi mati saja."

Pria dengan kejam berkata begitu, tangan di leher Ellen semakin keras mencekeknya.

Dan di saat itu.

Hp pria lain berbunyi.

Tangan pria terdiam, dengan berjaga-jaga melepaskan tangan, memandang pria tersebut.

Pria mengeluarkan hp dan melihat, pandangan berkedip, menutup bubur lalu menyerahkan hp kepadanya.

Pria menyipitkan mata, mengambil hp, pandangan melihat layar hp, lalu mengangkat, " Sayang ~ "

Ellen menundukkan kepala dan bernafas.

Tadi, dia beneran berpikir dia akan mati ditangannya.

Tidak tahu apa yang dibicarakan oleh pihak lain, Pria tiba-tiba menunduk melihat Ellen, kedua mata mengeluarkan pandangan kejam, "Mengerti."

Pria mengeluarkan kata tersebut, lalu memutuskan telpon.

Setelah itu, pria mundur 1 langkah, menarik sebuah kursi lalu duduk di depan Ellen, mengangkat kaki melihat Ellen, "AKhirnya aku mengetahui mengapa Keluarga Dilsen tidak ingin memberikan uang untuk menyelamatkanmu."

Ellen terdiam, dengan perlahan mengangkat kepala.

Pria tertawa dingin, mendekati, lalu mengangkat dagu Ellen, jarinya menyentuhnya, "Penasaran mengapa keluarga Dilsen mengangkatmu sebagai anak ?"

Ellen terlihat sangat kasihan, dan juga dia merasa perutnya terasa sakit.

Kesadaran juga dikarenakan pria ini mencekek lehernya, bahkan, pernafasan dia sekarang ada sedikit kesusahan.

Mendengar kata-kata pria, Ellen sama sekali tidak ada tenaga untuk menjawab.

Dan pria juga tidak berpikir untuk mendengar tanggapan Ellen, lalu melanjutkan dan berkata, " Sebelum memutuskan untuk menculikmu, orang kami sudah membuat beberapa metode untuk menculikmu, setiap rincian, setiap langkah dan ide, ada belasan lembar, tidak ada celah. tujuannya untuk melalui kamu lalu memeras uang dengan perusahaan Dilsen, lalu bersembunyi. Tetapi tidak terpikir, kamu bersusah payah, semuanya hanya kosong. Dan semua kesalahan ini, gara-gara kamu !"

Pria berkata, melepaskan dagu Ellen, menggunakan telapak menepuk wajah Ellen.

Muka Ellen yang tadinya karena 2 tamparan, membengkang, hanya dengan menepuk, juga sakit.

Melihat Ellen tidak dapat mengontrol mukanya yang gemetar, Pria terlihat senang, tertawa bersuara, "Orang kami selalu memeriksa biodatamu, tadi akhirnya ada hasil. Kalian sekeluarga kecelakaan pada saat itu, Apakah kamu selalu merasa bahwa itu hanyalah kecelakaan ?"

"... Kamu, Apa yang ingin kamu katakan ?" Ellen berkata dengan suara serak, tenggorokan juga membawa suara air.

"Ckckck, melihat muka kecil ini, suara ini, sangat membuat orang sayang, Hehe." pria berkata, lalu dengan kuat mencubit muka Ellen.

".... " Ehm.

Ellen menahan, Leher yang puth menahan hingga memerah.

" Bagaimana kalau begini, aku membiarkanmu hidup, kedepannya kamu bertanggung jawab untuk menjagaku, menjagaku dengan nyaman, kalau aku senang mana tahu aku akan menikahimu sebagai istri kecilku. Hahaha."

Pria tertawa geram.

Tetapi suara yang dikeluarkan dari alat perubah suara lolita, terdengar sangat mengerikan.

Ellen tidak menjawabnya, dia ingin berbicara apapun terserah dia.

"Aku tidak percaya yang tadi mengangkat telpon adalah paman ketiga ku, aku mau sendiri menelponnya ! Kalian hanya menginginkan uang, dan juga mendengar kata-katamu, kalian menculikku juga menghabiskan beberapa ide, aku percaya kalian juga tidak ingin bekerja sia-sia. Kalau begitu mendingan kalian berikan aku waktu, biarkan aku yang menghubungi paman ketiga..."

"Ck, Aku bertanya mengapa kamu begitu polos ? Paman ketiga mu tidak akan menghabiskan uang untuk menyelamatkanmu, dihatinya, kamu sama sekali bukan apa-apa, kamu tahu kenapa ? Karena saat itu yang menabrak ayahmu, adalah kakek yang sekarang kamu panggil ! Ayah kandung paman ketigamu ! Kamu sangat kasihan, menganggap pembunuh sebagai ayah ! Hahaha...."

"Apa yang kamu berkata ?! "

Ellen gemetar, menegakkan badan duduk di kursi, jika bukan kedua bahu ditahan pria, Mungkin Ellen akan menabrak badan pria.

Raut wajah ternampak tidak senang, tetapi dia peduli, bermuka dingin melihat Ellen yang kacau, "Aku mengatakan, kecelakaan saat itu, adalah perbuatan ayah paman ketigamu ! Dia mengakibatkanmu dari kecil menjadi anak yatim, membuat keluargamu hancur, berpisah. Dan lucunya kamu masih menganggap mereka Keluarga Dilsen sebagai saudara kandung. begitu percaya mereka. Aku berpikir mengapa ada orang sepertimu yang begitu kasihan ? Hehe."

".... Tidak."

Ellen menggelengkan kepala, " Tidak mungkin, Bagaimana mungkin.,, pasti tidak mungkin ! Tidak mungkin kakek yang mengakibatkan ayahku meninggal, tidak mungkin, tidak mungkin. Paman ketiga,.. paman ketiga, aku ingin menelpon paman ketiga, aku ingin meneleponnya, kalian bukannya menginginkan uang ? Aku telepon ke paman ketiga, Paman ketiga sangat sayang terhadapku, dia pasti akan memberikan. Uh.... "

Ellen berkata, sambil menggigit bibir, menahan nafas.

Dia tidak percaya.

Kecelakaan saat itu.... Bagaimana mungkin adalah Gerald....

"... Tidak akan, Tidak mungkin, Ah.... "

Tiba-tiba dibagian perut terasa sangat sakit, Ellen berteriak, tubuhnya jatuh ke bawah,

Merasa di antara kakinya kebasahan, muka Ellen berubah dari merah menjadi pucat.

Dia dengan kuat menggigit bibirnya, Mata yang hitam sekilas berubah menjadi merah.

Ellen, Ellen, tenang, tenang, demi anak di perut m kamu harus.. kuat.

Tetapi, Ellen semakin di hati ingin tenang, perut mengeluarkan rasa sakit yang lebih kuat.

Terakhir, Ellen didalam kesakitan, Tubuh gemetar, lalu tidak sadar diri.

Novel Terkait

Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu