Hanya Kamu Hidupku - Bab 541 Pani, aku mencintaimu!

Pani duduk di kursi penumpang dan mengenakan sabuk pengamannya, meletakkan kedua tangannya di perutnya, dan mengelusnya dengan tanpa sadar.

Sumi dengan cepat mengalihkan pandangannya, tiba-tiba merasa tidak nyaman seperti ada seekor lalat yang menyangkut di tenggorokannya.

“Kita mau kemana?” Pani menarik pandangannya dari jendela lalu melihat Sumi.

Ketika dia melihat wajah Sumi yang dingin dan tegang, matanya sedikit menyipit.

Sumi mulai berkemudi lalu setelah beberapa lama, dia berkata dengan suara rendah, “Nurut saja denganku, jangan banyak bicara dan bertanya!”

Pani menatap wajahnya selama beberapa detik tanpa berkata apa-apa lalu memalingkan pandangannya.

……

Sumi membawanya ke klub hiburan elit.

Memang normal untuk membicarakan urusan kerja di klub, jadi Pani tidak banyak bertanya dan mengikuti Sumi ke ruang privat.

Seampainya di ruang privat.

Sumi melepaskan coatnya, lalu pergi untuk bermain biliar.

Pani berdiri di pintu ruang biliar dan melihatnya sebentar kemudian berjalan masuk dan ia duduk di sofa.

Beberapa menit kemudian, pelayan klub membawakan melon dan makanan penutup dan minuman.

Pani melihatnya, tapi dia merasa dirinya tidak pantas untuk memanggilnya.

Dia seharusnya memesannya untuk klien yang akan datang untuk membahas kasus ini nanti!

20 menit berlalu.

Klien pun belum datang.

Namun Sumi masih saja asyik bermain biliar.

Pani melihat Sumi, berpikir bahwa menunggu bukanlah cara yang tepat, lalu menyarankan, “Tuan Nulu, apakah anda ingin menelepon dan bertanya, kita tidak bisa hanya menunggu selama ini?”

Sumi menekan stik biliar, menatap lurus Pani, “Anda mengaturku?”

“……” Dia jelas-jelas menyarankan hal yang baik?

Pani menahan dirinya dan berkata dengan sabra, “Aku mana berani mengatur anda, anda adalah bosku sekarang, kata-katamu yang dapat menentukan takdirku, aku mengaturmu? Jika aku diberi keberanian yang ekstra aku juga tidak akan berani!”

“Nona Wilman anda sangat pandai untuk berbohong!” Sumi berkata dingin.

Pani menatapnya, “…… Kalau begitu terserah anda! Anda tidak keberatan untuk menunggu, apakah saya harus tidak keberatan? Ngomong-ngomong ketika saatnya tiba, aku akan pulang kerja!”

Wajah Sumi dingin dan kaku, pandangannya gelap dan ia menatap Pani, “Ingin pulang kerja? Aku sekarang bisa menyuruh anda untuk pulang!”

Mata Pani gemetar dan menatap Sumi tanpa ekspresi.

Sumi mendatangi Pani dengan dingin, melihat kebawah menatapnya, “Jawab pertanyaanku!”

Pani dengan cepat menutupi sepasang bulu matanya , “Anda dapat bertanya, tapi aku tidak tahu bagaimana cara untuk menjawabnya.”

Sumi tiba-tiba berbalik kedua tangannya diletakkan pada pegangan sofa di sisi tubuh Pani, matanya dengan mendalam menatap Pani, “Apakah kamu pernah memikirkanku sejak aku pergi 4 tahun lalu? Apakah pernah terbesit di benakmu untuk kembali bersamaku?”

“Tidak!” Pani bahkan tanpa berpikir bisa langsung menjawab.

Sumi tina-tiba menggenggam pegangan sofa, sudut matanya memerah, “Sebenarnya apakah kamu pernah mencintaiku?”

Pani bisa mendengar getaran yang datang dari dalam hatinya.

Tapi dia masih saja berlagak tenang dan tidak peduli, dia berkata, “Aku tidak tahu, mungkin pernah mencintaimu! Tapi kalau sekarang sudah pasti aku bisa menjawab, aku tidak mencintaimu!”

Wajah Sumi nampak tegas dan ganas, seketika dia melepaskan tangannya, menangkap bahu Pani dan mengangkatnya dari sofa.

Pani kaget dan wajahnya menjadi pucat, ia melotot dan menatap Sumi, “Tuan Nulu, Pertanyaan yang telah anda ajukan sudah kujawab dengan jujur. Kita sudah sama-sama dewasa, jika anda tidak terima dengan jawabanku atau berpikir itu menyinggung atau bahkan mengganggumu, ya jangan bertanya! Sumi bertanya, tolong tunjukkanlah sikap sebagai seiorang pria! Jangan sampai membuatku merasa bahwa Tuan Nulu egois dan memiliki pemikiran yang sempit!”

“Untuk berhadapan denganmu, aku tidak bisa bermurah hati, aku lebih suka……berpikiran sempit!” Sumi mengencangkan bahu Pani dan berkata bodoh.

“Sumi, kamu menyubitku!”

Pani merasakan sakit yang tajam berasal dari bahunya, ia mengernyitkan alisnya dan menatap Sumi dengan sedikit marah.

Sumi melepaskan bahu Pani, lalu mencubit dagu wanita itu untuk mengangkat dagunya, bibir tipisnya tiba-tiba jatuh menggantung di atas bibir Pani yang bergetar karena gerakannya, “Pani, di dunia kamu benar-benar membenci aku, Sumi…… juga paling tidak bisa terlepas dari orang itu! Seorang wanita yang kejam dan tidak berperasaan sepertimu tidak akan pernah bisa merasakan perasaanku saat ini! Aku benar-benar ingin membunuhmu!”

Pani menggelengkan wajahnya dan mendorongnya, menghembuskan nafasnya dan menatapnya, “Perasaan benci ku lebih baik dibanding hatimu yang penuh gairah! Sumi, aku tidak pernah mengerti, sebenarnya apa gunanya anda menunjukkannya di depanku, apakah kamu berlaku seolah-olah menjadi korban? Apa anda sengaja menunjukkan semua hal menjijikkan kepadaku?”

Penuh gairah? Menjijikan?

Sumi mencubit dagu Pani dengan kencang, dan bekas cubitannya pun menjadi putih, sehingga Pani membuka bibirknya untuk menahan desis, “Kamulah yang mengubah hatiku, kamulah yang mengubah perasaan, dan kamulah yang mengandung anak dari pria lain, Pani! Aku menunggumu! Aku membencimu, aku membencimu!”

“Mengubah hati? Mengubah perasaan? Mengandung anak dari pria lain?” Mata Pani dibanjiri oleh amarah, sangat menyakitkan sehingga diapun tak mampu untuk melihat wajah Sumi, “Sumi, kamu bajingan, sampah! Jangan sentuh aku, keluar!”

Pani berteriak, mendorongnya dengan tidak peduli, memukulnya, menendangnya, tidak mau membiarkan dia mendekatinya, menyenthunya!

Membencinya?

Wajah apa yang dia digunakan untuk membencinya?

Sumi, Sumi, kamu memang tidak pantas, tidak pantas!

Sumi melihat reaksi Pani tiba-tiba dan wajahnya memucat, tapi dia tidak berani untuk membiarkan dia pergi, lebih tidak berani lagi untuk menyentuhnya, sebenarnya dia masih takut……dia menyakiti dirinya sendiri, menyakiti anak itu!

Pani mundur menjauh, dia menunjuk Sumi dengan kebencian yang kuat, sepasang matanya semakin memerah, berkata dengan tegas, “Sumi, kamu sangat baik!”

Setelah selesai berbicara, Pani berbalik dan keluar dari ruang biliar, mengambil tas dan berjalan ke pintu ruangan privat.

Sumi keluar mengejar, menggenggam lengan Pani.

Wajah kecil Pani penuh dengan kebencian, menggertakan giginya dan berpaling menggunakan tas di tangannya seperti gangster untuk mengibaskan Sumi.

Kekuatan tangan Pani tidaklah kecil, dan setiap menjalankan aksinya, seperti tidak menggunakan usaha.

Beberapa kali menampar wajah Sumi, wajah Sumi tiba-tiba muncul tanda kemerahan, berdarah.

Sumi yang keras kepala itu menderita, tapi juga marah.

Saat ini tidak berani untuk melepaskannya.

Sekarang suasana hati wanita itu sangat bersemangat dan tidak terkendali, jika membiarkannya dia sendiri, apa yang akan terjadi!

“Lepaskan!” Teriak Pani.

“Tidak!” Sumi mengambil tas dari tangan wanita itu dan membuangnya, dia menatap Pani dengan marah lalu berteriak, “Pani, apakah kamu bisa menyadari kalau kamu hamil?”

Satu kalimat dari Sumi.

Seperti baskom air dingin yang mengguyur ke atas kepala Pani.

Pani mengambil nafas panjang lalu cepat-cepat melihat ke arah perutnya, selain kemarahan dan kebencian, ada juga ledakan ketakutan dan penyesalan, air mata pun tak tertahankan mengalir dari matanya.

Sumi melihatnya, tidak hanya isi kepala yang sakit, hatinya pun juga sakit.

Apa yang harus dilakukannya kepada wanita itu?

Sumi meletakkan dagunya dan menempatkan Pani di dalam lengannya, telapak tangannya yang besar itu dengan lembut membelai punggung wanita itu yang bergetar.

Kemarahan mereda, tetapi gelombang kesedihan masih muncul dari hatinya.

Pani menutup kedua matanya dan menangis, memegang erat perutnya dengan kedua tangannya.

Begitu lelah, sangat lelah!

“Pani, ayo kita memulai kembali?” Sumi menunduk, bibir tipisnya bergetar sampai ke dalam hati Pani.

Memulai kembali?

Bagaimana caranya memulai kembali?

Dia tidak melepaskan, tidak bisa melepaskan hal-hal itu!

Pani tersedak ringan, “Paman Nulu, kamu tidak lelahkah? Aku sangat lelah. Kamu membuatku menjadi lelah!”

Hati Sumi sakit, memeluk erat Pani, “Kamu yang aku mau. Aku tidak peduli dengan yang lain. Selama kamu ingin kembali kepadaku.”

“Setiap bertemu denganmu, aku selalu merasa itu adalah masa yang paling melelahkan! Aku hanya menginginkan kehidupan yang normal, kehidupan yang santai, aku tidak ingin memiliki kehidupan yang penuh dengan gejolak.”

“…… Aku tidak seharusnya mengejekmu atau mengeluh tentangmu. Aku tahu kamu sebenarnya adalah seseorang yang baik…… kamu juga tidak seharusnya hidup seperti ini. Paman Nulu, kamu jauh lebih tua dariku, kamu seharusnya lebih bisa melihat dengan jelas, hidup harus menangkap dan melepas, agar bisa mengerti rasa kehilangan dan mendapatkan . Jadi berhentilah disini!”

“Tidak mungkin! Tidak ada yang harus kalah atau menang! Kehilanganmu, adalah berarti kehilangan semuanya! Pani, kamu nurutlah sedikit, kembali ke sisiku, aku memanjakanmu, mencintaimu, aku akan memberikan apapun yang kamu inginkan! Selama kamu mau kembali!” Sumi berkata dengan suara serak.

Pani tersenyum pahit dan perlahan-lahan membuka matanya, tanpa hambatan, air mata mengalir lebih deras, dia mengangkat kepalanya dan menatap Sumi yang bersemangat tapi juga memliki pendangan yang menyakitkan, “Kalau aku kembali ke sisimu, bagaimana dengan Linsan?”

Pandangan Sumi memadat, “Pani……”

“Bagaimana dengan Linsan?” Pani mengulangi.

Sumi menatap Pani dan berkata, “Linsan mempunyai kehidupannya sendiri. Dia tidak memiliki pengaruh untuk kehidupan kita.”

“Tidak ada pengaruh apapun?” Pani tertawa, dan tertawa keras, “4 tahun yang lalu di saat aku sedang sangat membutuhkanmu, kamu tidak ada di sisiku, tapi kamu malah menemani Linsan! Jadi, kamu bilang dia tidak mempunyai pengaruh pada kehidupan kita? Apakah aku sedang mendengar lelucon?”

“Pani, yang aku cintai itu kamu!”

Memahami keinginan Pani untuk menarik diri dari lengannya, Sumi memusatkan pandangannya, memeluk erat Pani, memperyakin perkataannya.

Pani menatap Sumi, sepasang matanya bersinar, “Kamu yakin?”

“Tidak ada apapun yang lebih meyakinkan dari itu!” Sumi berkata kepada Pani dengan tegas.

Pani melihatnya untuk waktu yang cukup lama, tiba-tiba berkata, “Bagaimana jika aku menginginkan kamu untuk memutuskan hubungan dengan Linsan? Bisakah kamu melakukannya?”

“Pani……”

“Di masa depan tak peduli ada apa yang terjadi pada Linsan, kamu berjanji untuk tidak ikut campur! Bahkan dia datang mencarimu, aku mohon, bisakah kamu menjamin jika kamu tidak akan luluh? Sumi, kamu bisa tidak?” Pani menyela pembicaraan Sumi, menatap dia, bertanya satu per satu kata!

Novel Terkait

Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu