Hanya Kamu Hidupku - Bab 572 Kamu Unik Bagiku!

Pupil mata Pani sedikit menegang, menatap Sumi dengan mata berkaca-kaca, beberapa saat kemudian, berkata "Aku akan mengatakannya."

“Bagaimana jika orang tersebut adalah Riki ?” Sumi menatap lurus kedua mata Pani.

"..." Wajah Pani berkedut, bibirnya bergerak dalam waktu yang lama "Aku, aku mungkin...."

"Huh!"

Sumi memberikan tatapan dingin kepada Pani.

Pani menggigit bibirnya "Kalau begitu Linsan tetap sangat penting bagimu."

“Kamu sedang menimbang betapa pentingnya Riki di dalam hatimu, kemudian baru mengatakan ini padaku?” Sumi menatap Pani dengan murung.

Pani menutup mulutnya dan berhenti berbicara.

Tentu saja Riki itu penting, sangat penting!

Sumi menatap Pani. Pada saat ini, dia tidak lagi mempertanyakan masalah Riki dengan Pani dan berkata "Panpan, aku tidak ingin berbohong kepadamu. Aku telah mengenal Linsan selama bertahun-tahun dan telah mengalami beberapa hal secara bersamaan. Walaupun sekarang aku telah menyadari bahwa orang yang sangat kucintai adalah kamu, tetapi Linsan juga merupakan temanku. Terlebih lagi, dia juga merupakan istri Thomas ! Karena Thomas , aku tidak dapat mengucapkan kata-kata aku mempercayai kamu pada saat itu!".

Sampai titik ini, Sumi berhenti sejenak, kemudian berkata "Kamu tidak mengetahui banyak tentang masalah Thomas , tetapi Thomas merupakan sahabat baikku. Aku tidak dapat mengatakan bahwa aku sepenuhnya mengenalnya, tetapi aku juga mengetahui banyak tentang dia. Jika Thomas mengetahui anaknya dan Linsan gugur karena kamu, dia tidak akan memaafkanmu, baik kamu sengaja ataupun tidak sengaja. Walaupun aku dan dia adalah teman baik, di hadapanku, dia tidak akan menyuruh kamu nyawa ganti nyawa, tetapi dia pasti akan melakukan sesuatu yang mempersulitkanmu."

Di dalam kata-kata Sumi menyisakan ruang terhadap perilaku dan gaya Thomas .

Namun, satu kalimat "nyawa ganti nyawa" masih membuat Pani gemetaran.

Pani menarik napas, menatap Sumi "Apa yang akan dia lakukan? Mungkinkah dia berani ... membunuh?".

Sumi tidak menjawab, hanya memberikan satu pandangan kepada Pani saja.

Tetapi hal ini cukup membuat Pani mengetahui bahwa dia benar-benar berani!

Wajah Pani menjadi pucat.

“Ada aku.” Sumi mengerutkan kening dan membelai dahi Pani dengan lembut.

Pani menarik napas dalam-dalam "Siapakah sebenarnya dia?"

Sumi berbaring di samping Pani, meletakkan lengan panjangnya dibelakang lehernya, memeluk bahunya dengan lembut "Mengenal masalah Thomas ....sangat rumit".

Pani berinisiatif untuk bersandar di pelukannya dan mengangkat bahu kemudian berkata "Tapi anak Linsan telah gugur, dia pasti mengetahuinya. Lalu apakah sekarang dia sudah mengetahui bahwa anak mereka sudah tiada dan hal itu berhubungan denganku? Akankah dia mencari masalah denganku?".

Sumi mengusap lengan kecilnya dari atas ke bawah dan menciumnya "Apa yang kamu takuti? Ada aku di sini, aku akan mengorbankan nyawaku dan tidak akan membiarkan dia menyentuhmu!".

“Apakah nyawamu bukanlah nyawa ya!” Pani berkata dengan gugup, “Jika ingin mengorbankan hidupmu untuk menyelamatkanku, lebih baik aku menanggung sendiri!”.

Hati Sumi menghangat, dia mengetahui bahwa Pani telah mendengarkan apa yang dia katakan malam ini dan telah mempercayainya.

Sumi tidak dapat menahan diri untuk tidak mengangkat bibirnya, menundukkan kepalanya untuk mencium pipinya dan berkata dengan lembut "Hal ini tidak seburuk yang kamu pikirkan! Thomas tidak akan membunuhmu, apalagi aku!".

Pani mengerutkan alisnya.

Sumi mengedipkan matanya "Sebenarnya, Linsan tidak memberitahu kepada Thomas tentang fakta dari keguguran anak ini, dia hanya mengatakan karena kesehatannya, dia tidak bisa melindungi anak itu."

Pani terkejut "Dia, mengapa dia tidak mengatakan tentang kebenaran ini kepada suaminya?".

Sumi menatapnya "Dia mengatakan kepadaku bahwa dia tahu kamu bukan sengaja dan anak tersebut juga sudah gugur. Dia tidak ingin memperbesarkan masalah agar Thomas tidak mencari masalahmu."

"..." Pani menarik napas dengan cepat, sama sekali tidak tahu harus mengeluarkan ekspresi apa dalam menghadapi masalah ini.

Sumi memeluk Pani "Meskipun aku merasa bersalah terhadap Thomas karena menyembunyikan kebenaran tentang anak ini, tetapi situasi kamu pada saat itu juga membuatku tidak berani memberitahu kepada Thomas masalah sebenarnya, sehingga aku menerima kebaikan Linsan, sekali lagi berhutang budi padanya! Dalam beberapa tahun terakhir ini, aku telah berusaha keras untuk menemukan dokter terkenal untuk mengobati Linsan, hanya ingin menebusnya dan Thomas . Panpan, dapatkah kamu mengerti dengan penjelaskanku?".

Pani merasa berat dan membuatnya merasa sesak "Aku tidak tahu."

Di dalam hati, Pani memahami dengan jelas posisi Sumi.

Mengetahui bahwa sebagian besar alasan dia melakukan hal ini adalah karena dia.

Hanya saja.

Jika kondisi Linsan tidak dapat diselesaikan selamanya dan tidak dapat disembuhkan, apakah mereka harus memikul tanggung jawab ini selamanya, serta menanggung semua hutang dan rasa bersalah padanya?.

Pani mengetahui bahwa pada saat ini dirinya memiliki pemikiran seperti itu sedikit kejam dan tidak pantas!.

Karena situasi ini adalah dia tidak sengaja mendorong Linsan, kemudian menyebabkan dia keguguran dan kehilangan hak untuk menjadi seorang ibu!.

Tapi dia juga tidak tahu apa yang salah dengan dirinya. Terhadap Linsan, dia sama sekali tidak merasa menyesal atau bersalah.

Dia tidak memiliki perasaan seperti itu!

Pani tidak tahu mengapa dirinya seperti ini.

Jadi dia hanya bisa mengatakan pada dirinya sendiri di dalam hati bahwa karena label ini terlalu berat dan tanggung jawab ini terlalu menekan, dia tidak tahu bagaimana menanggungnya, sehingga dia menghindar dan mengabaikannya!.

Tapi bisakah dia meminta Sumi untuk mengabaikannya? Bisakah dia mengatakannya?.

Sumi memeluk Pani dengan erat dan terus menciumi wajah dan sudut bibirnya "Panpan, aku hanya berharap kamu dapat mengerti, aku mencintaimu dan kamu unik bagiku!".

Pani menyadarkan wajah ke dadanya dengan lembut, perlahan menutupi kedua matanya yang basah "Sumi, kamu jangan berbohong padaku."

"Aku tidak akan berbohong padamu selamanya!"

Sumi bersumpah.

Pani meletakkan tangan dirinya di hati "Aku merasa hatiku seperti ditimpa oleh batu besar, sangat tidak nyaman dan sakit."

Sumi memegang tangannya dan mengusap hatinya dengan lembut "Aku mengerti, sehingga aku tidak berencana untuk memberitahu kepadamu tentang hal itu."

Pani menggelengkan kepalanya.

Pani merasa sedih bukan karena merasa bersalah, tetapi karena Sumi ditakdirkan untuk tidak dapat berpisah dengan Linsan!.

Sumi mengatakan dia mencintainya, tapi dia juga tidak bisa menyangkal kebenaran bahwa dia juga menyukai Linsan!.

Dia tidak ingin melihat Sumi berinteraksi dengan Linsan, bahkan sedikit pun tidak berharap!.

Jadi Pani merasa sedih dan tidak nyaman!

Tapi Pani tidak bisa memberitahu kepada dia bagaimana perasaannya.

“Panpan, kamu harus percaya padaku, kamu harus percaya.” Sumi mencium daur telinga Pani dan berkata dengan tenang.

Pani menutup bibirnya dengan erat dan tidak menanggapinya.

Dia mendengarkan semua kata-katanya, mendengarkan setiap kata-katanya.

Tapi Pani sama sekali tidak merasa senang, tidak sedikitpun!

...

Pada malam itu, Sumi tidak balik ke sofa lagi, tetapi dia berbaring di tempat tidur, memeluk Pani sepanjang malam.

Kali ini merupakan pertama kalinya dia memeluknya dengan erat setelah berpisah!.

Suasana hati Pani menjadi kacau setelah mendengar pembicaraannya, ketika dia hendak tidur, dia tidak bisa tidur sama sekali. Setelah begadang sampai tengah malam, sampai benar-benar tidak bisa menahannya baru tertidur.

Berlalu demikian.

Pani bangun pada pukul tujuh pagi.

Pada saat Pani membuka mata, dia tercengang ketika melihat dada berwarna tembaga itu berada di depannya.

"Tidak ingin tidur sebentar lagi?"

Terdengar suara pria malas keluar dari atas kepalanya.

Mata Pani membulat kemudian dia mendongak.

Sebelum dia melihat orang itu dengan jelas, matanya menjadi gelap, dia ditutupi oleh telapak tangan yang besar, diikuti dengan sentuhan kehangatan menutupi bibirnya, dengan lembut bergulir.

Jantung Pani berdebar-debar, membuka bibirnya dengan pelan untuk mengambil napas.

Tidak terpikir karena tindakan ini memberikan kesempatan kepada seseorang. Perasaan ini membuat bibir Pani terasa menggigil, seluruh punggungnya sedikit bergetar dan tangan yang berada di dadanya tanpa sadar menggenggam piyama itu.

Sumi memeluk dan menciumnya dengan lembut untuk sementara waktu, lalu memegang telapak tangannya dan sepasang mata indah dengan senyuman simpul muncul di hadapan Pani.

Pani mengedipkan mata, kedua pipinya memerah seperti buah ceri yang matang.

Sumi mundur, kelembutannya tertuju pada Pani "Tidur sebentar lagi, aku bangun untuk membeli sarapan dulu, aku akan memanggilmu ketika kembali, oke?".

Pani merapatkan bibirnya tanpa sadar, merasakan kelembapan di bibirnya dan ujung telinganya langsung merah, dia segera mendorongnya dan berkata "Pergilah!".

Sumi memeluk Pani dan mencium keningnya dengan kuat "Siap!"

Hati Pani tiba-tiba menjadi panik dan kacau, dia segera menutup matanya dan berpura-pura mati!.

Ketika Sumi melihat kondisi ini, sambil menghembuskan napas, mengerutkan bibir tipisnya dengan memuaskan dan bangun dengan ikhlas kemudian pergi membeli sarapan seperti pengasuh pria!.

...

Setelah Sumi selesai mandi, dia berjalan ke tempat tidur lagi, mencium Pani, kemudian baru keluar.

Pani merasa panas di sekujur tubuh, panas di wajahnya menghilang setelah sekian lama. Dia membuka matanya selama sepuluh menit di tempat tidur. Setelah memastikan bahwa dia tidak bisa tidur lagi, dia kemudian menopang pinggangnya dan bangun lalu pergi ke kamar mandi untuk mandi!.

Ketika Sumi kembali dari membeli sarapan, Pani sudah duduk di ruang makan.

Ketika Sumi melihat kondisi ini, dia tidak bisa menahan perasaan gembiranya, dia mengangkat alisnya dan berjalan menuju ke arah Pani dengan membawa sarapan.

“Kamu membeli apa?” Tanya Pani.

“Bubur sarang burung walet, sosis gulung, kue telur kukus, pangsit kepiting dan roti,” kata Sumi.

“Banyak sekali?” Mata Pani bersinar-sinar.

Sumi tersenyum, mengetahui bahwa Pani sudah lapar, dia segera mengeluarkan makanannya, membuka bubur dan meletakkannya di depannya, membiarkan dia makan dulu, kemudian perlahan-lahan mengeluarkan makanan yang lain dan mendorong ke depannya.

“Lumayan enak,” kata Pani setelah makan dua suap bubur.

“Kalau begitu makan lebih banyak!” Sumi duduk di sampingnya, mengambil pangsit kepiting dan menyuapkan ke mulutnya.

Wajah Pani menjadi panas, tapi dia juga membuka mulutnya untuk makan.

Pada akhirnya, dia dengan sengaja berkomentar "Ini biasa-biasa saja!".

Sumi tertawa "Yang aku suap itu biasa-biasa saja ya."

Pani mengangkat alisnya dan melihat ke arah Sumi.

Sumi mengambil sepotong kue telur kukus dan menyuap ke mulutnya "Coba ini, apakah ini biasa-biasa saja atau tidak enak?"

Pani membuka mulutnya dan menggigit, mengunyah dan menelan ke tenggorokannya dan berkata "Ini tidak enak."

"……Benarkah?"

Sumi menatapnya "Kalau begitu aku mencobanya."

Kemudian.

Pani melihat dia menggigit arah yang digigitnya tadi.

Wajah Pani panas kembali, dia memakan bubur sambil mengedipkan mata.

Melihat kondisi ini, Sumi tersenyum dan berkata "Um, mungkin ini lebih cocok dengan seleraku, aku merasa sangat enak!".

"..." Pani hampir tersedak oleh bubur!

Dia mengangkat sudut kelopak matanya untuk melihat Sumi, berkata di dalam hati: 99,99% dari kata-katanya sedang usil, pria tua yang nakal!.

Novel Terkait

After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu