Hanya Kamu Hidupku - Bab 571 Linsan Sama Sekali Tidak Dapat Dibandingkan Denganmu

"Panpan, aku tidak bisa menjelaskan kepadamu mengapa aku memanggil nama yang kamu dengar malam itu. Tapi aku dapat memberitahumu dengan pasti, di dalam hati dan mataku, hanya ada kamu, hanya ada kamu satu-satunya saja!".

"Hanya aku satu-satunya?" Pani mengedipkan mata yang berkaca-kaca "Aku ingin mempercayai kamu, aku benar-benar ingin mempercayaimu! Tapi aku, aku benar-benar tidak bisa!".

Sumi duduk di sofa, menatap Pani dengan tatapan serius "Sebelumnya kamu kembali ke Kota Tong karena rindu, aku bergegas pergi mencarimu secepat mungkin, meskipun aku mengetahui kamu bukan kembali karena aku. Tapi tidak apa-apa, selama kamu ingin kembali, aku akan menggangap kamu bersedia kembali ke sisiku. Aku tidak menyangka sikap kamu begitu tegas, tidak menyisakan ruang sedikit pun ... "

Sumi memejamkan mata dengan sedih "Panpan, aku tidak berbohong padamu. Aku tidak pernah begitu menderita karena seorang wanita, begitu menyakitkan, bahkan mempermalukan diriku sendiri. Karena kamu, aku berubah menjadi tidak seperti diriku lagi. Di mata orang lain, seorang pengacara yang bijaksana dan tak terkalahkan, di depan kamu, aku bukan apa-apa. "

Pani menatap Sumi dengan mata yang polos.

“Jika demikian, diriku masih tidak bisa membedakan siapa yang benar-benar aku pedulikan, maka aku benar-benar sangat bodoh!” Kata Sumi dengan suara yang tegang.

Mata Pani berkedip-kedip, keyakinan serta gagasan awalnya yang teguh itu perlahan goyang "Kamu telah mencintai Linsan selama lebih dari sepuluh tahun. Aku mengenalmu tidak sampai satu tahun, tidak hitung empat tahun kita berpisah ... Tentunya aku tidak dapat dibandingkan dengan posisi Linsan yang berada di hatimu. Sumi, ketika kamu mengatakan ini, apakah kamu sedang membujukku atau membohongi dirimu sendiri?".

Sumi terkekeh dengan pelan "Aku tidak ingin berbohong kepada siapapun, apalagi membujuk siapapun. Kata-kata dan kalimat yang aku ucapkan sekarang adalah ucapkan isi hatiku! Panpan, jika kamu tidak percaya apa yang aku katakan saat ini, berarti aku tidak memiliki kepercayaan sedikitpun di dalam hatimu!".

Pani merasakan sakit hatinya, bibirnya menggeliat, tetapi dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.

Sumi berdiri dari sofa, berjalan menuju ke arah Pani, duduk di tepi tempat tidurnya, mengulurkan tangan dari sudut tempat tidur dan memegang tangannya yang mengepal di perut "Panpan, aku benar-benar sangat sakit hati pada hari itu! Hatiku sangat hampa, panik dan marah, pada saat yang sama, aku membencimu!".

Mendengar dia mengucapkan kata "benci" berulang kali.

Pani mencibir, melepaskan tangannya dengan mata berkaca-kaca.

Sumi bersikeras memegangnya dengan erat "Kamu telah meninggalkanku selama empat tahun, empat tahun yang panjang! Di dalam empat tahun ini, aku berulang kali menyadari aku sangat mencintaimu, betapa menginginkanmu dan ingin bersama denganmu selamanya! Panpan, bagaimana kamu bisa mengatakan kata-kata yang begitu tega kepadaku, bagaimana kamu bisa mengatakannya pada saat itu? Aku juga mempunyai harga diri, sehingga aku membencimu! Tapi aku semakin menyadari, kebencianku hanya karena aku terlalu mencintaimu!".

“Apakah kamu pikir aku akan mempercayaimu ketika kamu memberitahuku semua ini? Empat tahun yang lalu, aku dibodohi olehmu seperti orang bodoh berulang kali. Apakah kamu mengira aku akan dibodohi olehmu lagi?” Kata Pani sambil mengertakkan gigi.

"Ini adalah kenyataan! Aku tidak berbohong kepadamu dan kamu juga tidak mudah ditipu seperti yang kamu bayangkan!" Sumi memegang tangan Pani yang mengepal dan berteriak dengan suara yang rendah.

“Aku tidak mudah ditipu, tetapi aku juga ditipu olehmu? Hal ini hanya bisa membuktikan bahwa keterampilan berbohong kamu sangat hebat!” Pani membalas dengan berteriak!.

Wajah Sumi menjadi tegang dan kaku.

Kemudian sinar bulan masuk dari celah jendela, Sumi menatap Pani dengan sabar "Saat itu ketika kamu kembali, aku berencana ingin menunjukkan isi hatiku padamu bahwa aku tidak mencintai Linsan, aku hanya mencintaimu, hanya kamu satu-satunya! Tapi sikapmu seperti tusukkan pedang yang sangat tajam langsung menebus hatiku, aku ini juga bisa sakit, Panpan! Aku ini juga manusia sama sepertimu, bisa merasakan sakit!".

Pani menatap mata Sumi yang semakin memerah, hatinya berdebar kencang "Tapi kamu tidak bisa menjelaskan, mengapa kamu memanggil namanya pada malam itu? Sumi, kamu tidak bisa menjelaskannya!".

"Aku sedang menjelaskan kepadamu sekarang! Setelah mengetahui bahwa kamu kembali, tidak peduli apa pun alasannya, aku sangat gembira. Pikiranku dipenuhi dengan aku ingin mengakui padamu, ingin memberitahu padamu bahwa aku menyukaimu dan aku hanya mencintaimu. Linsan sama sekali tidak dapat dibandingkan denganmu! ”Sumi tiba-tiba membungkuk, satu tangan lainnya menopang di belakang leher Pani, terus menatap mata Pani, satu kata demi satu kata masuk ke telinga Pani!.

Pani kaget, mengangkat bahunya dengan ringan, bernapas dengan gemetaran, menatap wajah Sumi yang menegang hingga menakutkan.

Melihat Pani yang seperti ini, Sumi mengertakkan gigi karena menyesal, kepalanya melunak, dia bersandar di leher pani, dengan lembut mengusap rambutnya, suaranya serak dan lemah "Panpan, aku sangat yakin ingin memberitahumu hal ini, aku sangat yakin. Aku tidak mencintai Linsan, aku benar-benar tidak mencintainya, bisakah kau percaya padaku, percayalah padaku?".

Pani gemetaran, air mata menetes dari sudut matanya, dia membuka mulutnya untuk menghelakan napas.

Sumi mencium daun telinganya "Maafkan aku, maafkan aku ... Aku selalu tidak bisa mengendalikan diriku. Di hadapanmu, aku selalu kehilangan akal dengan mudah. Panpan, apa yang harus aku lakukan? Kamu ajari aku, aku harus bagaimana melakukannya?".

Tenggorokan Pani tersumbat, dia tidak bisa berbicara.

"Aku tahu aku seharusnya tidak boleh menyalahkan atau membencimu. Empat tahun yang lalu kamu memutuskan untuk meninggalkanku, aku harusnya menyadari bahwa aku telah menyakitimu terlalu dalam, akulah yang membuatmu merasa tidak nyaman. Aku tahu itu adalah penyebabku dan salahku." Kata Sumi di telinganya dengan pelan.

Pani menatapnya, wajahnya gemetaran, mengerakkan bibirnya dan mengeluarkan suara yang serak "Kamu masih tidak bisa melupakan Linsan."

Punggung Sumi sedikit bergetar.

Pani bisa merasakannya, dia menunjukkan sebuah senyuman yang lebih jelek daripada menangis.

Jadi, bagaimana dia berani mengatakan di depannya lagi bahwa dia hanya mencintainya saja.

Tangan Sumi jatuh dari leher Pani dan duduk tegak di samping tempat tidur dengan punggung menghadap Pani.

Pani memandangi punggung Sumi yang lebar, hatinya merasa sakit "Aku tahu bahwa Linsan sedang melakukan proses perceraian dengan suaminya, karena anak itu..."

Ketika dia keluar dari kamar privat dan bertemu Linsan di depan pintu, Linsan memberitahu kepadanya tentang hal ini.

"Aku tidak bisa melepaskan Linsan, bukan karena aku mencintainya."

Sumi menyela pembicaraan Pani dan menoleh untuk melihatnya dengan serius.

Pani mengencangkan bibirnya dan mengerutkan kening.

"Awalnya aku tidak bermaksud memberitahu denganmu tentang hal ini, karena aku tahu kamu orangnya paling keras berbicara tetapi berhati lembut. Tapi sekarang, aku tidak bisa menyembunyikan lagi," kata Sumi.

Mata Pani penuh dengan keraguan, menatapnya "Ada apa?"

“Kecelakaan yang terjadi pada malam pesta pertunangan kita itu menyebabkan Linsan mengalami keguguran… infertilitas atau tidak bisa hamil lagi seumur hidup!” Kata Sumi sambil menyipitkan matanya.

Hati Pani bergetar, pupil matanya melebar tanpa sadar "Apa? Tidak bisa hamil seumur hidup?".

"Ya." Sumi berbalik ke samping, memegang tangan Pani yang gemetaran di dalam selimut, menatapnya dengan mata yang dalam "Ini merupakan salah satu alasan mengapa Linsan harus bercerai dengan Thomas."

"Maksud kamu, maksud kamu itu Linsan tidak dapat hamil lagi, atau anak itu adalah anak kamu dengan dia ..."

"Diam!" Mata Sumi menajam, menatap Pani "Kamu sedang omong kosong apa? Apanya anakku dan dia?".

Pani "..."

Ketika dia keluar dari kamar privat pada malam itu, sedang berbicara dengan Linsan, Linsan selalu menyebutkan anak itu dan Sumi ... Meskipun Linsan tidak mengatakannya dengan jelas, tetapi dia mencoba mengarahkan Pani untuk memikirkan hal tersebut.

Setelah mengalami sebuah adegan yang sangat memalukan dan penghinaan, mendengar kata-kata yang dikatakan Linsan, mustahil jika dia tidak memikirkan demikian!.

Sumi mengulurkan tangannya untuk mencubit dagu Pani dan berkata dengan tegas "Kamu dengarkan baik-baik, aku tidak pernah menyentuh wanita lain kecuali kamu! Di dalam hal ini, aku bukan orang yang sembarangan!".

"..." Pani merasa malu saat mendengar kalimat terakhirnya.

Mendengar kalimat ini keluar dari mulut seorang pria benar-benar membuat orang tidak tahu harus bagaimana menanggapinya!.

Sumi tertegun. Kemungkinan dia juga menyadari bahwa terdapat keanehan di dalam kalimat ini. Dia mengernyitkan alis, mengendurkan dagunya dan berkata "Di dalam beberapa tahun terakhir ini, aku terus mencari ahli untuk menangani kondisi Linsan. Aku berharap dapat menyembuhkannya. Demikian, hal ini juga termasuk sebuah kompensasi".

Sumi menatap Pani dengan serius "Jadi aku tidak bisa berjanji padamu untuk mengabaikan Linsan sepenuhnya, bukan karena aku mencintainya, tapi karena aku tidak ingin berhutang padanya."

Pani terdiam dengan mengangkat bulu matanya.

Ketika Sumi melihat ini, dia juga tidak tahu apakah Pani telah mempercayainya atau tidak. Menatapnya kedua matanya dengan cemas, tetapi dia menahan untuk tidak mengatakan apa pun dan memberikan waktu kepadanya untuk menilai.

"Pada malam pesta pertunangan, Pataya yang menantangku terlebih dahulu. Suasana hatiku memburuk, dia bergegas dan menarik-narik denganku. Aku tidak tahan, sehingga bertengkar dengannya. Pada puncak kejadian, Linsan tiba-tiba keluar, mungkin karena ingin memisahkan aku dan Pataya, ataupun ... "Ataupun karena memiliki alasan lain.

Pani tidak mengucapkan kata-kata terakhir itu, dia merasa akan terlihat sangat kejam jika mengatakan kata-kata itu dalam situasi seperti ini.

Bagaimanapun, karena hal ini Linsan kehilangan anaknya dan karena hal ini dia telah kehilangan hak untuk menjadi seorang ibu.

Pani sekarang sedang hamil, perasaan sebagai seorang ibu ini tidak menginzinkan dia untuk mengatakan kata seperti itu, sehingga dia menahannya.

Pani menatap Sumi, berkata "Aku hanya ingin melepaskan tarikan dengan Pataya, sehingga aku mendorong terlalu kuat. Aku benar-benar tidak tahu apakah aku yang mendorong Linsan atau apakah aku tidak sengaja menyentuh Linsan ketika mendorong Pataya ... "

Kedua mata Pani memerah dan matanya tampak bingung dan merasa bersalah "Aku pasti bukan sengaja ingin melukai Linsan, aku tidak sengaja."

Sumi mengulurkan tangannya untuk membelai sudut mata Pani dan berkata dengan lembut "Aku tahu, aku yakin kamu tidak sengaja".

"Tapi kamu tidak percaya padaku pada saat itu ..."

“Aku bukan tidak percaya padamu, tapi pada saat itu, aku harus secepatnya membawa Linsan ke rumah sakit. Pertama, dia sedang mengandung. Kedua, aku tidak ingin kamu bertanggung jawab atas kecelakaan ini.” Sumi menatapnya dan berkata dengan serius.

“Kamu hanya perlu mengatakan kamu mempercayaiku saja.” Pani berkata dengan keras kepala, “Tapi kamu tidak mengatakannya, kamu langsung memeluknya dan pergi begitu saja. Hari itu merupakan pesta pertunangan kita!”.

"Panpan."

Sumi membelai wajah Pani yang basah "Kamu percaya padaku, aku telah mengatakan berkali-kali di dalam hatiku, aku percaya padamu, aku pasti mempercayai kamu!".

“Lalu kenapa kamu tidak mengatakannya?” Kata Pani dengan sedih. Meskipun sudah berlalu empat tahun, tetapi masih terasa sangat sedih ketika memikirkan kembali.

Sumi membungkuk, dahi menempel padanya, menatapnya dengan serius "Pada saat itu, Linsan telah mengalami pendarahan besar, kondisi ibu dan anak sangat berbahaya. Kamu katakan bagaimana aku mengatakannya? Aku tahu bahwa kamu memiliki banyak keluhan, tetapi dalam situasi itu, jika kamu adalah aku, walauapun kamu mempercayaiku tanpa syarat, tetapi kamu akan mengatakan apa?".

Novel Terkait

Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu