Hanya Kamu Hidupku - BAB 457 Mulai Sekarang, Terbiasa Denganku

Setelah selesai makan, Sumi mengantar Pani kembali ke sekolah, sampai dipintu gerbang, Pani berhenti, melihat Sumi dengan cemberut sambil berkata, “Antar sampai disini saja.”

Sumi menyipit memandang Pani, tidak memaksa, “Em.”

Pani berbalik ringan, saat akan melangkah maju dia berhenti, menoleh memandang Sumi, “Aku ingin memohon sesuatu padamu.”

Bibir Sumi tertarik, “Katakan.”

“…Lain kali jangan datang lagi.” Pani berkata ringan.

Sumi memandangnya, matanya semakin menyipit.

Pani berpikir lagi, lalu berkata, “Ini adalah sekolah SMP, semua orang datang untuk belajar. Kamu begini, tidak mirip juga dengan siswa. Jadi saat kamu datang, dan terlihat oleh orang yang mengenaliku, mereka akan berpikir yang tidak-tidak.”

Sumi menyipit, “Aku begini? Bagaimana maksudnya aku begini?”

Pani dengan tidak sungkan mengatakan padanya, “Kamu sudah umur 30 tahun!”

Sumi, “…” Kenapa jika 30 tahun? Apakah ada mengganggu orang?!

“Orang yang berpikiran sederhana, melihat kamu dan aku berjalan bersama, akan mengira kamu adalah pamanku. Jika orang yang berpikiran tidak sederhana, akan mengira aku, menemani pria kaya! Jadi, lain kali jangan datang lagi.” Pani berbalik dan lari setelah mengatakan kata-kata ini.

Sumi mengernyitkan dahi melihat punggung Pani yang berlari kedalam sekolah, bergumam rendah, “Paman apanya, lebih mirip abangmu!”

“Puh..”

Pani dengan senang mengatakan, umur berapapun tidak ada masalah, jika memang tidak ada masalah, kenapa merasa keberatan dengan mirip paman atau mirip abang? Lucu sekali!

“Bocah busuk!” Mata Sumi menyipit dan berkata.

……

Saat pulang sekolah sore hari, Pani langsung ke Coral Pavillion untuk melihat Ellen, tapi tidak menyangka malah bertemu dengan Sumi.

Jika bertemu ya sudah, tapi orang ini bersikeras ingin mengantarkan dia pulang ke jalan玉阳, Pani sudah memutar otak tapi tetap saja tidak bisa menghindar.

Demi menghindari dia, Pani jam 10 lewat baru meninggalkan Coral Pavillion.

Saat Sumi mengemudi mobil mengantar dia pulang ke jalan 玉阳, waktu sudah hampir jam 11 malam.

Sumi menahan dia turun dari mobil, memandang dia dengan lembut, dan suara lembut, “Istirahat lebih awal.”

Pani tergesa-gesa mengibaskan tangan, ingin menarik tangannya keluar, “Em em, sudah tahu.”

Sumi menatap tangan kecil Pani yang mengibas, wajahnya tersenyum damai, menarik tangannya lebih kuat, “Lain kali tidak boleh bersembunyi dariku.”

Terdiam beberapa detik, Sumi tersenyum menambahkan, “Bersembunyi juga tidak ada gunanya.”

Pani menatapnya dengan kasar.

Sumi berdeham, mengangkat tangan menepuk kepalanya, “Mulai sekarang, terbiasa denganku, tahu tidak?”

Jantung Pani berdetak, mengedipkan mata berkata, “Aku tidak bisa, ada perbedaan generasi antara kita!”

Baru saja kata-kata Pani keluar, Sumi bergerak kearahnya, kedekatan jarak mereka berdua berdiri seperti hampir menempel.

Pani terkejut, buru-buru ingin bergerak mundur.

Sumi memeluk pinggang belakangnya, sedikit menggunakan tenaga menariknya kedalam pelukan, matanya menatap wajah kecil Pani, mendesah dalam hatinya, lalu berkata lembut, “Tidak peduli seberapa besar jarak generasi antara kita, aku tetap bisa bergerak melewatinya. Pani, hambatan dalam hatimu yang kamu buat untuk hubungan kita, bagiku, bukan masalah. Mengapa kau tidak melepaskan rasa keberatan itu, mencoba denganku.”

“… Aku tidak mau mencoba denganmu.” Jantung Pani berdetak kencang, dengan keras kepala berkata, “Paman Nulu!”

Sumi tertegun sebentar, menggertakkan gigi, melepaskan satu tangannya dan mengangkat dagu Pani, menundukkan kepala ingin menciumnya.

“Aaa…”

Pani terkejut dan berteriak keras, dengan cepat menggunakan tangan menutup mulutnya.

Bibir Sumi tercetak di punggung tangannya.

Sumi mengerutkan kening tidak setuju, melihat Pani, bibir dinginnya perlahan menjauh dari punggung tangan dia, berkata, “Tidak boleh mencium?”

“….” Omong kosong!

Pani memelototi dia.

“Coba.” Sumi berkata sambil menangkap tangan Pani.

“Aaaaa…”

Pani berteriak dan melompat, kedua kakinya seperti beberapa kali menginjak sepatu kulit Sumi.

Sumi juga tidak marah, tangannya juga tidak melepaskan, menarik tangan kecil Pani yang menutupi mulutnya, sedikit membungkukkan badan, menyeringan ke arah mulutnya, seperti sedang mempermainkannya.

“Aaaa….” Pani berusaha keras memundurkan kepala dan pinggangnya, gadis itu sangat panik sampai wajahnya berubah merah seperti delima.

“Huh..” Sumi tidak lagi mempermainkan dia, menyandarkan kepala di lehernya, tertawa riang.

Pani menarik nafas dalam-dalam, matanya melotot, melihat Sumi dengan tatapan aneh.

Dan saat itu, terdengar suara panik dari dalam villa, “Pani, Pani, apakah itu kamu?”

“Nenek.”

Pani mengenali suara Yumari, buru-buru menoleh melihat ke arah pintu villa, dan melihat Yumari turun dari teras dengan gemetaran, dengan panik berjalan ke arahnya.

“Pani, Pani…”

“Nenek.” Pani meninggikan suaranya, “Pelan sedikit.”

Pani saat berbicara dengan Yumari, sambil buru-buru mendorong Sumi.

Sumi melihat ke arah Yumari, perlahan memegangi Pani untuk berdiri tegak, melepaskan tangannya, dan berjalan mundur dua langkah.

Setelah terlepas, Pani berlari ke arah Yumari, memapahnya, “Nek, sudah selarut ini kenapa kamu belum tidur?”

“Apakah kamu tidak apa-apa Pani?” Yumari memegang bahu Pani dengan panik, melihat dia dari atas ke bawah.

Hati Pani terasa hangat, memegang erat lengan Yumari, berkata dengan ringan, “Kamu jangan panik, aku tidak apa-apa.”

“Kalau begitu…” Yumari menatap Sumi dengan pandangan waspada, mengernyikan alis berkata, “Jadi apa yang terjadi tadi? Pani, apakah dia mengganggumu?”

Wajah Pani terasa panas, dengan cepat melirik Sumi, berkata, “Tidak.”

Yumari menatap Pani dengan sedikit tidak percaya.

Jadi kenapa tadi dia berteriak begitu keras jika tidak ada apa-apa?

Pani tertawa kecil, berbisik kepada Yumari, “Nek, ayo kita kembali.”

Bibir Yumari tertutup rapat, melihat Sumi lagi, baru mengangguk.

Pani membawa Yumari masuk ke dalam villa tanpa melihat Sumi.

“Pani, Siapa Tuan tadi?”

“…. Dia adalah paman Ellen.”

“Benarkah?”

“…Em.”

Yumari terdiam beberapa saat, dengan ragu berkata, “Pani, lain kali kamu jangan terlalu dekat dengan dia.”

“Kenapa?”

“Tidak normal.”

“… Nek, matamu benar-benar cerdas, ini saja kamu bisa melihatnya. Tenang saja, kelak aku pasti menjauhi dia.”

Sumi, “….” Dia sudah mendengar semua tahu tidak?

Sumi menaikkan alisnya, dengan tidak berdaya melihat Pani dan Yumari berjalan masuk ke dalam villa, berbalik dan masuk ke mobil.

Duduk didalam mobil, Sumi baru saja memasang sabuk pengaman, ponselnya yang diletakkan di dashboard menyala.

Alis Sumi sedikit naik, mengulurkan tangan meraih ponselnya, matanya sedikit menyipit ketika melihat layar ponsel, lalu dia menjawab.

“Sumi.” Dari ponsel terdengar suara serak seorang wanita.

Sumi duduk bersandar, matanya menatap ke arah villa, berkata dengan suara yang sangat tenang seperti air, “Kenapa?”

“Apakah aku mengganggumu?”

“Tidak. Katakan.”Sumi berkata.

“…Aku di bar.”

Sumi menaikkan alis, “Nama.”

“南山.”

“Jangan pergi kemana-mana, tunggu aku.” Sumi menutup telepon setelah selesai berkata, melemparkan ponselnya ke dashboard, lalu mengemudikan mobilnya menuju Bar 南山.

Saat Pani akan menutup pintu, kebetulan melihat mobil Sumi yang melaju pergi.

Pani sedikit termenung, melihat ke arah mobil Sumi, sesaat kemudian, dia mengangkat bahu, dan menutup pintu.

“Pani…”

Pani baru saja menutup pintu, mendengar Yumari berkata dengan terkejut.

Pani berbalik dan berjalan menuju dia, “Kenapa nek?”

“Pani, Tuan tadi, apakah adalah Tuan Nulu itu?” Yumari menatap Pani dengan terkejut.

Pani menggenggam tangan Yumari, menunduk melihat dia, suaranya masih terdengar tenang, “Nek, kamu tahu dia?”

Terdiam, Yumari menghela nafas berat, menatap Pani dengan sedih, berkata, “Belakangan ini Tuan Wilman mengungkit Tuan Nulu ini kepadaku.”

Bibir Pani tertutup rapat, sudut bibirnya terlihat sedikit dingin, “Dia ingin kamu membujukku, menerima transaksi mereka, lalu menjualku seperti sebuah barang?”

Mata Yumari memerah, memegang tangan Pani dengan erat, perlahan berjalan ke kamarnya.

Lampu di ruang tamu sedikit redup, hanya tersisa cahaya lampu samar-samar yang mengarah ke kamar Yumari.

Yumari berkata, “Pani, alasan nenek bukan karena ayahmu datang mencariku, jadi baru berkata begini kepadamu. Nenek hanya merasa, ini bukan hal yang buruk untukmu.”

“Keluarga Nulu adalah keluarga politik, meskipun tidak ada diantara 4 keluarga besar, tapi statusnya tidak lebih rendah dari 4 keluarga besar, dan sampai batas tertentu, keluarga Nulu bisa melakukan hal yang tidak bisa dilakukan oleh 4 keluarga besar. Ditambah dengan yang aku dengar bahwa Bos Nulu dan Nyonya Nulu adalah orang yang lembut dan jujur, aku pikir anak mereka pasti juga lembut dan mudah bergaul.”

“Jika dia benar-benar menyukaimu, kamu sebaiknya mencoba. Asalkan kamu bersama dengan dia, kamu bisa lebih awal lepas dari keluarga ini. Ini adalah hal yang terus kamu harapkan.”

Pani menurunkan pandangan matanya, sebentar kemudian dia berkata, “Aku ada cara sendiri untuk lepas dari keluarga ini, tidak butuh menggunakan cara seperti ini. Nek, aku tidak suka begini.”

“Anak bodoh, apakah kamu benar-benar merasa kamu bisa lepas sepenuhnya dari keluarga ini? Ayahmu orang seperti apa, Nenek lebih tahu daripada kamu. Kali ini jika kamu menolak Tuan itu, ayahmu masih akan memperkenalkan padamu Tuan Nulu yang lain.” Yumari menepuk tangan Pani, suaranya serak berkata, suaranya terdengar penuh dengan ketidak berdayaan dan kemurungan.

Pani melihat Yumari, berkata tegas, “Nek, aku tidak sama dengan Mama, aku tidak akan takut dengan

Yumari menggeleng, tidak berbicara, hanya menghela napas panjang.

……

Bar Nanshan.

Sumi terburu-buru masuk ke bar, matanya dengan cepat melihat ke segala arah bar, akhirnya menemukan orang yang ingin dia cari di tempat duduk sudut bar.

Sumi menurunkan alisnya, berjalan kesana.

“Wanita cantik…”

“Pergi.”

“Wanita cantik, kamu disini sendirian minum akan sangat bosan, biarkan aku temani kamu.”

“Pergi, aku tidak butuh ditemani.” Wanita itu bersandar di sofa, melambaikan tangan sambil berkata.

“Jangan begitu menolak orang dengan sangat jauh, aku bermaksud baik, ingin menemanimu.” Pria yang membawa wiski tersenyum dan duduk disebelah wanita itu, tidak berhenti untuk mendekati dia.

“Pergi, pergi…”

“Wanita cantik…”

“Apakah kamu tidak mendengar dia menyuruhmu pergi?” Suara dingin seperti es terdengar dari atas kepala pria itu.

Hati pria itu ikut menjadi dingin, matanya melihat ke atas.

Saat melihat wajah tanpa ekspresi seorang pria, pria itu sedikit memegang erat gelasnya, “Kamu, siapa kamu?”

“Pergi!” Saat Sumi menyuruh dia pergi, suara dan ekspresi wajahnya tidak ada terlihat berubah sedikitpun.

Pria itu melihat Sumi, bibirnya berkedut beberapa kali, pada akhirnya pergi dengan membawa alkoholnya.

“Hah. Sumi, kamu benar-benar tidak berubah sedikitpun.” Pria yang membawa alkohol itu baru saja pergi, wanita yang bersandar disofa itu menyeringai dan berkata sambil tersenyum ringan.

Novel Terkait

You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu