Hanya Kamu Hidupku - Bab 184 Kamu Membuat Aku Kesakitan!

Pada saat Ellen sedang melamun, telepon sudah dimatikan.

"Ellen?"

Suara Venus berdering lagi dari belakang.

Ellen mengedipkan matanya beberapa kali untuk menghilangkan air mata yan membasahi matanya, setelah itu dia baru menoleh ke Venus, "Aku tidak apa-apa. Kita sudah keluar lumayan lama, ayo pulang"

Menatap ke mata Ellen, Venus berkata, "Ellen, apakah kamu benar-benar baik-baik saja?"

Ellen menggelengkan kepalanya dan berjalan dua langkah kepada Venus kemudian mengembalikan ponsel Venus kepadanya, "Terima kasih"

Venus mengambil telepon dan berkata, "Jangan mengucapkan terima kasih, aku adalah kakakmu"

Ellen memasang sebuah senyuman.

Venus meletakkan ponselnya ke dalam tas sebelum memegang tangan Ellen, "Ayo kita pulang"

Ellen mengangguk.

................

Pada saat menjelang jam 6 sore, Merkuri sekeluarga pun telah tiba.

Hal pertama yang dilakukan Renji setelah memasuki rumah adalah melingkari leher Venus, hal itu membuat Venus marah sampai menggigit giginya, "Renji!!"

"Tidak sopan, harus panggil kakak!" Renji melepaskan Venus dan mengetuk dahi Venus.

Venus marah sampai tertawa, dia merapikan rambutnya dan melirik ke Renji, "Kamu hanya lebih tua dari aku satu bulan, mengapa aku harus memanggil kamu kakak?"

"Tua satu bulan juga tetap lebih tua, oh iya, ini adalah saudara kecil aku ya?"

Alis Renji terangkat setelah melihat Ellen yang berdiri di depan sofa.

"Ellen, cepat ke sini" Venus melambaikan tangannya kepada Ellen.

Ellen memegang kedua tangannya dengan erat, merasa agak canggung.

Bagaimana pun, Renji adalah idolanya.

"Ayo cepat" Venus tertawa.

Ellen menjilat bibirnya sebelum berjalan ke arah Venus dan Renji.

Venus memegang lengan Ellen dan berkata kepada Renji, "Ini adalah Ellen Nie, adik aku"

"Aku tahu, berarti kamu juga merupakan saudara kecilku dong. Saudaraku, ayo sini kakak peluk sebentar" Renji merentangkan kedua tangannya kepada Ellen.

Wajah Ellen langsung memerah, dia memeluk Renji sambil menundukkan kepalanya.

Venus, "........."

Renji, "..........."

Vima dan beberapa dewasa lainnya, "............."

Sebenarnya Renji cuman ingin bercanda dengan Ellen.

Siapa tahu Ellen benaran begitu... ramah!

Renji menyentuh hidungnya dan mengangguk kepada Ellen.

Meskipun memeluk dengannya, gerakan Ellen tetap sangat sopan, kedua tangannya melingkari pinggang Renji, tetapi tubuh mereka tetap memiliki jarak.

Renji menggerakkan alisnya dan menatap wajah Ellen yang memerah dengan sudut mulut terangkat, "Saudara kecil, kamu benar-benar sangat imut"

Wajah Ellen pun menjadi semakin memerah, dia melepaskan pinggang Renji secara perlahan dan mundur dua langkah ke belakang dengan malu, dari waktu ke waktu dia akan melihat ke Renji secara diam-diam.

Melihat adegan ini, tatapan Venus memancarkan cahaya kecil, dia berkata dengan senyuman, "Ellen, jangan-jangan Renji adalah idola kamu ya?"

Ellen melihat ke Renji dengan ekspresi malu kemudian menatap ke arah lain dengan cepat dan mengangguk.

"Apa?"

Venus tertawa, "Benar-benar takdir ya!"

Setelah mengetahui ternyata Ellen adalah penggemarnya, Renji tiba-tiba menjadi agak malu.

Mungkin karena menjadi idola.

"Ellen" Vima mengulurkan tangannya kepada Ellen.

Ellen mengangguk kepada Renji sebelum berjalan ke Vima dan memberikan tangannya kepadanya.

Vima memegang tangan Ellen dan berkata kepada Merkuri beserta Raijin Xina yang berdiri di depannya, "Ini adalah Ellen, anakku"

"Benar-benar sangat cantik ya" Merkuri menghampiri Ellen dan memberi senyuman kepadanya.

Ellen menatap ke Vima dengan wajah memerah.

"Dia adalah bibi kedua" Vima berkata.

Ellen menjilat bibirnya dan melihat ke Merkuri "Salam kenal, bibi kedua"

"Benar-benar sangat sopan! Ellen, ini adalah kado yang bibi kedua dan paman kedua sediakan untukmu"

Sambil berkata Merkuri mengambil kado yang dipegang oleh Raijin Xina kemudian berikan kepada Ellen.

Merasa Vima memegang tangannya dan berjalan maju depan, tatapan Ellen memancar sebuah cahaya, kemudian Ellen menarik tangannya keluar dari pegangan Vima dan mengambil kado yang diberikan Merkuri, "Terima kasih bibi dan paman kedua"

Merkuri tertaawa, "Sama-......."

"Paman, bibi, bibi, kenapa kalian semua berdiri di depan pintu..... Ellen!"

Sebelum Merkuri sempat selesai berkata, sebuah suara yang jernih sudah berdering dari arah pintu.

Selanjutnya, Bintang yang tinggi muncul di belakang Merkuri dan Raijin Xina.

Tangan Bintang yang mau memegang bahu Raijin Xina tegang di tengah udara setelah melihat keberadaan Ellen.

Bintang tidak menyangka dia akan bertemu dengan orang yang dia kangen setiap hari di sini...........

Ellen mengangguk kepada Bintang dengan ekspresi tenang.

Pada saat Venus berkata mau mengadakan acara, Ellen sudah berpikir akan bertemu dengan Bintang.

Jadi dia tidak merasa sangat kaget.

Untuk pertama kali, Venus tidak menghampiri Bintang duluan, dia berdiri di tempat dan menatap ke interaksi antara Bintang dan Ellen dengan tatapan tenang.

"Bintang"

Renji menghampiri Bintang dan menyapanya dengan cara pria, mereka saling berpegangan tangan dan memukul bahu sesama.

Setelah menyapa Renji, Bintang menepuk bahu Renji dan berjalan ke depan Ellen, menatapnya dengan tatapan bersinar cahaya, "Ellen, kenapa kamu bisa di sini?"

"Halo, apakah kamu sudah lupa tujuan kita datang ke rumah paman?"

Renji melingkari leher Bintang dan menggedipkan matanya kepada Ellen.

Pernapasan Bintang berhenti, matanya membersar, "Kamu...."

"Bintang, kami juga baru-baru ini baru tahu ternyata Ellen adalah anak kandung ibuku"

Pada saat itu, Venus menghampiri mereka dan berdiri di sisi Ellen sambil menjelaskan kepada Bintang.

"Kamu berkata Ellen adalah anak bibi?" Nada suara Bintang terdengar sangat tidak percaya, wajahnya yang muda dan tampan pada saat ini terlihat sangat tegang.

Melihat ekspresi Bintang, bulu mata Ellen bergemetaran dua kali.

"Kenapa? Kalian saling mengenal?"

Merasa aneh dengan reaksi Bintang yang agak kelewatan, Renji bertanya dengan senyuman yang meragu sambil memukul bahu Bintang.

Ekspresi Bintang tenggelam, dia mendorong tangan Renji yang melingkari lehernya dan berjalan satu langkah ke Ellen dengan tatapan bersinar, "Benar ya? Kamu benar-benar adalah anak kandung bibi aku?"

Ellen mundur satu langkah sebelum mengangkat kepalanya dan melihat ke BIntang, "Iya"

Bintang menarik sebuah nafas dingin, "Bagaimana..........."

"Bintang, kamu sedang melakukan apa?"

Mars menarik lengan Bintang ke belakang sambil menatap ke wajahnya yang kaku.

Alis Bintang mengerut dengan erat, tatapannya diisi dengan sakit hati, dia menatap ke Mars dan berkata dengan suara serak, "Mama, dia adalah Ellen Nie"

"Ellen... Ellen itu?"

Seolah-olah tiba-tiba teringat dengan sesuatu, mata Mars tiba-tiba membesar, dia menatap ke Ellen dengan ekspresi yang sama dengan Bintang, tidak percaya dan terkejut.

Ekspresi Ellen terlihat agak canggung, dia menundukkan kepalanya dengan diam.

Vima tentu saja mengetahui alasan reaksi Bintang dan Mars begitu, dia menghela nafas panjang dari dalam hati sebelum berkata terhadap semua orang, "Makan malam sudah disediakan, ayo makan dulu saja"

Mars tetap menatap ke Ellen dengan ekspresi yang agak kacau.

"Ayo"

Ahmad berkata sambil memeluk Mars dan melihat ke Ellen.

Mars menarik nafas dan melihat ke Bintang alis mengerut yang dipenuhi kasih sayang sebelum berjalan ke arah ruang makan.

Merkuri,Raijin Xina beserta yang lain juga menatap ke Bintang dan Ellen sebelum pergi ke ruang makan.

Sebagai pemilik rumah, Vima dan Pluto juga tidak bisa berdiri di sini terus, akhirnya mereka juga pergi ke ruang makan.

Sementara Renji menatap ke kedua orang itu dengan tatapan yang aneh, dia tidak berhasil melihat apa pun dari ekspresi Ellen, malahan keanehan Bintang yang menjadi semakin jelas.

"Ellen, Bintang, para orang tua sudah pergi ke ruang makan, ayo kita pergi juga" Venus berkata dengan lembut.

Ellen mengangguk dan melihat ke Renji.

Renji yang merasa kaget menggaruk kepalanya sambil berjalan ke arah ruang makan.

Ellen pun bermaksud mengikuti di belakangnya.

Sebelum Ellen sempat bergerak, tangannya ditahan.

Ellen merasa agak kaget dan menoleh ke Bintang yang menarik tangannya.

Jantung Venus berdetak dengan kencang, tatapannya menjadi gelap ketika dia melihat tangan Bintang yang memegang tangan Ellen.

Venus melihat ke Bintang dengan lembut, "Bintang......."

"Ikuti aku"

Pada saat Venus baru bersuara, Bintang langsung berkata.

Sebelum Venus sempat bereaksi, Bintang sudah menarik Ellen berjalan ke arah luar rumah dengan cemas.

"Bintang"

Ellen memanggilnya dengan panik, tetapi panggilan ini malah membuat Venus merasa emosian, wajahnya yang jernih terlihat seperti baru saja digores oleh pisau.

....................

Tidak tahu ditarik sampai seberapa jauh, Ellen merasa dirinya agak sesak pada saat mereka berhenti berjalan.

Di seluruh proses ditarik oleh Bintang, Ellen merasa sangat panik, tetapi dia tetap memegang perutnya dengan waspada.

"Aku tidak percaya!"

Bintang berputar balik badannya dan memegang bahu Ellen, berkata sambil menggigit giginya.

Ellen berusaha melancarkan pernapasannya menatap ke Bintang, "Kamu membuat aku kesakitan"

Wajah tampan Bintang bergemetaran, dia menatap ke Ellen dengan mata memerah, tetapi pegangannya tetap menjadi agak lembut, "Bagaimana kamu bisa merupakan anak kandung bibi aku? Aku tidak percaya!"

Pada saat itu, Ellen merasa agak baikan, dia berdiri dengan tegak dan melihat ke Bintang, "Tetapi aku benar-benar adalah anaknya bibimu"

"Aku tidak percaya!"

Bintang berteriak.

Melihat frustrasi dan kesakitan di wajah Bintang, alis Ellen menjadi mengerut, dia berkata dengan tenang, "Bintang, mau kamu percaya atau tidak, hal ini adalah fakta"

"Kalian pasti bekerja sama untuk membohongi aku" Tatapan Bintang dipenuhi oleh kesedihan.

Ellen menghela nafas panjang dan berkata, "Bintang, sebenarnya dari dalam hati kamu sudah percaya"

Tatapan Bintang menjadi memerah, dia tiba-tiba memeluk Ellen dengan erat.

Novel Terkait

Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu