Hanya Kamu Hidupku - Bab 494 Mengejar Kamu Mati-Matian

Linsan menatap Pani sejenak, lalu tiba-tiba mengulurkan tangan untuk memegang tangan Pani, "Pani, sepertinya kita berdua benar-benar ditakdirkan"

Pani melirik ke Linsan tanpa berkata apa pun

Sementara Linsan juga tidak peduli, dia tetap memegang tangan Pani.

Melihat adegan ini, Yuki tertawa dengan dingin di dalam hati. Meskipun dia tidak berkata apa-apa, tetap saja ada orang yang dia tidak suka.

Tanjing melihat Linsan memegang tangan Pani dengan dingin, kemudian dia berkata kepada Pani, "Kalian berdua benar-benar ditakdirkan, kalau tidak mana mungkin dicintai oleh 1 pria yang sama?"

Ekspresi Linsan tenggelam, dia menoleh ke Tanjing dengan tatapan yang menyalahkan.

Tanjing menatap kepada Linsan dengan wajah polos, "Apakah aku ada salah berkata? Bukannya abang Nulu menyukai kamu selama belasan tahun?"

Meskipun tidak ingin, tangan Pani yang berada di pegangan Linsan tetap bergetar sejenak setelah mendengar kata-katanya.

Linsan yang menyadari hal itu menyipitkan matanya dan menoleh ke Tanjing dengan alis mengerut, kemudian dia pun segera berkata kepada Pani, "Pani, kamu jangan mendengar Tanjing sembarang berkata. Aku dan Nulu hanya teman saja"

"Tanjing, abang Nulu pernah menyukai kamu dan mengejar kamu dengan setia, hal ini adalah fakta yang tidak bisa diubahkan. Buat apa kamu sibuk menjelaskannya? Lagian sekarang kamu sudah menikah, Nona Wilman juga sudah bersama abang Nulu. Sekarang membahas tenang ini hanya sekedar mengenang masa lalu saja, buat kamu begitu cemas? Aku percaya nona Wilman tidak akan bodoh sampai peduli kepada masa lalu abang Nulu"

Tanjing menurunkan tatapannya dan memegang minuman yang berada di atas meja sambil berkata.

"Tanjing, kamu sendiri juga tahu itu masalah dulu. Kalau sudah berlalu, tidak perlu membahasnya lagi" Linsan berkata dengan alis mengerut.

Tanjing tertawa, "Linsan, kamu itu sedang menghindar"

Linsan menatap ke Tanjing, "Mengapa aku mau menghindar?"

"Karena kita semua tahu sekarang orang yang masih abang Nulu suka itu siapa" Waktu berkata tentang ini, tatapan Tanjing itu tertuju kepada Pani.

Pani mengangkat kepalanya secara perlahan dan menatap kepada Tanjing dengan tatapan jernih.

Tanjing tertawa kepada Pani, "Nona Wilman jangan salah paham ya. Kata-kata aku ini tidak ada maksud mau mengatakan bahwa orang yang abang Nulu suka sekarang adalah Tanjing"

"Tanjing!" Linsan berkata dengan frustrasi.

"Sudah sudah, aku tidak berbicara lagi" Tanjing segera memegang tangan Linsan.

Linsan menatap kepada Tanjing dengan wajah tidak berdaya, kemudian menoleh kepada Pani yang dari awal sampai sekarang tidak bersuara, "Pani, Tanjing memang begitu. Jangan peduli dia, dia tidak bermaksud yang lain"

Mau bagaimana pun Yuki yang mengundang Pani di sini.

Jadi dia merasa tidak sesuai kalau dia tidak bersuara pada saat ini, "Iya Pani, jangan berpikir terlalu banyak"

Jangan berpikir terlalu banyak?

Bukannya tujuan dia mengundang Pani ke sini itu membuat dia berpikir banyak?

Pani melihat ketiga orang itu dan menarik tangannya keluar dari pegangan Linsan, kemudian dia mencicipi jus di atas meja. Waku meletak gelas ke atas meja, Pani berkata, "Aku tentu saja tidak akan berpikir banyak. Temannya Tante Wu itu tentu saja bukan orang yang jahat, aku percaya kalian bisa membahas tentang ini di depan aku itu hanya karena sekedar membahas saja, bukan mau membuat aku berpikir banyak"

Yuki menyipitkan matanya.

"Pani, bagus kalau kamu bisa berpikir begitu. Tanjing bukan sengaja berkata seperti itu untuk membuat kamu tidak enak"

Linsan berkata sambil menghela nafas lega, "Sebenarnya aku sudah menikah. Suami aku adalah teman akrab Sumi. Aku mendengar kamu adalah teman baiknya Ellen, Ellen juga tahu aku dan Sumi itu tidak ada apa-apa. Jadi kamu jangan salah paham aku sama Sumi karena masalah hari ini"

Ellen tahu?

Mendengar sampai sini, kulit mata Pani meloncat untuk sejenak.

Tetapi setelah itu dia pun mengerti.

William dan Sumi mereka itu memiliki hubungan yang akrab seperti saudara kandung, sementara Sumi mereka selalu menganggap Ellen itu keluarga mereka

Ellen tidak mungkin tidak tahu masalah Sumi dan Linsan.

Waktu Linsan dan Yuki menjelaskan semua ini, Tanjing yang membuat masalah sama sekali tidak berkata apa pun.

Pani menetapkan pikirannya dan menoleh ke Linsan, "Nona Lin sangat cantik dan mempesona. Jangankan pria, aku saja sangat menyukai nona Lin. Jadi aku sama sekali tidak merasa aneh kalau paman Nulu menyukai nona Lin"

"Pani, semua itu sudah berlalu. Aku dan Sumi sekarang hanya teman saja" Linsan melihat ke Pani dengan tidak nyaman.

Pani mengangguk, "Nona Lin sudah menikah dan suami kamu adalah teman baik paman Nulu. Meskipun Paman Nulu masih memiliki pemikiran lain terhadap kamu, dia juga tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Jadi aku percaya hubungan nona Lin dengan paman Nulu itu hanya teman"

Linsan merasa tidak berdaya, "Pani, kamu tetap salah paham ya? Aku harus bagaimana menjelaskan keapda kamu agar kamu bisa percaya hubungan aku dan Sumi benar-benar tidak seperti yang kamu pikirkan?"

Pani menatap ke Linsan dengan tatapan yang sangat jernih dan dalam.

Linsan menjilat bibirnya, "Pani...."

"Makanan sudah datang"

Tatapan Pani mengalih dari Linsan ke pelayan yang sedang menghampiri mereka dengan makanan.

Ekspresi Linsan terlihat cemas.

.......

Selama makan, Tanjing dan Yuki berbicara dengan akrab, sementara Pani dan Linsan hanya diam saja.

Setelah makan.

Yuki pergi membayar, dia berjalan bersama Tanjing di bagian depan.

Linsan dan Pani berada di belakang.

Linsan menatap ke Pani dengan ekspresi ingin mengatakan sesuatu, sementara Pani hanya menatap ke arah depan dengan ekspresi datar. Hal ini membuat Linsan tidak bisa bersuara.

Keluar dari restoran.

Tidak tahu kenapa.

Linsan dan Yuki menjadi di depan, Tanjing berada di belakang bersama Pani.

"Nona Wilman, orang aku ini memang bersikap agak terus terang, kamu jangan masuk ke dalam hati ya" Tanjing mengangkat sudut mulutnya, ekspresinya sama sekali tidak terlihat seperti takut Pani salah paham dengannya.

Pani melirik ke Tanjing, "KalauNona Tan takut orang lain salah paham, mengapa tidak mengontrol diri sedikit? Bagaimanapun, syarat utama bersikap jujur adalah tidak bersikap tidak sopan. Mau bagaimanapunNona Tan juga termasuk teman yang pernah makan sekali dengan aku, jadi sekarang mau aku salah paham pun, aku akan melupakannya dalam waktu beberapa jam"

Mendengar kata-kata Pani, Tanjing melamun sejenak.

Setelah itu, dia melihat ke Pani dengan mata membesar dan ekspresi tidak tahu harus berkata apa, "Maksud nona Wilman itu aku tidak sopan?"

Pani melihatnya dengan wajah polos, "Aku ada berkata begitu ya? Maaf ya. Aku ini juga lumayan terus terang, kadang-kadang juga tidak sopan. Maaf, maaf"

"...." Tanjing melirik Pani.

Pani menoleh ke Yuki yang berjalan di depan, "Nona Wu"

Nona Wu?

Yuki melamun sejenak dan menoleh ke Pani.

Pani melihatnya dengan terus terang, "Terima kasih atas makan malam Nona Wu. Malam ini aku masih harus mengerjakan latihan, pulang dulu ya"

"Pani..."

"Sampai jumpa"

Waktu Yuki bersuara, Pani sudah berjalan meninggalkan mereka.

Melihat bayangan belakang Pani, alis Yuki menjadi mengerut.

Dari dulu dia selalu memanggil dia Tante Wu, sekarang tiba-tiba memanggil Nona Wu, jangan-jangan....

"Dia adalah gadis pada usia ini yang paling tidak sopan yang pernah aku lihat!" Tanjing berseru.

Linsan menghela nafas, "Aku mengerti kenapa Pani bersikap seperti ini"

"Linsan, Pani sudah pergi, kamu tidak perlu berpihak kepada dia lagi! Kamu lihat perilaku dia, sama sekali tidak bisa berbanding dengan kamu! Aku bahkan mengira dia adalah gadis liar dari daerah pegunungan!" Tanjing berkata.

Linsan mengerutkan alisnya, "Siapa suruh kamu membahas masa lalu aku dan Sumi di depan dia! Sekarang dia adalah pacarya Sumi. Coba kamu berpikir, kalau ada yang sengaja membahas tentang wanita yang pernah pacar kamu cintai di depan kamu, sementara wanita itu masih berada di tempat, kamu akan berpikir apa? Berdasarkan personalitas kamu, pastinya kamu akan memukul meja!"

"Tanjing, kali ini aku berpihak kepada Linsan! Kamu benar-benar tidak boleh berbicara tentang hal itu di depan Pani, apakah kamu tahu seberapa canggungnya aku dan Linsan?" Yuki berkata dengan frustrasi.

Tetapi yang membuat dia frustrasi itu bukan kata-kata Tanjing, tujuan dia mengajak Pani makan bersama memang untuk begini juga, tentu saja dia tidak akan menyalahkan Tanjing sengaja membahas masalah Linsan dan Sumi.

Yang membuat Yuki merasa frustrasi adalah sikap Pani tadi.

Dia tidak ingin berantem dengan dia dalam waktu begitu singkat!

"Aku tidak puas, tidak menerima! Gadis seperti dia mana pantas bersama dengan abang Nulu! Dia tidak bisa berbanding dengan kamu!" Tanjing berkata.

Linsan memegang tangan Tanjing dan berkata, "Masih mau berkata tentang itu? Aku merasa Pani lumayan baik! Selain itu, Sumi bisa memilih Pani itu pasti karena Pani memiliki kelebihan yang orang lain tidak bisa sadar dengan mudah"

Setelah itu, Linsan melihat ke Tanjing dengan serius, "Tanjing, aku berkata untuk terakhir kalinya, aku dan Sumi hanya teman saja. Kami dulu tidak pernah bersama, sekarang aku sudah menikah, di masa depan kami juga tidak mungkin bersama lagi. Jadi Sumi mau menikahi siapa pun semuanya tidak berhubungan dengan aku! Kita hanya perlu berdoa agar Sumi bahagia! Apakah kamu mengerti?"

Yuki menatap ke Linsan dengan tatapan yang penuh penghinaan.

Tanjing melihat ke Linsan dan menghela nafas, "Linsan, bukannya kehidupan kamu tidak bahagia sekarang?"

Ekspresi Linsan mendingin.

"Tanjing, kalau, aku berkata kalau, kalau suatu hari kamu dan Thomas Mu tidak bersama lagi. Sementara waktu itu abang Nulu masih belum menikah dan dia masih menyukai kamu, apakah kamu akan bersama dengannya?" Tanjing menatap ke Linsan.

Yuki juga melihat ke Linsan.

Linsan mengerutkan alisnya, "Aku mencintai Thomas. Kecuali aku mati, kalau tidak aku tidak mungkin berpisah dengannya!"

"Kalau Thomas Mu mau bercerai dengan kamu..."

"Aku tidak akan setuju!"

Sebelum Tanjing selesai berkata, Linsan sudah memotongnya dengan emosional.

Tanjing melihat ke Linsan dengan bibir terbuka yang terkejut.

Sementara Yuki menyipitkan matanya.

Linsan juga tahu dia bersikap emosional, dia memejamkan matanya dan berkata dengan tidak berdaya, "Jangan membahas tentang itu lagi, hari ini adalah hari pertama Yuki pulang ke sini, mari kita kumpul dengan baik"

"....."

.......

Setelah berpisah dengan Yuki mereka, Pani tidak segera kembali ke rumah. Dia pergi ke taman sentral yang paling ramai pada jam segini dan duduk di atas sebuah bangku panjang.

Musik yang memekakkan telinga, tarian yang merdu dan senyuman di wajah orang-orang.... Tempat ini terasa seperti bukan tempat yang berada di satu alam semesta dengan tempat-tempat yang Pani pernah berada sebelumnya.

Pani mengira otak dia tidak akan bisa berpikir tentang yang lain lagi kalau berada di tempat ramai seperti ini.

Tetapi kata-kata Tanjing tetap muncul di pikirannya.

Ternyata, kalau orang itu menyukai dia selama belasan tahun.... Hubungan itu hubungan yang seberapa dalam dan panjang?

Novel Terkait

Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu