Hanya Kamu Hidupku - Bab 347 Tampaknya Sangat Lapar

Dan, kepergian Mila ini membuat beberapa orang mulai datang ke Mansion Sihe lagi.

Rosa mengira datang ke Mansion Sihe akan melihat penampialn Louis yang menyedihkan karena rasa benci dan sakit hati, tapi hal yang tidak disangka, ekspresi Louis terlihat sangat semangat, wajahnya merah, seluruh orangnya terlihat lebih baik dari sebelumnya.

Rosa menahan penasaran dirinya, melihat Louis dengan tatapan cemas, “bibi, dua bulan ini, perusahaan cabang mengalami sedikit masalah, Ayahku menyuruhku pergi ke perusahaan cabang untuk menangani masalah ini, aku baru saja pulang hari ini, dan langsung datang melihatmu. Kamu, baik-baik saja?”

Ekspresi Louis terlihat lembut, tatapan melihat orang juga membawa kebaikan, “bibi baik-baik saja, telah membuatmu khawatir.”

Rosa menatap Louis, perlahan-lahan menggelengkan kepala, “bibi, jangan mengatakan seperti itu. Sebenarnya, dua bulan yang lalu, aku selalu marasa bersalah padamu, aku juga membenci diriku tidak bisa menemanimu di saat seperti itu. Kamu lihat, kamu sudah kurus dan juga lesu. Rosa merasa kasihan padanya.”

“Kurus?” Sepertinya kamu telah salah melihat.” Louis menepuk telapak tangan Rosa sambil tersenyum, “Orang-orang malah mengatakan bibi semakin gemuk, warna wajah pun terlihat semakin membaik.”

Sudut mata Rosa bergerak, mengerutkan alis dan berkata padanya, “Di depan Rosa, kamu tidak perlu berpura-pura.”

Louis tersenyum dan tidak berbicara.

Mata Rosa bergerak dengan cepat, manarik napas, melepaskan alis matanya, mengulurkan tangan dan memegang tangan Louis, “bibi, tidak peduli apa yang terjadi, Rosa selalu berada di sanpingmu.”

“Kamu ada pekerjaanmu sendiri, bagaimana bisa selalu menghabiskan waktumu untuk menemaniku?”

Louis melihat Rosa dengan tatapan serius, “Rosa, dengar perkataan bibi, selama kamu masih muda, selama masih sempat, carilah pria yang baik, menikahlah, ya?”

Sudut bibir Rosa menjadi kaku, menatap Louis, perlahan-lahan berkata, “bibi, kakak William selalu tinggal di dalam hatiku. kakak William terlalu unggul. Aku tidak yakin apakah bisa menemukan Pria seperti kakak William yang bisa membuatku lebih tersentuh. Jika benar-benar tidak menemukannya, mungkin aku tidak akan menikah selamanya.”

“Itu tidak bisa!”

Louis langsung menggelengkan kepala, “Rosa, kamu tidak boleh selalu berpikir seperti ini. Tidak mungkin tidak ada pria unggul di dunia ini, kamu merupakan wanita emas, dan telah diakui sebagai wanita pertama. Jika kamu mencarinya dengan tulus, tidak perlu takut tidak ada pria unggul yang berinisiatif untuk mencarimu. Saat ini, William sudah mempunyai Ellen, mereka saling mencintai satu sama lain. Kamu tidak perlu menghabikan waktu di William lagi, Uhm?”

Louis menganggap Rosa seperti keluarga sendiri, pembicaraan mereka selalu terus terang.

Apa yang dipikirkan di dalam otak langsung dikatakannya secara terus terang.

Setelah mendengar perkataan Louis, Rosa hanya merasa darah di dalam tubuhnya terus mengalir, hatinya tidak tahan dan menjadi dingin.

Dia tanpa sadar berpikir.

Karena dirinya tidak menemani Louis saat dia berada dalam situasi yang paling sulit, sehingga membuat Louis kesal padanya.

Atau apa yang dilakukan Ellen pada Louis, sehingga berhasil menggali hatinya?

Jika tidak.

Kenapa mendengar perkataan Louis, seperti sudah menerima Ellen, sangat puas dengan Ellen!

Rosa mengerutkan alis, bahkan tatapannya juga terlihat sedikit kacau.

……

Kali ini, Rosa tidak tinggal lama di Mansion Sihe, dia pun segera pulang.

Setelah Rosa pulang, Lina berjalan masuk dengan membawa sup panas untuk Louis.

“Rosa ini, semuanya baik, tapi terlalu keras kepala.”

Louis mengambil sup panas dari Lina, kemudian berkata dengan menghela napas.

Lina menahan senyum dan melihat Louis, “Itu karena Tuan ketiga telah menjadi seorang pria yang terlalu unggul.

Louis terbengong, kemudian juga tersenyum, menundukkan kepala dan minum sup sambil berkata, “Iyakah? Kenapa aku tidak merasakannya! William merupakan orang yang diam dan tidak banyak berbicara, aku pikir penampilannya seperti ini pasti tidak akan disukai oleh wanita.”

Bagaimana mungkin Lina tidak mengerti Louis sedang berkata ironi?

Nada suarahnya penuh dengan bangga dan senang!

Lina mengangkat bibir, “Tuan Ketiga hanya dingin pada wanita lain, aku lihat dia malah memperlakukan Nona Nie dengan lembut.”

“Uhm.” Louis mengangguk, “Meski Rosa tidak pernah meminta balas budi dari William, tapi aku tetap berharap Rosa bisa segera menemukan pria yang cocok dengannya.”

Lina melihat Louis, setelah Louis selesai minum sup, mengambil mangkuk kosong dari tangannya, kemudian berkata, “Masa-masa yang paling berharga bagi wanita hanya beberapa tahun ini, jika terlewat, maka itu tidak akan ada lagi. Aku tidak tahu apakah Nona Manda pernah ingin mendapatkan tanggapan dari Tuan ketiga, tapi Nona Manda memperlakukan Nyonya dengan tulus.”

Setelah berhenti, Lina tersenyum dan berkata lagi, “Jika mengatakan ini tidak ada hubungannya dengan Tuan ketiga, aku tidak percaya.”

Louis mengerutkan alis, melihat ke arah Lina.

Lina menyadari tatapannya, dia juga tidak berbicara lagi, mengambil mangkuk kosong dan berjalan ke luar.

Louis melihat punggung Lina dengan mengerutkan alis, napasnya sedikit bertahan.

……

Setelah istirahat sekian lama, tubuh Ellen sudah membaik, setelah hamil tiga bulan, reaksi mual juga tidak begitu sering lagi.

Pokoknya, dalam waktu dekat-dekat ini, suasana keluarga Dilsen segera membaik seperti kecepatan roket, suasana yang terlihat lega, seperti segalanya menjadi damai.

Hati Ellen merasa lega, mengingat pekerjaan di penerbit majalah sudah berhenti selama dua hari, dia berencana untuk kembali bekerja.

Namun.

Ellen baru saja mengeluarkan ide ini, langsung ditolak mentah-mentah oleh Hansen, William dan juga Louis!

Meskipun Ellen bisa menebak bahwa mereka pasti tidak terlalu setuju, tapi tidak menyangka mereka akan begitu tidak setuju!

Ellen yang ditolak, hatinya juga bukan karena tidak senang, tapi hanya merasa sedikit suram.

Tapi, di depan Louis dan Hansen, Ellen tidak mengatakan apa-apa.

Malam ini.

Setelah Ellen mandi, dia duduk di tempat tidur sambil melihat buku dan menunggu seseorang masuk ke kamar.

Tidak tahu apakah William tahu rencana Ellen, saat Ellen sudah tidak tahan dan tertidur, dia baru masuk ke kamar.

Saat masuk ke kamar, William melihat Ellen duduk sambil tertidur, dia mengerutkan alis, melangkah maju, memeluk orangnya dengan hati-hati dan memasukkannya ke dalam selimut, lalu duduk di tepi tempat tidur dan melihatnya sejenak, William baru berdiri dan pergi ke kamar mandi.

Setelah mandi, William berbaring di sebelah Ellen, dengan hati-hati William merangkul Ellen dan hendak mematikan lampu.

Tapi saat ini, wanita yang ada dalam pelukannya tiba-tiba mengulurkan tangan dan memeluknya, berkata di depan dadanya dengan nada serak, “Kamu tidak bisa melarikan diri.”

William, “...”

Beberapa saat kemudian.

William merasa selimut di depan dadanya ditempel oleh wajah kecil yang hangat, langsung menempel di otot-otot dadanya, bernapas di dadanya dan berkata, “Aku tahu kalian tidak setuju aku pergi bekerja, karena aku sedang hamil, kalian takut aku tidak tahan. Tapi di dunia ini begitu banyak wanita yang hamil seperti aku juga tetap pergi bekerja kan?

William mengerutkan alis, menundukkan kepala dan melihat wajah kecil Ellen yang merah, “Bukan tidak setuju kamu pergi bekerja, tapi tunggu kamu selesai melahirkan anak, kamu baru pergi. Hanya waktu tidak sampai enam sampai tujuh bulan, kamu tidak bisa menunggu kah?”

Ellen mendongak dari dadanya, pandangan melihat ke arah William, mengangkat bibirnya, “Kalau begitu, tunggu aku selesai melahirkan, kalian akan mengatakan, anak baru saja keluar, masih kecil, tidak boleh tidak ada Ibu yang menjaganya, menyuruhku untuk tunggu setahun lagi, atau dua tahun kemudian baru pergi bekerja?”

William melihat kedua bibirnya yang terbuka, tatapannya menjadi dalam, suara yang keluar juga terdengar sedikit dalam, “Kamu merasa aku akan seperti ini kah?”

“Uhm.” Ellen mengangguk dengan serius.

William merapatkan bibirnya, menundukkan kepala, menekan dahi di bibirnya, napas tiba-tiba menjadi panas, “Begitu tidak percaya denganku?”

Tubuh Ellen mundur ke belakang, dia ingin menjaga jarak dengannya.

Tidak menyangka dia baru saja bergerak, William langsung mencium bibirnya.

Kedua mata Ellen menjadi lebar, jelas mata mengantuk tiba-tiba menjadi hilang tanpa jejak, menatapnya dengan tatapan bodoh.

Tangan William yang panjang merangkul pinggangnya, satu tangan mengangkat ke atas, menaikkan dagunya, sehingga dia bisa memperdalam ciuman itu.

Napas Ellen sangat teliti.

Kedua mata yang jernih terlihat kabur.

Sudah berapa lama, mereka tidak begitu mesra... satu bulan, atau dua bulan...

Sudah begitu lama kah?

Hati Ellen pun menjadi panas, mengambil inisiatif menempel tubuhnya ke sana, kedua tangan ke belakang, dengan kuat memegang pungungnya yang lebat.

Inisiatifnya yang mendesak ini untuk membuat tulang dalam William memendek sebanyak satu inci.

William tiba-tiba mengetatkan lengannya, menciumnya lebih dalam.

Ellen tidak tahan dan mengigil di pelukannya, meskipun merasa dirinya sudah tidak bisa bernapas, tapi dia masih tidak tega lepas dari bibirnya.

Akhirnya, William khawatir gadis ini akan menahan napasnya hingga mati, mengejamkan hati, memegang bahunya yang lemah dan mendorongnya dari pelukan.

Mata yang gelap bagikan laut yang dalam menatap ke wajah Ellen yang merah.

Ellen menarik napas panjang, kedua matanya melihat William, sedikit mengerutkan alis, seperti tidak puas karena William mendorongnya.

Setelah beberapa menit kemudian, William memeluk orang itu ke dalam pelukan, menundukkan kepala dan mencium rambut Ellen, suara senyum keliar dari tengorokkannya, “Tampaknya sangat lapar!”

Ellen terbengong, dengan tidak jelas dipeluk olehnya, apa yang dikatakan oleh William, Ellen juga tidak begitu mengerti.

Hati William menjadi lembut, lembut hingga sedikit sakit.

Dia memeluk orang itu dengan erat, lalu menenangkan diri, menundukkan kepala dan melihat Ellen, “Bisakah sekarang?”

Bulu mata Ellen gemetar.

William memejamkan mata, telapak tangan yang besar memegang punggung Ellen, dagunya menahan di atas kepalanya, menggerakkan tengorokkan dan berkata, “Paman ketiga berjanji, setelah kamu selesai melahirkan, jika kamu ingin bekerja, paman ketiga pasti tidak akan menolak dengan alasan apapun, jika paman ketiga membujukmu...”

William perlahan-lahan mengangkat bibirnya, berkata dengan nada serak, “Biarkan kedepannya setiap hari seperti sekarang hari, Paman ketiga ingin melakukannya tapi tidak bisa...”

Telinga Ellen menjadi merah, jari tangan bergesek di punggungnya, setelah beberapa menit kemudian, berkata dengan tidak puas di dalam pelukannya, “Kamu ingin menghukum dirimu sendiri, atau menghukumku?”

Setelah mendengarkan ini, William hanya merasa tenggorokkannya menjadi sangat panas, tidak mengatakan apa-apa, dia langsung menahan kedua tangan Ellen di sebelah kiri kanan kepala Ellen, berbalik badan dan menahannya dari atas.

Novel Terkait

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu