Hanya Kamu Hidupku - Bab 456 Kalau Aku Berkata Menyukai Kamu, Berarti Aku Menyukai Kamu

"Ayah sudah melihatnya tadi, Sumi yang mengantar kamu pulang" Sandy yang sibuk gembira tidak menyadari keanehan di wajah Pani.

"Kamu bilang apa? Kencan apa?" Pani melihat ke Sandy dan berkata dengan nada suara yang berat.

Pada saat itu Sandy baru menyadari keseriusan dan pertanyaan di wajah Pani, ".....Pani"

"Sandy, kamu mau buat apa?" Pani memegang bantalnya dengan erat dan berkata dengan nada suara dingin.

Wajah Sandy bergetar sejenak, kemudian dia berkata dengan alis mengerut, "Pani, mau bagaimanapun aku juga ayahmu. Apakah kamu tidak merasa kurang menghormati kalau kamu memanggil aku dengan nama?"

"Kamu tidak ada hak berbicara penghormatan denganku!" Pani berkata dengan dingin.

"Kamu.... lupakan saja" Anehnya, Sandy sangat sabar malam ini. Dia menatap ke Pani dengan wajah tidak berdaya, "Kamu adalah anak gadis ayah, ayah sabar kepadamu dan tidak akan menyalahkan kamu"

"Sandy, kamu sedang berencana apa?" Pani menatap Sandy dengan tatapan tajam.

Sandy berhenti sejenak, "Pani, apakah kamu tidak menyadari?"

Tatapan Pani memancarkan cahaya, "Menyadari apa?"

Awalnya Sandy ingin berpura-pura tegas, tetapi sampai sini, dia tidak bisa menahan diri dan tertawa, "Sumi menyukai kamu"

"Hahaha" Pani tertawa dengan dingin dan melihat ke Sandy dengan wajah dingin, "Dia menyukai aku? Sandy, apakah kamu sedang bercanda dengan aku?"

"Bagaimana ayah bisa bercanda dengan kamu menggunakan masalah seperti ini? Ayah bersikap serius" Sandy berkata.

Pani mengerutkan alisnya dan tertawa dengan dingin.

Pada saat ini, tatapan Sandy memancarkan cahaya emas, dia melihat ke Pani dengan mata menyipit, "Pani, sejujurnya baru-baru ini perusahaan mengalami masalah yang besar dan membutuhkan sejumlah banyak uang untuk melewati masalah kali ini. Sementara Sumi mau memberi bantuan kepada kami demi kamu"

"Demi aku? Mengapa demi aku?" Pani mengerutkan alisnya, "Perusahaan kamu mengalami masalah ada hubungan apa dengan aku?"

Sudut mata Sandy bergetar, dia tidak bisa berbicara untuk beberapa detik setelah mendengar kata-kata Pani.

"Kamu tidak menjanjikan apa-apa kepadanya kan?" Pani menatap ke Sandy.

"Apa yang aku menjanjikan kepadanya tidak penting. Yang penting itu kamu" Sandy berkata dengan hati-hati, "Pani, kelangsungan kehidupan perusahaan itu tergantung kepada kamu"

"Aku sudah berkata perusahaan kamu tidak berhubungan dengan aku" Pani berkata dengan dingin, "Sandy, tidak peduli apa yang kamu pikirkan, aku bisa berkata kepada kamu dengan jelas sekarang, tidak hanya tidak ada pintu masuk untuk mempergunakan aku, jendela saja tidak ada!"

"Pani, apakah kamu melihat perusahaan kita bankrupt begitu saja? Perusahaan ini tidak hanya hasil kerja keras ayah sepanjang hidup, masih ada kerja keras ibumu..."

"Jangan membahas ibuku dengan aku! Sandy, kamu adalah orang di dunia ini yang paling tidak memiliki hak untuk membahas tentang ibuku! Kamu tidak pantas!" Pani melemparkan bantalnya ke atas tempat tidur dan berteriak kepada Sandy.

Tinaya adalah luka terbesar Pani sampai sekarang, pada saat yang sama dia juga merupakan bagian yang paling lunak di dalam hati Pani.

Kesedihan Tinaya juga disebabkan oleh Sandy.

Sementara duka Pani juga karena Sandy.

Tidak perlu diragukan.

Pani sangat membenci Sandy, bahkan kebencian dia terhadap Sandy bahkan lebih dalam dari pada kebenciannya terhadap Reta!

Hal yang paling Pani tidak bisa menahan adalah Sandy membahas tentang Tinaya di hadapannya!

Melihat Pani tiba-tiba emosian, Sandy melamun sejenak sebelum menarik nafas panjang dan melihat ke Pani dengan tatapan lembut.

Penampilan Sandy sekarang juga menunjukkan bahwa ini sudah bukan pertama kali Pani bersikap emosian seperti ini demi Tinaya.

Tetapi pada saat yang sama, Sandy juga mengerti.

Dia mengerti alasan Pani bisa begitu emosional itu karena dia peduli kepada Tinaya dan mencintai ibunya ini secara dalam.

Hanya melihat dari hal ini saja, Pani tidak akan melihat perusahaan Wilman bankrupt begitu saja.

Keras kepala Pani sekarang hanya terjadi karena masalah belum sampai tingkat puncat.

Hal ini berarti Pani membutuhkan seseorang untuk mendorong dia dari belakang....

Berpikir sampai sini, Sandy pun menyipitkan matanya secara perlahan.

.........

Dari waktu Sandy membahas masalah perusahaan menghadapi resiko bankrupt sampai sekarang sudah lumayan lama.

Hari ini, Pani datang ke sekolah dan waktu istirahat dia pun berbicara dengan Ellen yang duduk di sampingnya secara kebiasaan, tetapi setelah berbicara Pani baru menyadari Ellen tidak datang sekolah lagi hari ini.

Pani mengerutkan alisnya dan melihat ke tempat duduk Ellen dengan khawatir.

Masalah sialan yang terjadi pada Ellen semester ini benar-benar terlalu banyak.

Pani benar-benar takut ada sesuatu yang terjadi lagi.

Setelah habis kelas, Pani pun pergi membeli cake dan aiar kemudian duduk di halaman besar di sana. Kemudian Pani mengeluarkan ponselnya dan menelpon ke Ellen.

Pani tidak memperhatikan bahwa ada sebuah bayangan tubuh yang tinggi sedang menghampirinya.

Setelah telpon dengan Ellen, Pani baru tahu Ellen mengalami masalah lagi. Wajah dia dilukai oleh nona keempat keluarga Dilsen, asalan dia tidak datang sekolah itu karena dia sedang merawat luka di rumah.

Pada saat Pani sedang berkata mau menjenguk Ellen di Coral Pavilion sore nanti setelah pulang sekolah.

Tiba-tiba sebuah suara pria yang dewasa berdering dari atas kepalanya, "Pani..."

Pani melamun sejenak dan mengangkat kepalanya untuk melihat ke atas.

Pani terkejut ketika dia melihat wajah Sumi yang tampan muncul di penglihatannya, "Kamu, mengapa kamu bisa datang ke sini?"

"Gadis kecil, masih sengaja bertanya ketika sudah tahu?" Sumi mengangkat alisnya dan melingkari kepala Pani.

Pani menarik nafas, berpikir telpon dengan Ellen masih sedang berlangsung, Pani langsung menjauhi telpon dari telinganya dan mengakhiri telpon dengan panik.

Dia tidak berani memberi tahu Ellen bahwa dia.... memiliki sesuatu yang tidak jelas dengan pamannya.

Sumi melihat gerakan Pani yang panik dengan wajah mendingin, "Melihat kedatangan aku, kamu merasa senang sampai tidak mau menelpon lagi?"

Sudut bibir Pani bergetar, dia mengerutkan alisnya dengan erat dan mendorong tangan Sumi yang memegang kepalanya, "Buat apa kamu datang ke sini?"

Tanpa menjawab Pani, Sumi melirik ke air mineral dan kue yang terletak di atas lantai, "Makan siang cuman makan ini saja?"

Pani memasang wajah 'bukan urusanmu'

Sumi tertawa dengan sabar dan mengulurkan tangannya untuk memegang tangan Pani.

Pani segera mundur ke belakang dan meletakkan kedua tangan ke belakang, kemudian dia melihat ke sekeliling sebelum menoleh ke Sumi, "Kamu mau buat apa?"

Sumi menjilat bibirnya sebelum berkata, "Kamu kenapa datang ke sini? Kamu datang buat apa? Kamu mau buat apa? Selain kata-kata ini, tidak ada hal lain yang bisa dikatakan lagi?"

"Ada apa yang bisa aku bicarakan dengan kamu? Usia kamu melebihi aku begitu banyak tahun, zaman kita berbeda" Pani mengomel.

"Usia bukan masalah" Sumi berkata dan berjalan menghampiri Pani.

"Kamu jangan mendekati aku lagi!" Pani berteriak.

Sumi tidak berhenti berjalan, dia menghampiri Pani dan memegang lengannya secara memaksa, "Ayo, aku bawa kamu pergi makan"

"Aku tidak mau makan bersama kamu! Lepas tangan, cepat lepas tangan!" Pani terlihat sangat kaget seolah-olah ada apa yang terjadi, dia terus mendorong dan memukul tangan Sumi yang memegang tangannya.

Sumi membiarkan Pani mendorong dan memukulnya, dia menarik Pani berjalan ke arah depan, "Kenapa terus bersembunyi dariku beberapa hari ini?"

Tatapan Pani memancarkan cahaya, dia menggunakan semua tenaganya untuk mendorong tangan Sumi tanpa menjawab pertanyaannya.

Apakah pria ini shio sapi? Tenaga dia terlalu besar! Jari dia terasa seperti besi, Pani tidak bisa mendorongnya mau bagaimanapun.

Sepertinya tidak ada harapan lagi.

Pani melirik Sumi dan mengeluarkan nafas yang sesak, "Aku ikut kamu pergi makan, cukup?"

Sumi menoleh kepada Pani, "Kenapa tidak mau menurut saja dari tadi?"

Pani benar-benar ingin melempar sekantong rumput ke wajahnya, "Buku aku"

Sumi berhenti bergerak dan melirik ke buku yang terletak di atas lantai, kemudian dia menarik tangan Pani berjalan kembali dan mengambil buku yang berada di lantai beserta kue dan air yang dibeli Pani, setelah itu baru membawa Pani pergi makan.

...........

Sebuah restoran lumayan mewah yang terletak di sekitar sekolah.

Di seluruh proses memesan makanan, Pani menatap ke Sumi dengan mata menyipit sambil menjilat bibirnya.

Sumi membaca buku Pani dengan sembarang dan santai, "Pani, kalau kamu terus menatap kepada aku, aku tidak akan menahan diri lagi"

Tidak menahan diri?

Mau bagaimana tidak menahan diri?"

Memasang wajah tidak senang, Pani mengambil bukunya dari tangan Sumi dan meletaknya di atas meja makan. Kemudian dia melihat ke Sumi dengan tatapan yang terang dan jernih, "Masalah Sandy adalah masalah dia, dia harus mencari solusi sendiri, semuanya tidak berhubungan dengan aku. Jadi mau perjanjian apa pun yang kamu melakukan dengan Sandy, itu juga masalah kalian, sama sekali tidak ada hubungan dengan aku"

Melihat Pani sengaja menghindarinya baru-baru ini, Sumi sudah mengerti pemikiran Pani secara kasar.

Melihat betapa terus terangnya Pani, Sumi merasa dia juga tidak perlu menyembunyikan apa pun lagi. Selain itu dia juga merasa sikap terus terang seperti ini lebih baik.

Berpikir sampai sini, Sumi tertawa dengan ringan, "Wanita yang bisa membuat aku mengatur waktu untuk bertemu dengannya sangat sedikit, kamu adalah salah satunya. Pani, aku berharap kamu mengerti, aku benar-benar tulus ingin menikah dengan kamu, aku menyukai kamu"

Mendengar pengakuan langsung dari pria yang begitu luar biasa, seharusnya mau bagaimanapun wajah Pani akan merasa memerah dan gugup.

Tetapi tidak ada.

Pani sama sekali tidak merasa tersentuh, dia hanya melihat ke Sumi dengan tatapan tenang yang jauh lebih dewasa dari usianya.

"Kenapa?" Sumi mengetuk meja makan dengan lembuat dan bertanya.

Pani menarik nafas dan menggerakan bahunnya, "Aku merasa mungkin kamu tidak mengerti dirimu"

Sumi tertawa, "Mengapa berkata begitu?"

"Meskipun aku tidak pernah menyukai seseorang, mau tidak pernah makan daging kambing pun aku tetap pasti pernah melihat kambing berlari kan? Contohnya, Ellen. Apakah kamu tahu? Setiap membahas tentang paman ketgianya, tatapan Ellen selalu memancarkan cahaya, sudut bibirnya akan terangkat dan wajahnya akan memerah secara otomatis. Sementara Ellen tidak akan mengizinkan siapa pun termasuk aku untuk mengatakan keburukan paman ketiganya, mau bercanda pun tidak boleh. Lalu Bintang Hamid, dia juga menyukai Ellen, asal Ellen muncul, tatapan dia akan mengikuti Ellen selamanya. Menurut aku itu baru namanya menyukai" Pani berkata.

Sumi menurunkan pandangannya, "Apakah kamu tahu kata-katamu ini menghina 3 orang?"

"?" Pani melamun sejenak, dia marah siapa?

"Kamu berkata Ellen, William dan Putra Hamid adalah.... kambing"

Sumi berkata dengan senyuman.

Wajah Sumi menggelap, kenapa pria ini tidak bisa fokus kepada inti kata-katanya?!

Sumi mengangkat kepalanya dan melihat ke Pani dengan tatapan hangat, "Gadis kecil, tidak ada cara yang pasti untuk menyatakan kesukaan terhadap seseorang. Kalau aku berkata aku menyukai kamu, berarti aku menyukai kamu"

Menatap ke wajah Sumi, tadinya waktu pertama kali Sumi berkata menyukainya, dia sama sekali tidak merasa tersentuh. Tetapi kali ini berbeda, jantung Pani berdetak dengan kencang.

Novel Terkait

My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu