Hanya Kamu Hidupku - Bab 128 Hamil 67 Hari

William yang diteriaki oleh Ellen tidak hanya tidak marah, dia malahan tertawa sampai bersuara.

Wajah Ellen bergetar dan dia melirik ke William dengan tatapan penuh kemarahan.

Ellen hampir saja pingsan karena merasa takut dengan William tadi, sekarang dia masih berani tertawa?!

"Perhatikan, pengumuman pencarian orang, kepada nona Ellen Nie yang mendengar pengumuman ini silahkan langsung menghubungi kembali kepada nona Pani , kepada nona Ellen Nie yang mendengar pengumuman ini silahkan langsung menghubungi kembali kepada nona Pani "

Ellen, "........." Wajah kecil dia terlihat kaget.

Pani menggunakan pengumuman rumah sakit untuk mencarinya......

Wajah Ellen langsung memerah dan terlihat canggung.

Alis William terangkat, tatapan dinginnya memancarkan sebuah pujian, dia duduk di samping Ellen dengan sudut mulut terangkat, salah satu tangannya terletak di atas paha Ellen sementara satu tangannya lagi mengeluarkan ponselnya dan menelpon ke Sumi, "Aku sudah berhasil mencarinya, di ruang tunggu lantai 3"

Tidak tahu apa yang dikatakan oleh Sumi yang berada di sebelah, Ellen hanya mendengar William berkata, "Naik dulu baru bahas"

Setelah itu William pun mematikan telpon dan menyimpannya ke dalam saku celana, kemudian William menoleh ke Ellen dengan tatapan lembut, "Lihat lain kali kamu masih berani mengambil keputusan sendiri atau tidak"

Ellen mengembangkan mulutnya dan mengomel sendiri, William tidak mendengar dengan jelas apa yang diomelkan Ellen, satu hal yang pasti adalah bukan mengomel tentang hal baik.

William mencubit hidung Ellen "Kenapa tidak memberi tahu aku masalah kamu hamil, pada saat aku bertanya apakah kamu ada ingin memberi tahu sesuatu kepada aku kemarin? Apakah kamu mau memberi tahu aku setelah konfirmasi mengugurkan anak?"

"Aku tidak berpikir mau mengugurkan anak!" Ellen menjawab dengan marah.

Ellen kan sudah berkata tidak ada pemikiran mau mengugurkan anak, mengapa William masih sengaja terus membahas tentang itu, apakah dia sengaja?

William menatap ke Ellen, "Kalau begitu mengapa tidak memberi tahu aku?"

"Aku hanya ingin menunggu hasil pemeriksaan keluar baru memberi tahu kamu, bagaimana kalau ada yang salah di hasil pemeriksaan?" Ellen berkata dengan suara kecil sambil mengerutkan alisnya.

Willian menatap ke Ellen beberapa saat sebelum berkata, "Kalau hasil pemeriksaan menunjukkan kamu benar-benar hamil, kamu berencana mau bagaimana?"

Ellen menundukkan kepalanya beberapa saat sebelum mengomel, "Apakah rencana aku berguna? Ujung-ujungnya semua juga pasti melihat keputusan kamu!"

"....." William menjilat bibirnya dan menatap ke Ellen dengan tatapan dalam, "Bagaimana kalau aku berkata melahirkan saja?"

Jantung Ellen mengerat, dia mengangkat kepalanya dan menatap ke William dengan tatapan pucat, panik dan ketakutan memenuhi pupil hitamnya.

Melahirkan, berkata saja yang mudah.

Kalaupun Ellen mau berhenti sekolah sementara untuk melahirkan anak.

Bagaimana Ellen menjelaskan kepada kakek buyut dan mereka?

Bagaimana Ellen menjelaskan tentang perutnya yang terus membesar seiring waktu berjalan?

Ellen tidak ingin berpikir begitu banyak, tetapi satu per satu masalah terus muncul di dalam pikirannya membuat dia tidak bisa mengabaikannya.

William menatap ke wajah Ellen yang meragu, pada saat dia baru saja mau bersuara dengan alis yang mengerut.

Sebuah banyangan hitam mendekati mereka.

William berhenti gerakannya.

"Ellen, Ellen, kamu tidak melakukan hal bodoh kan? Mengapa wajah kamu begitu pucat?"

Pani memegang tangan Ellen dengan panik, setelah menyadari suhu tangan Ellen yang dingin, hatinya juga ikut tenggelam.

Jangan-jangan benaran sudah digugurkan?

Ellen ditarik kembali ke realitas dan menatap ke Pani yang sedang setengah menjongkok di depannya dengan ekspresi panik, Ellen menjilat bibirnya dan memegang tangan Pani, "Tidak ada, kalian salah paham, aku bukan datang menjalankan operasi pengguguran, aku datang melakukan pemeriksaan darah HCG"

"Darah.... pemeriksaan Darah HCG itu apa?" Pani bertanya dengan ekspresi bingung.

Sudut mulur Ellen bergetar, "Pemeriksaan yang bisa memastikan apakah aku benar-benar hamil"

Pani, "....." Wajah dia langsung memerah, solah-olah dirinya baru saja membuat sebuah kesalahan besar.

Tatapan Pani bersinar dengan perasaan bersalah, apakah dia harus memberi tahu Ellen bahwa dialah yang memberi tahu Sumi bahwa Ellen datang melakukan operasi pengguguran dan meminta Sumi untuk datang ke rumah sakit menghentikan Ellen....

Tetapi Pani merasa kalau dia memberi tahu Ellen tentang ini, Ellen tidak akan mau berteman dengannya lagi.

Awalnya Ellen mengira Pani akan menghela nafas lega setelah mendengar kata-katanya, siapa tahu dia bergetar semakin parah.

Ellen menatap ke Pani dengan wajah tidak mengerti, "Pani, apakah kamu baik-baik saja?"

Pani mengigit bibir bagian bawahnya dan memutuskan untuk tidak berkata saja, lebih baik menunggu Ellen sadar sendiri!

Akhirnya, Pani menggelengkan kepalanya dan melepaskan tangan Ellen, kemudian duduk di sebelah Ellen tanpa bersuara sampai hasil pemeriksaan keluar.

Hasil pemeriksaan tidak ada keraguan apa pun.

Ellen positif hamil 67 hari.

Orang yang paling bahagia setelah mengetahui Ellen hamil adalah William, meskipun ekspresi kaku di wajahnya tidak terlihat jelas, tatapanya yang dipenuhi oleh kelembutan itu menunjukkan rasa kebahagiannya.

Ellen mengambil hasil pemeriksaan dengan satu tangan, satu tangannya lagi terletak di perutnya yang masih datar, kata-kata tidak bisa menjelaskan perasaan Ellen pada saat ini.

Keempat orang itu pun berpisah di gerbang rumah sakit.

Sumi mengantar Pani kembali ke sekolah, sementara William mengantar Ellen pulang.

Ellen meminta izin satu hari, ditambah dirinya positif hamil menyebabkan suasana hati Ellen tidak bisa tenang, akhirnya Ellen pun tidak membantah ketika William mau mengantar sia kembali ke rumah.

Sumi dan Pani berada di tengah jalan kembali ke sekolah.

Pani menatap ke Sumi yang diam di belakang dengan tatapan aneh melewati kaca spion.

Pani sedang menyandar di kursi dengan kedua tangannya yang memegang ponsel berada di atas pahanya, tas dan jaketnya berada di bagian bagasi, Pani menoleh ke arah jendela dengan ekspresi yang agak merisau dan alis mengerut.

Pani menjilat bibirnya sebelum berkata dengan suara kecil, "Kamu sedang berpikir tentang masalah Ellen hamil?"

Mendengar kata-kata Sumi, Pani menoleh kepadanya dengan tatapan yang penuh dengan keraguan, setelah melamun beberapa saat, Sumi baru berkata, "Bukan, aku sedang berpikir, apakah mau memberi tahu Ellen dengan jujur"

"....." Sumi menatap ke Pani dengan tatapan tidak mengerti.

"Kalau bukan aku menelpon kalian, bisa jadi kalian tidak begitu cepat akan mengetahui masalah Ellen hamil , karena Ellen juga mungkin tidak akan begitu cepat memberi tahu paman ketiganya" Pani berkata.

Sumi, "......"

"Selain itu, aku mengira Ellen datang ke rumah sakit untuk mengugurkan anaknya, suasana paman ketiganya pasti menjadi sangat buruk, pada saat dia belum sempat mengetahui masalah Ellen hamil dan merasa bahagia karena itu, aku malah memberi tahu dia berita buruk Ellen mau mengugurkan anaknya. Kamu berpikir saja, perbedaannya terlalu besar, orang yang normal pasti tidak sanggup menerimanya. Bisa jadi Ellen itu ditakuti oleh pamannya di rumah sakit tadi, makanya wajahnya menjadi begitu pucat" Pani menjelaskan seperti seorang investigator.

Sumi, "....."

"Kalau bukan aku memberi tahu kalian Ellen mau menggugurkan anaknya sebelum mengetahui kondisi dengan jelas, Ellen tidak akan ditakuti oleh paman ketiganya. Kebersamaan mereka terlihat damai pada saat kita naik ke atas itu karena salah paham sudah terucapi dengan jelas. Sebenarnya aku ingin berkata dengan jujur kepada Ellen, tetapi aku merasa masalah ini sudah terjadi, walaupun aku memberi tahu Ellen, tidak akan terjadi perubahan apa pun saja. Jadi aku memilih untuk tidak memberi tahu dia, bagaimana menurut kamu?"

Sumi, "....."

Melihat Sumi yang tidak bersuara, Pani melempar sebuah tatapan 'kamu sangat tidak berguna' kepada Sumi, kemudian dia menarik nafas dan mengomel sendiri, "Semakin duduk di sini dan berpikir, aku merasa semakin bersalah, aku merasa harus memberi tahu Ellen, kalau tidak hati nuraniku tidak bisa tenang"

Sumi, "....." Apakah semua gadis pada masa pubertas suka sembarang berpikir dan membesarkan masalah kecil? Sumi tidak mengerti.

Menurut Sumi, Pani bisa memberi tahu mereka masalah Ellen pergi ke rumah sakit itu karena Sumi peduli kepada Ellen sebagai seorang teman baik.

Tetapi menurut Pani, dirinya telah mengkhianati Ellen karena telah memberi tahu masalah Ellen hamil kepada orang lain tanpa persetujuan Ellen.

Selain itu, Pani tidak hanya memberi tahu orang lain, dia juga menyebabkan masalah besar yang bodoh.

Hal ini membuat Pani merasa semakin tidak enak

Berkata yang jelas, sebenarnya semua ini disebabkan oleh alasan usia mereka masih kecil, di tambah gadis yang sedang mengalami masa pubertad memang agak sensi, perasaan mereka juga menjadi agak lemah.

Hal ini juga merupakan alasan mengapa teman baik bisa berantem hanya karena masalah kecil.

"Tidak boleh" Pani yang sedang memegang ponselnya tiba-tiba berkata.

Sumi menatap ke Pani dengan alis mengerut.

"Aku memutuskan untuk jujur!" Sambil berkata, Pani membuka aplijasi pesan teks dan mulai mengetik dengan cepat.

Sumi yang melihat adegan ini tiba-tiba merasa kagum.

Bukan karena apa, tetapi karena kecepatan mengetik Pani.

Dia bisa mengetik satu kalimat panjang dalam waktu beberapa detik.

Jadi anak zaman sekarang semuanya belajar cara mengetik cepat di sekolah?

Dalam waktu kurang dari satu menit, Pani berhasil menulis sebuah paragraf panjang dan mengirim kepada Ellen.

Melihat pesan berhasil dikirim, Pani menghela nafas lega. Dia melihat tatapan 'aneh' Sumi setelah mengangkat kepalanya.

Pani mengerutkan alisnya dan memasang ekspresi jijik kepada tatapan menantang Sumi, kemudian menoleh ke jendela.

Sudut mulut Sumi bergetar, tetapi pada saat yang sama sebuah senyuman juga terbentuk di wajahnya.

Pantasan gadis ini selalu merasa perbedaan generasi sama bersamanya.

Sepertinya di antara mereka benar-benar ada perbedaan generasi!

Tetapi, bagaimana kalau ada?

.....

Ellen duduk di tempat duduk penumpang, mobil William bergerak menuju rumah, 20 menit sudah berlalu sejak dia naik ke dalam mobil dan tangan Ellen tetap masih berada di atas perutnya, tidak berpindah tempat dari tadi.

Ellen menundukkan kepalanya, wajah elegannya memancarkan cinta kasih seorang ibu yang tidak sesuai dengan usianya, dia mengikat rambutnya yang panjang menjadi ekor kuda yang tinggi dan membuat dirinya terlihat seperti seekor burung unta yang cantik pada saat menundukkan kepalanya.

Hati William tiba-tiba terasa lembut dan hangat pada saat dia melihat penampilan Ellen saat ini melewati kaca spion.

Mobil yang sedang bergerak di tengah jalan pun tiba-tiba berhenti di pinggir jalan.

Ellen yang merasakan keanehan mengangkat kepalanya dan melihat keluar jendela, kemudian menoleh ke William yang berada di sampingnya dengan mata besarnya yang agak basah dan berisi sedikit keraguan.

William melepaskan sabuk pengaman dan mendekati Ellen, wangit tubuhnya yang kering dan enak dicium mengelilingi Ellen, tatapan Ellen bergetar dan bahunya menjadi kaku secara refleks.

Novel Terkait

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu